VISI.NEWS | JAKARTA – Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Sugiat Santoso, mengatakan kesuksesan pemerintahan Prabowo-Gibran menjalankan program-program, dalam setahun belakangan ini, tampaknya membuat beberapa pihak tidak senang.
Menurutnya, tak semua kelompok dalam negeri maupun global senang dengan keberhasilan program Prabowo tersebut.
“Saya sekaligus curhat, tidak semua kelompok dalam negeri maupun global yang senang dengan keberhasilan program-program Pak Prabowo. Bahwa masih banyak komprador-komprador asing, antek-antek asing di dalam negeri yang sedang berusaha menggagalkan program Pak Prabowo,” kata Sugiat dalam acara ‘Pekan Prabowo-Gibran: Satu Tahun untuk Indonesia Raya’ di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Sugiat menyatakan, antek-antek asing itu sepertinya memahami bahwa cita-cita Presiden Prabowo sejak dulu. Jika membaca buku Paradoks Indonesia, sudah sangat jelas bahwa Prabowo menginginkan kekayaan negara bisa dikapitalisasi, dijaga, diamankan, dan digunakan sebesar-besar manfaatnya untuk rakyat. Cita-cita Prabowo tersebut akan terlihat tahun depan, dengan rancangan APBN untuk semua program-programnya.
“APBN 2025 ini kan dirancang oleh pemerintahan sebelumnya. Sehingga banyak sekali program-program besar Pak Prabowo itu tidak bisa dieksekusi secara maksimal,” ujarnya.
Ia mencontohkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang belum bisa dieksekusi secara maksimal. Karena di APBN 2025 belum ada. Termasuk program lainnya.
“Paling di APBN-P ya kan. Begitu juga dengan Sekolah Rakyat, juga dengan koperasi desa-desa. Tapi dalam konteks pondasinya, saya pikir bahwa secara prosedural, dan secara formal, berdasarkan laporan, hampir semua, bahkan mungkin bukan hampir lagi, semua desa di Nusantara ini sudah terbentuk Koperasi Desa Merah Putih. Saya pikir pondasinya sudah ada. Tinggal bagaimana mengekseskusinya di 2026. Inilah pertaruhannya,” ungkapnya.
Untuk konsolidasi bidang ekonomi, lanjut Sugiat, Prabowo telah menunjukkan ketegasannya. Misal, melakukan perombakan kabinet, khususnya jabatan Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa, yang berbeda mazhab.
Di mana, Sri Mulyani dianggap penganut mazab kapitalisme global pasar bebas. Padahal, Prabowo ingin kehadiran negara dalam konteks ekonomi. Hal itu sesuai dengan gagasannya jika merujuk buku Paradoks Indonesia.
“Biasanya, kalau kapitalisme global itu, mazabnya Milton Friedman yang ditengarai dianut Menteri Keuangan sebelumnya, itu negara hanya sebatas wasit. Netral. Membiarkan mekanisme pasar berjalan alami, persoalan itu merugikan rakyat, itu alami saja. Tapi, kalau Pak Prabowo kan, kalau kita baca ide gagasannya, selama kita mengikuti rekam jejak beliau di politik, mazabnya bagaimana negara hadir dalam konteks pertarungan ekonomi yang semuanya adalah memenangkan rakyat,” ungkapnya.
Karenanya, apabila disimak baik-baik program Prabowo, contoh program MBG, yang tak hanya memenuhi kebutuhan gizi anak, tapi di balik itu bagaimana membangun ekonomi akar rumput.
“Program MBG itu punya derivasi ekonominya yang sangat kuat. Bagaimana kebutuhan daging, bagaimana kebutuhan beras dan sebagainya, itu kan prinsipnya dikelola oleh pengusaha-pengusaha lokal. Kalau itu nanti berjalan, pasti ekonomi akar rumput akan kuat dan tumbuh. Begitu juga dengan Koperasi Desa Mara Putih,” ungkapnya
“Insyaallah kalau itu di 2026 di eksekusi, pastinya ekonomi akar rumput, ekonomi kerakyatan yang itu dicita-citakan sejak dulu oleh Pak Prabowo Subianto akan lebih tumbuh. Begitu juga misalnya sekolah rakyat dan lain sebagainya,” sambungnya.
Tak lupa, Sugiat menekankan pentingnya konsolidasi politik di dalam negeri untuk mendukung program pemerintahan Prabowo-Gibran. Ia meminta relawan dapat mengambil peran sebagai penyalur, juru mata, dan juru telinga pemerintah pusat terkait dengan eksekusi program-program Prabowo.
“Konsolidasi politik akar rumput ini penting untuk dilakukan agar relawan dapat menjadi bagian dari kesuksesan pemerintahan Prabowo-Gibran,” kata Sugiat.
Sugiat juga menyoroti upaya politik devide et impera yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk mengadu-domba dan memecah belah bangsa. Namun, ia menilai bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran dan partai pendukungnya telah berhasil mengkonsolidasi kekuatan bangsa dan mencegah perpecahan.
“Alhamdulillah Pak Prabowo di eksekutif, Bang Dasco di legislatif, bisa mengkonsolidasi kekuatan bangsa agar bangsa tidak pecah,” kata Sugiat.
Sugiat juga mengingatkan bahwa tantangan akan terus berlanjut dan pemerintahan Prabowo-Gibran harus tetap waspada. Ia berharap agar relawan dapat terus berperan aktif dalam mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran dan menggagalkan upaya-upaya yang bertujuan untuk menggagalkan program-program pemerintah. @givary












