VISI.NEWS | BANDUNG – Seorang pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan kekhawatiran atas pemangkasan dana bantuan luar negeri oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Tom Fletcher, Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), menyebut pengurangan dana ini sebagai ‘guncangan seismik’ bagi sektor kemanusiaan global.
Dalam konferensi pers yang dikutip oleh AFP, Fletcher memperkirakan bahwa lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan. Namun, akibat pemotongan ini, PBB kini harus membuat keputusan sulit dalam menentukan kehidupan mana yang bisa diselamatkan lebih dulu.
Sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu, program bantuan luar negeri AS melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menjadi sasaran pemangkasan anggaran. Departemen Luar Negeri AS bahkan mengumumkan bahwa 83 persen program USAID akan dihentikan.
Sebelumnya, PBB memperkirakan bahwa mereka membutuhkan dana sebesar US$47,4 miliar untuk mendukung sekitar 190 juta orang pada tahun 2025. Namun, dengan berkurangnya pendanaan dari AS yang selama ini menjadi kontributor utama jangkauan bantuan PBB semakin menyusut.
“kami telah… terlalu bergantung pada pendanaan AS.” kata Fletcher, seraya menambahkan bahwa saat ini timnya di Jenewa tengah berusaha mencari cara untuk menyelamatkan 100 juta jiwa dengan sumber daya yang tersisa untuk tahun depan. @ffr