VISI.NEWS – Salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh umat Islam adalah iman kepada hari akhir. Tiap-tiap hamba Allah wajib percaya akan adanya kehidupan setelah kematian.
Ustaz Ahmad Zainuddin Al-Banjary, dalam salah satu kajiannya menyebut membicarakan misteri kehidupan setelah kemudian sama halnya dengan membicarakan akidah atau iman kepada hari akhir. Hal ini perlu ditanamkan di dalam hati dan pikiran tiap-tiap muslim.
Rasulullah saw. dalam HR Ibnu Majah no. 4.258 pernah berucap, “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutus kenikmatan, yaitu kematian”. Bahkan kepada para sahabat, Nabi berpesan agar mengingat kematian ini lebih dari salat yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari.
“Kita (umat) juga diminta untuk memperbanyak mengingat kematian. Dengan mengingat kemtian, kita mendapatkan pahala karena ini adalah ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT,” ujar Ustaz Ahmad kepada jemaah kajian agam di Masjid Jami’ Al Mubarak.
Gaya hidup para sahabat pun dalam urusan hari akhir selalu menjadi yang paling sempurna. Semuanya mencari surga yang paling tinggi dan megah, surga Firdaus.
Ustaz Ahmad melanjutkan, dalam urusan akhirat atau hari akhir, tiap umat harus mencari yang paling utama, paling tinggi, dan paling sempurna. Orang yang paling baik akhlaknya dan paling banyak mengingat kematian, maka ia adalah orang yang paling baik persiapannya dalam menjemput kematian.
Mengingat kehidupan setelah kematian telah menjadi kebiasaan baik bagi Nabi maupun para sahabat. Nabi Muhammad saw. tidak pernah berhenti mengingatkan tentang adanya surga dan neraka.
Bahkan saking seringnya hari akhir ini diperbincangkan dalam majelis, para sahabat bahkan menganggap kehadiran surga dan neraka ini seperti kasat mata. Mereka mampu melihat di depan mata kepala mereka meski hal ini masih menjadi rahasia Allah SWT.
“Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan seseorang dari akhirat, kecuali dirinya sendiri. Tidak akan pernah orang masuk ke dalam neraka kecuali ia tauhid. Kalaupun orang bertauhid masuk neraka, ia tidak akan selamanya di sana,” ucapnya.
Ia pun mewanti-wanti jemaah agar tidak berperilaku seperti orang kafir. Orang kafir akan senantiasa rakus dalam umur. Sepanjang hidupnya, orang kafir hanya akan berpikir bagaimana cara agar bisa hidup di dunia selama-lamanya. Sementara sebagai seorang muslim akan memikirkan bagaimana cara bertahan setelah kematian.
Sifat orang kafir akan terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Bagaimana mereka bisa menikmati hidup di dunia yang fana dan sementara ini dengan penuh. Mereka tidak akan pernah berpikir bagaimana jika mereka nanti mati.
Dalam surat ar-Rum ayat 7 Allah berfirman, “Mereka (orang akfir) hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia. Sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
Kehidupan setelah kematian sejatinya dimulai sesaat setelah ruh manusia berpisah dari jasadnya dan diangkat ke langit lalu dikembalikan lagi ke alam barzah. Dalam surat al-Ankabut ayat 57 Allah berfirman, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (bersambung)@fen/sumber:republika.co.id