VISI.NEWS | BANYUWANGI – Dalam pengelolaan pariwisata, beberapa tahun terakhir Kabupaten Banyuwangi mulai menggeliat. Bandara Banyuwangi mulai beroperasi, destinasi wisata baru dibuka dan dalam setahun ada lebih dari 100 event festival yang digelar.
Dampak dari digenjotnya sektor pariwisata kabupaten di ujung timur jauh pulau Jawa ini, income per capita (IPC)-nya dari Rp. 19 juta, naik di tahun 2022 mencapai Rp 44 juta. Demikian juga angka pengangguran menurun dan brand image sebagai daerah tujuan wisata mulai mengemuka.

“Ini berkat kerja keras semuanya. Yang semula koordinasi antar perangkat daerah susah, sekarang sudah sangat solid. Kuncinya, kita bisa bekerja secara tim, dan saling menguatkan,” ungkap Asisten Administrasi Umum Choirul Ustadi Yudawanto yang mewakili Bupati Indramayu Ipuk Fiestiandani Azwar Anas saat menerima Bupati Bandung HM Dadang Supriatna dan sejumlah pimpinan OPD di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Kamis (26/1/2023).
Choirul Ustadi mengungkapkan, dengan luas wilayah 5,7 ribu kilometer persegi, daerah ini mempunyai potensi wisata yang luar biasa. “Hanya dulu masing-masing perangkat daerah jalan sendiri-sendiri, sehingga sulit menggali dan mengembangkan potensi yang ada,” katanya.
Di bawah kepemimpinan bupati sekarang, kata Choirul Ustadi, ada pergerakan yang menjadikan pariwisata menjadi payung dari semua kegiatan. “Dulu akses kita belum ada. Sekarang, setelah bandara dibuka akses terbuka dan kita bergerak semua. Pariwisata telah membangun brand baru Banjuwangi,” katanya.
Pada saat itu, kata Choirul Ustadi, semua stakeholder pariwisata dipanggil, dan mulai mengembangkan destinasi wisata baru “Pulau Merah”. “Saat itu kita hajar dulu. Buat dulu lokasi wisata berkerjasama dengan masyarakat setempat dan libatkan Pokdarwis. Setelah berjalan, kita buat kerjasama dengan Perhutani,” ungkapnya.
Pengelola Pokdarwis
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Choliqul Ridha mengungkapkan bahwa untuk pengelolaan destinasi wisata diserahkan kepada masyarakat melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). “Pengelolaan tempat wisata oleh Pordarwis dan kami dapat 10%, pada era sebelum pandemi dan untuk wilayah Perhutani saja. Ada beberapa tempat pariwisata yang pengelolaannya tetap oleh Pordarwis dengan menggunakan sistem ini,” ujarnya.
Sebelum pandemi, kata Choliqul Ridhaa, wisatawan diarahkan ke desa wisata. “Untuk desa-desa wisata ini pengelolaan kita serahkan kepada Bumdes,” ungkapnya.
Unsur Pentahelix

Sementara itu, Bupati Bandung HM Dadang Supriatna mengatakan bahwa studi tiru ini dalam rangka pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf). “Studi tiru ini dalam rangka pengembangan pariwisata dan ekraf,” tegasnya.
Dadang mengatakan, kedatangannya untuk mempelajari bagaimana strategi Pemkab Banyuwangi dalam mengoptimalkan potensi daerah yang ada dengan menggandeng unsur pentahelix, di antaranya Perhutani. “Selain itu untuk mempelajari mengenai share profit pengelolaannya. Melalui pentahelix tersebut, selain turut mensejahterakan perekonomian masyarakat lokal, di samping memberdayakan masyarakat juga mendorong pariwisata ekraf daerah lebih bangkit dan pesat,” tutur Dadang Supriatna.
Bupati Bandung juga ingin mengetahui, bagaimana peran desa dalam mengoptimalkan potensi pariwisata. Kemudian treatment apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam mendorong eksistensi hasil produksi masyarakat lokal agar tetap bertahan.
“Termasuk bagaimana sektor pariwisata mempengaruhi PAD (Pendapatan Asli Daerah). Untuk itu, melalui agenda studi tiru itu, mudah-mudahan akan dihasilkan sharing pengetahuan yang tepat untuk dapat diterapkan di Kabupaten Bandung,” ungkapnya.@asa