Search
Close this search box.

TAUSIAH: Jangan Membenci Wali Allah

Ilustrasi./minanews.net./ist.

Bagikan :

VISI.NEWS – Dalam sebuah hadis diterangkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ( إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ ) – رواه البخاري

“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anh, ia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah Taala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqarrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqarrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya.” (Bukhari no. 6502)

Pengarang Kitab Al-Ifshah berkata: “Hadis ini mengandung pengertian bahwa Allah menyampaikan ancaman kepada setiap orang yang memusuhi wali-Nya. Allah mengumumkan bahwa Dia-lah yang memerangi orang yang menjadi wali-Nya.

Wali Allah yaitu orang yang mengikuti syari’at-Nya. Karena itu hendaklah manusia takut untuk berbuat yang menyakiti hati wali-wali Allah. Memusuhi di sini berarti menjadikan wali Allah sebagai musuh, yaitu memusuhi seseorang karena dia menjadi wali Allah.

Baca Juga :  Bangunan Rumah Milik PT KAI di Jalan Natuna Bandung Ditertibkan, Sudah Diberi 3 Surat Peringatan

Adapun jika terjadi perselisihan antara wali Allah karena memperebutkan hak, maka hal semacam ini tidak termasuk dalam makna memusuhi yang dimaksud dalam hadis ini, sebab pernah terjadi perselisihan antara Abu Bakar dan Umar, Abbas dan Ali dan banyak lagi sahabat yang lain, padahal mereka semua adalah wali-wali Allah.”

Kalimat, “Hamba-Ku senantiasa (bertaqarrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardu yang Aku perintahkan kepadanya” menyatakan bahwa yang sunah tidak boleh didahulukan daripada yang wajib. Suatu perbuatan sunah mestinya dilakukan bila yang wajib sudah dilakukan, dan tidak disebut menjalankan yang sunah sebelum yang wajib dilakukan.

Hal ini ditunjukkan oleh kalimat, “Hamba-Ku senantiasa (bertaqarrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya” yaitu karena ia bertaqarrub dengan amalan yang sunah yang mengiringi amalan yang wajib. Bila seorang hamba selalu , mendekatkan diri dengan amalan yang sunah, maka hal itu akan menjadikannya orang yang dicintai Allah.

Kemudian kalimat, “Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan”. Hal ini merupakan tanda kecintaan Allah terhadap orang yang dicintai-Nya, maksudnya orang itu tidak akan mau mendengar hal-hal yang dilarang oleh syariat, tidak mau melihat hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syariat, tidak mau mengulurkan tangannya memegang sesuatu yang tidak dibenarkan oleh syariat dan tidak mau melangkahkan kakinya kecuali hanya kepada hal-hal yang dibenarkan oleh syariat. Inilah pokok permasalahannya.

Akan tetapi, sering ketika seseorang menyebut nama Allah hingga disebut sebagai ahli zikir, sampai ia tidak mau mendengar perkataan orang yang berbicara dengannya, kemudian orang yang bukan ahli zikir berusaha mendekat kepada orang yang ahli zikir ini karena ingin menjadikannya sebagai perantara agar Allah mendengarkan permohonan mereka.

Baca Juga :  Mengapa Masyarakat Indonesia Tidak Fasih Berbahasa Belanda?

Begitu pula dengan mubashirat (orang yang merasa dirinya bisa melihat Allah), mutanawilat (orang yang merasa dirinya mampu menjangkau Allah) dan mas’aa ilaih (orang yang merasa dirinya telah melangkah menuju Allah). Semua itu adalah sifat yang mulia. Kita memohon kepada Allah semoga kita termasuk ke dalam golongan (yang dicintai Allah) ini.

Kalimat, “Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya” menunjukkan bahwa seseorang yang telah menjadi golongan yang dicintai Allah, maka permohonan kepada Allah tidak akan terintangi dan Allah akan memberikan perlindungan kepadanya dari siapa saja yang menakutinya. Allah Maha Kuasa untuk memberikan sesuatu kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi perlindungan sebelum ia memohon. Akan tetapi Allah senantiasa mendekat kepada hamba-Nya dengan memberi sesuatu kepada orang-orang yang meminta dan melindungi orang-orang yang meminta perlindungan.

Kalimat pada awal hadis, “maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya” maksudnya Aku menyatakan kepada orang yang seperti itu bahwa dia telah memerangi Aku. Wallahu a’lam.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju jalan keistikamahan sehingga saat Allah panggil kita bisa masuk dalam husnul khatimah. Karena itu, jagalah selalu wali-wali Allah, jangan pernah sekalipun menyakitinya entah itu dengan lisan ataupun perbuatan buruk. @fen/minanews.net/bahron ansori

Baca Berita Menarik Lainnya :