– “Akibat saking kerasnya tarikan yang dilakukan oleh malaikat pencabut nyawa, seluruh urat akan putus dan setiap otot yang ada di tubuh akan pecah.”
VISI.NEWS – Setiap orang akan merasakan kematian, tanpa terkecuali kepada Nabi sekali pun. Hakikat dari kematian adalah waktu terputusnya untuk beramal dan masuk dalam alam hisab.
Di dunia, orang cenderung bebas melakukan hal apa pun. Baik yang bersifat baik maupun buruk. Ini terjadi karena tidak akan ada yang menghitung dan menilai setiap perbuatan manusia di dunia. Namun berbeda dengan setelah kematian, sekecil apa pun perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan.
Untuk menyiapkan kehidupan setelah kematian, Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Abdullah bin Umar r.a., “Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seseorang yang asing, atau seorang musafir.” Nabi selalu memberikan pesan kepada sahabat untuk tidak menyianyiakan waktu yang dipunya selama di dunia dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam urusan agama.
Kematian sejatinya adalah pembeda antara dunia ini dan dunia yang hidup selama-lamanya. Kematian adalah pemisah antara waktu untuk beramal dan waktu untuk ganjaran atas amal, serta pemisah antara waktu pengumpulan amal dan perhitungan atas amal yang sudah dikumpulkan.
Setelah kematian datang, tidak ada satu pun yang bisa mengungkapkan alasannya dalam berperilaku selama hidup di dunia. Ia akan menanggung segala dosa maupun pahala yang dikumpulkan selama masa hidupnya.
“Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ia akan mati. Bahkan nabi pernah bersabda bahwa sesungguhnya tiap-tiap manusia berada dalam bahaya karena tidak tahu kapan akan mati. Kematian tidak membedakan mana anak-anak dan mana yang tua, pun tidak membedakan mana yang sakit kronis dan parah dengan yang sehat walafiat,” ujar Ustaz Ahmad.
Dalam HR Al-Hakim dan Bukhari disebut Rasul pernah bersabda, “Sesungguhnya jika Allah menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut.”
Terakhir, Ustaz Ahmad mengingatkan, alam kubur akan menjadi persinggahan pertama bagi ruh yang telah dicabut dari jasadnya. Siapa yang selamat dalam kubur maka setelahnya kehidupan di akhirat akan lebih mudah. Namun, bagi siapa pun yang bersusah-susah dalam menjalani kehidupan di alam kubur, maka seterusnya ia tidak akan pernah tenang.
Ia pun mengingatkan bahwa saat pencabutan ruh ini terjadi, ada perbedaan yang dilakukan oleh para malaikat pencabut nyawa. Hal ini tentu melihat dari amal dan ibadah setiap manusia.
Kepada orang yang beriman, para malaikat akan turun dari langit dan wajah para malaikat ini putih bagai matahari. Mereka akan membawa kain kafan dan tandu dari surga. Sementara bagi orang kafir, wajah para malaikat ini akan berwarna hitam dan mereka membawa kain dan tandu yang berasal dari api neraka.
Bagi orang yang beriman, ketika ruh mereka dicabut akan terasa lancar seperti air yang keluar dari dalam mulut meskipun tetap terasa sakit. Namun bagi orang kafir, Rasulullah saw. mengibaratkan prosesnya seperti mencabut bulu domba yang basah, berat.
“Akibat saking kerasnya tarikan yang dilakukan oleh malaikat pencabut nyawa, seluruh urat akan putus dan setiap otot yang ada di tubuh akan pecah,” ucap Ustaz Ahmad.
Harta dan prestasi yang dimiliki selama hidup di dunia tidak akan di bawa dalam kubur. Semua itu akan ditinggalkan dan menyisakan amal saleh. Amal inilah yang akan membantu saat berada di alam kubur.
“Hidup di dunia adalah untuk mencari bekal bagi kehidupan setelah kematian. Persiapkan diri terhadap kematian. Istikamahlah dalam hidup dan mudah-mudahan dimudahkan saat menghadapi hari kematian,” ujar Ustaz Ahmad. @fen/sumber:republika.co.id