Oleh Syakieb Sungkar
XERXES (518 –465 SM) adalah Raja dari Kekaisaran Achaemenid, yang memerintah dari tahun 486 hingga 465 SM. Ia adalah putra dan penerus Darius (memerintah 522–486 SM) dan ibunya adalah Atossa, putri Kores (memerintah 550–530 SM), pendiri kekaisaran Achaemenid. Ia mati dibunuh Artabanus, komandan pengawal kerajaan. Xerxes terkenal karena invasinya ke Yunani pada 480 SM. Pasukannya sempat menguasai Korintus, Yunani bagian Utara. Namun Korintus dapat kembali ke tangan Yunani setelah ia kalah di Salamis dan Plataea setahun kemudian. Xerxes diidentifikasi Kitab Ester – salah satu kitab orang Yahudi – sebagai Raja Ahasveros.

Para pangeran Persia dididik dan dibesarkan oleh para kasim. Saat mencapai usia 7 tahun, mereka belajar berkuda dan berburu. Pada usia 14, mereka diajar filsafat agar menjadi bijaksana, adil, dan berani. Pangeran Persia juga diajari tentang dasar-dasar agama Zoroaster, yaitu bagaimana menjadi jujur dan bisa menahan diri. Sampai di usia 16 tahun mereka harus mengikuti wajib militer selama 10 tahun. Dalam wajib militer, mereka dilatih memanah, lempar lembing, bersaing memperebutkan hadiah, dan berburu. Setelah wajib militer selesai, mereka akan menjadi prajurit militer betulan selama sekitar 25 tahun, dan setelah pensiun dari militer, mereka akan diangkat menjadi penasihat Raja.
Ayah Xerxes, Darius, sudah lama mempersiapkan penyerangan melawan Yunani. Namun ia direpotkan oleh pemberontakan di Mesir pada 486 SM karena pajak yang tinggi dan tekanan yang berat akibat Darius ingin membangun istana baru di Persepolis. Dalam Hukum Persia, kalau Raja ingin maju berperang maka ia diharuskan memilih penerus sebelum melakukan ekspedisi berbahaya. Karenanya ia memilih Xerxes sebagai calon penggantinya apabila ia mati. Darius juga menyiapkan makamnya di Naqsh-e Rustam, lima kilometer dari Istana Persepolis. Pada akhirnya Darius tak dapat memimpin penyerangan ke Yunani karena kesehatannya yang menurun dan ia meninggal pada Oktober 486 SM di usia 64 tahun.
Xerxes dilantik untuk menggantikan ayahnya pada Desember 486 SM. Begitu ia menjadi Raja, Xerxes langsung memimpin pasukan untuk memulihkan ketertiban. Pemberontakan di Mesir segera dipadamkan pada Januari 484 SM. Selain Mesir, ada juga kerusuhan di Babel yang berlangsung dua kali. Pemberontakan pertama pecah pada bulan Juni 484 SM dan dipimpin oleh Bel-shimanni. Pemberontakan Bel-shimmani berumur pendek, hanya berlangsung selama dua minggu. Dua tahun kemudian, muncul pemberontak lainnya di Babel, namanya Shamash-eriba. Dimulai pada musim panas 482 SM, Shamash-eriba merebut Babel dan kota-kota terdekat lainnya, seperti Borsippa dan Dilbat, dan kerusuhan baru dipadamkan pada Maret 481 SM setelah pengepungan Babel yang panjang. Penyebab pembelotan di Babel adalah Babilonia merasa sebagai entitas yang terpisah dari Persia. Setelah Babel jatuh, Xerxes memecah Babilonia menjadi kecamatan-kecamatan kecil.
Setelah semua pemberontakan dipadamkan, Xerxes mulai mempersiapkan tentaranya untuk penyerangan Yunani. Langkah awal adalah membangun kembali bala tentara ayahnya yang porak poranda karena dihajar oleh para pemberontak di Mesir dan Babel. Ia butuh 4 tahun untuk membangun kembali pasukannya. Paralel dengan itu, ia menyusun rute perjalanan menyusuri pinggiran laut Aegean agar bisa sampai ke Athena. Rute yang dipilih bukan hanya dengan kapal laut seperti yang biasa dilakukan kerajaan-kerajaan di sekitar Mediterania. Tetapi ada kaveleri yang memutar dari Sardis menuju ke Utara. Sampai di Hellespont, ada sebuah selat yang harus diseberangi untuk dapat mencapai Thrace. Agar cepat, Xerxes membangun jembatan ponton di selat itu. Barangkali itulah jembatan ponton yang pertama di dunia agar selat itu dapat dilalui oleh pasukan berkuda Persia. Begitu mencapai Thrace, Xerxes menyimpan perbekalan di sepanjang Thrace sampai Macedonia. Penyerangan dilakukan berjamaah dengan menggunakan prajurit banyak negara dari seluruh kekaisaran besar multi-etnis, termasuk Asyur, Fenisia, Babilonia, Mesir, Yahudi, Macedonia, Thrace, Paeonian, Achaean, Ionia, penduduk pulau Aegea, Aeolian, Pontus, Colchian, termasuk bala bantuan dari India. Dengan itu Xerxes bisa melintasi Thessaly dan masuk sampai Thermopylea dan Delphi, pintu gerbang Athena.

Pada saat Xerxes awal berkuasa, para negara tetangga Yunani kurang suka dengan invasi Athena ke Sisilia, sehingga kerajaan tetangga seperti Syracuse, Agrigentum, Thessaly, Thebes, dan Argos, memihak Persia. Xerxes berangkat pada musim semi 480 SM dari Sardis dengan armada sebanyak satu juta orang termasuk 10.000 prajurit elit. Ada pertempuran kecil di Thermopylae, 300 pasukan Yunani yang dipimpin oleh Raja Leonidas dari Sparta melawan pasukan Persia yang jauh lebih besar, tetapi akhirnya dikalahkan. Xerxes memerintahkan penghancuran Athena dan membakar kota, meninggalkan lapisan kehancuran. Persia dengan demikian menguasai semua daratan Yunani di Utara Tanah Genting Korintus.
Namun setelah Xerxes berhasil menjatuhkan Yunani, terjadi lagi pemberontakan baru di Babel, yang menyebabkan ia harus kembali ke Persia. Sampai di Persia, Xerxes meneruskan pembangunan istana di Persepolis, proyek ayahnya yang belum selesai. Pada Agustus 465 SM, Artabanus, komandan pengawal kerajaan dan pejabat paling berkuasa di istana Persia, membunuh Xerxes dengan bantuan seorang kasim, Aspamitres. Kurang jelas apa penyebab Artabanus membunuh Rajanya sendiri. Ada yang bilang karena Artabanus dibujuk oleh Artobazan, kakak Xerxes dari lain ibu yang berhasrat menjadi Raja. Artaxerxes, anak dari Xerxes, mengetahui pelaku pembunuhan itu, sehingga ia membunuh Artabanus dan putra-putranya. Artaxerxes kemudian menjadi Raja Persia yang baru, menggantikan ayahnya.

Ketertarikan generasi masa kini dengan Sparta kuno, khususnya Pertempuran Thermopylae, telah menyebabkan penggambaran kembali Xerxes dalam karya-karya budaya populer. Xerxes pernah diperankan oleh David Farrar dalam film fiksi “The 300 Spartans” (1962), di mana dia digambarkan sebagai seorang penguasa yang kejam, lalim dan seorang komandan yang tidak kompeten. Xerxes juga tampil menonjol dalam novel grafis “300” dan “Xerxes: The Fall of the House of Darius and the Rise of Alexander” oleh Frank Miller, serta film adaptasi “300” (2007) dan sekuelnya “300: Rise of an Empire” (2014).***