VISI.NEWS – Dua nama Bakal Calon (Balon) Bupati Bandung dari Partai Golkar Kurnia Agustina (Teh Nia) dan Dadang Supriatna (Kang DS) paling banyak disoroti masyarakat dalam spektrum yang berlawanan. Teh Nia dianggap sebagai kandidat dari incumbent dan Kang DS dari kelompok ‘perlawanan’ terhadap incumbent. Demikian informasi yang dihimpun VISI.NEWS dari berbagai pihak, Sabtu (20/6/2020).
Teh Nia, dianggap kandidat yang punya karakter kepemimpian yang kuat seperti ayahnya Obar Sobarna. Ia lebih ‘care‘ dibandingkan suaminya Dadang M. Naser yang sekarang menjabat sebagai Bupati Bandung. “Teh Nia sosok Wanita yang memiliki kemampuan diatas rata rata wanita di Kab. Bandung, bukan cuma isapan jempol saja tetapi sudah ada bukti yang konkrit. Sejak beliau terjun di organisasi kepemudaan dan menjadi pengurus KNPI di eranya Kang DN (Dadang M. Naser) sebagai Ketua KNPI pada saat itu, beliau terbilang aktifis yang edukatif, kreatif dan inovatif,” ujar Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Bandung Nandang Sucita. AMPI merupakan underbow Partai Golkar.
Bisa di bilang, kata pria akrab disapa Abah Korun ini, setiap ada kesempatan itu tidak disiasiakan, kedisiplinanya, sifat nya yang low profile menjadikan satu modal untuk bergaul di berbagai kalangan. “Hal yang paling mendasar ini, bisa menjelma seperti Nia Agustina sekarang ini,” tandasnya.
Edukasi Teh Nia dalam politik, katanya, secara langsung dari dua karakter pemimpin yang berbeda. Di satu sisi ia belajar dari ayah sebagai anggota TNI (Obar Sobarna) dan sang suami Kang DN yang merupakan tokoh organisasi yang mumpuni, dan bisa merangkul berbagai kelompok elit politik dan ormas keagamaan di Kabupaten Bandung yang di buktikan bisa menjabat dua periode Bupati Bandung.
“Perjalanan Teh Nia sejak remaja aktif sebagai Aktifis, baik di kampus maupun luar kampus, digeluti dari dulu hingga sekarang,” kata Nandang.
Teh Nia, katanya, juga memiliki jiwa kepemimpinan dan mengerti tentang situasi serta kondisi Kab. Bandung sekarang ini. Terlebih ia juga aktif di berbagai organisasi, seperti Forum Olahraga Rekreatif Masyarakat Indonesia (FORMI), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), dll. “Apalagi sekarang sebagai Ketua Tim Pegerak PKK Kab. Bandung yang terjun langsung ke bawah melihat situasi kondisi masyarakat di pedesaan bercampur dengan ibu-ibu PKK tingkat kecanatan dan desa, maka lebih mengetahui apa yang harus di kerjakan demi memajukan Kab. Bandung dengan kondisi yang sebenarnya,” papar Nanadang.
Teh Nia, katanya lebih lanjut, juga diakui oleh kelompok organisasi lain dan mendapatkan berbagai penghargaan sebagai bukti bahwa beliau punya prestasi. “Maka dalam transisi pemerintahan Kab. Bandung banyak kalangan masyarakat, organisasi serta tokoh yang mendorong supaya ikut serta dalam Pilbub di Kab. Bandung. Rasa-rasanya mumpuni sekali dan pantas untuk memimpin Kab. Bandung di masa yang akan datang,” katanya.
Kang DS
Sementara Kang DS dimata anggota Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung Ubun Ruswandi mengatakan, merupakan kader partai yang cukup matang untuk diusung sebagai Calon Bupati Bandung. Selain itu, melihat peta persaingan yang akan terjadi pada Pilkada 2020 ini, kandidat laki-laki lebih berpeluang menang dibandingkan perempuan.
“Kalau PKS menjadi lawan kita akan sangat berat bagi Partai Golkar untuk memenangkan Pilkada kalau kandidatnya perempuan karena stigma agama yang akan dibangun. Sedangkan mayoritas penduduk Kabupaten Bandung muslim dan banyak tokoh agama,” ungkap Ubun.
Alasan lain, kata Ubun, adanya penyegaran di tubuh Partai Golkar Kabupaten Bandung agar ada kegairahan berpartai dan pembangunan di Kabupaten Bandung. “Saya rasa cukup yah untuk Pak Dadang dan Pak Obar selama 20 tahun berkuasa di Kabupaten Bandung, sekarang saatnya memberikan kesempatan kepada kader partai yang lain. Teh Nia kan masih muda, dan kita harus melindungi kalau ada stigma negatif kepada keluarga ini. Juga tentunya jangan sampai terjadi ‘insiden’ jelang Pilkada di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kota Bandung dan Kota Cimahi terjadi juga disini. Karena ini medan politik, cara apapun pasti akan dilakukan juga oleh lawan-lawan politik kita untuk memenangkan kontestasi ini. Kita juga harus melindungi kebesaran Partai Golkar di Kabupaten Bandung,” tandasnya.
Ubun juga melihat, Kang DS tidak hanya didukung oleh grassroot, tapi juga komunitas pemuda, tokoh agama terutama Nahdlatul Ulama (NU), dan suprastruktur Partai Golkar. “Yang saya tahu, Kang DS ini tidak hanya bergerak terus di bawah, namun ia juga sudah berkali-kali bertemu dengan pimpinan DPP Partai Golkar, mulai dari Pak Erlangga, Pak Agus Gumiwang, Pak Agung Laksono, Pak Doli, Pak Ace, dll. Bahkan ia sudah menemui ulama paling kharismatis yang sangat dihormati jajaran pimpinan Partai Golkar,” tandasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan aktifis di Kabupaten Bandung Agus Adnan. Menurutnya, lawan politik Partai Golkar, terutama PKS kalau sampai pada Pilkada di Kabupaten Bandung ini bersebarangan, berpeluang sangat besar untuk memenangkan Pilkada kalau calon yang disodorkan Partai Golkar wanita. “Dalam perhatian saya, PKS sudah sangat masif membangun jejaring dari semua komunitas, termasuk pengusaha-pengusaha muda yang potensial. Jejaring tokoh agama jangan ditanya, PKS ini sangat kuat,” pungka mantan pengurus DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung ini.
Dua nama dari empat Balon Bupati Bandung dari Partai Golkar ini masih menunggu rekomendasi dari DPP. Disamping kedua nama tersebut, Deding Ishak dan Yoga Santosa juga berpeluang untuk satu paket dengan Kurnia Agustina kalau direkomendasi pusat. “Bahkan keduanya dianggap bisa menjadi ‘kuda hitam’ paket Golkar. Bisa Nia-Deding, Bisa Nia-Yoga, masing-masing punya kans diusung partai. Atau mungkin juga Nia-DS atau DS-Nia,” ujar sumber di DPP Partai Golkar sambil tersenyum.@mpa/asa