VISI.NEWS – BANDUNG | Tim “Buru Expedition – Rediscover Buru” dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri segera bergerak melanjutkan ekspedisi di Pulau Buru. Pada Rabu, 17 September 2025, tim dilepas secara resmi oleh Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Buru, M.Z. Effendy Rada, S.E., M.M. di Aula Kantor Bupati Kabupaten Buru.
Setelah acara pelepasan yang ditandai juga dengan tarian adat ‘Sawat Buru’, tim langsung bergerak ke titik-titik awal lokasi kegiatan di setiap pelosok Pulau Buru. Pada ekspedisi kali ini Wanadri melakukan berbagai kegiatan yang selaras dengan empat pilarnya, yaitu pendidikan, penjelajahan, kemanusiaan dan pelestarian alam.
Pulau Buru dipilih menjadi target ekspedisi karena merupakan salah satu pulau terbesar di kepulauan Maluku yang cukup banyak dicatat dalam proses sejarah Indonesia, tetapi masih belum tergali. Banyak aspek potensi alam dan budayanya belum dikenal dan belum diungkap. Kali ini Wanadri bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Unpad beserta Mahatva (Mapala Pertanian Unpad).
Tim berusaha mengungkap dan mengangkat kembali potensi alami, keanekaragaman hayati, serta kekayaan budaya di Buru. Banyak potensi kurang teperhatikan karena minat sebagian orang hanya berpusar pada kegiatan eksploitatif alam untuk keuntungan jangka pendek.
Kegiatan ekspedisi berlangsung dari April hingga Oktober 2025 dan beberapa sudah dilaksanakan, yakni:
– Pemanjatan Tebing Kaku Mahu setinggi 700 m yang belum terjamah telah diselesaikan pada 20 Mei 2025, sekaligus melakukan pendataan Flora di wilayah tebing curam yang khas.
– Penjelajahan Gunung Hutan dengan penelitian flora di gunung Kapalatmada. Pendataan dan penelitian flora khususnya mengidentifikasi tumbuhan yang memiliki resiliensi pada perubahan iklim. Target luaran penelitian antara lain: tulisan-tulisan di jurnal ilmiah, buku pustaka popular “Biodiversitas Flora Pulau Buru”, Buku Pustaka popular “Merawat Pulau Buru: Flora, Tebing dan Gunung”, Risalah Kebijakan; Bank Data strategi Konservasi, Risalah Kebijakan: Rekomendasi Strategi Konservasi”, Patent Teknologi Konservasi serta Penamaan Spesies Flora Baru.
– Pendataan Sosial Budaya sekaligus pengamatan potensi sosial budaya yang bisa diangkat menjadi pengembangan ekowisata di pulau Buru.
– Sirkumnavigasi pesisir Buru dengan kayak laut menelusuri perairan pesisir sekeliling pulau sekaligus mencatat potensi alam dan budayanya, karena pesisir dan laut merupakan bagian utama jatidiri bangsa bahari.
– Rehabilitasi mangrove berupa penanaman dan perawatan mangrove yang mendukung upaya menjaga kesetimbangan ekosistem alami di wilayah pesisir yang memiliki potensi blue carbon, mengurangi tekanan abrasi serta memperbaiki kualitas air di perairan Buru. Kerja bersama West Java Conservation Trust Fund (WJCTF) dan lembaga usaha yang peduli dengan restorasi mangrove beserta komunitas lingkungan yang ada di Buru.
– Pelatihan Selam bagi elemen masyarakat Pulau Buru bersertifikat A agar mampu melakukan penanaman dan pemeliharaan terumbu di perairan pesisir Buru. Selain memperbaiki dan menjaga ekosistem perairan pesisir juga akan mendukung pengembangan pariwisata di perairan Buru.
– Program kesehatan masyarakat meliputi antara lain pemeriksaan kesehatan warga, operasi katarak, kacamata baca gratis, serta dukungan penyediaan air bersih. Program kegiatan ini merupakan kerja sama Wanadri, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), BASARNAS, TNI AU, TNI AD, KODAM Pattimura, Dinas Kesehatan Maluku/Buru serta elemen masyarakat Buru. @TKS












