VISI.NEWS|BANDUNG – Usainya kegiatan Tim Wanadri Ocean Exploration Series (WOES) di perairan Pulau Buru menggenapkan program Buru eXpedition Wanadri 2025. Tim WOES telah menyelesaikan kegiatan pelatihan dan sertifikasi Open Water Scuba Diving, Penanaman Terumbu Karang serta survei dan pemetaan kerusakan terumbu karang di Kabupaten Pulau Buru Provinsi Maluku Indonesia. Kegiatan pelatihan dan sertifikasi open water diving dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan kapasitas sumber daya lokal Pulau Buru.
Kegiatan berlangsung selama empat hari, dari 20 hingga 24 Oktober 2025, dengan fokus utama pada peningkatan kapasitas masyarakat pesisir. Tujuan kegiatan adalah membekali peserta dengan kemampuan dasar menyelam yang aman serta menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya konservasi ekosistem laut. Sebanyak 14 peserta yang terdiri dari 2 anggota Wanadri, 1 anggota Kappa FIKOM Unpad, dan 11 warga lokal mengikuti pelatihan dan berhasil mendapatkan sertifikasi open water scuba diving POSSI. Mereka didampingi oleh instruktur selam dari Ambon Dive Explore dan sebelas anggota Wanadri.
Koordinator Pelatihan dan Sertifikasi Selam, Yose Fajri Nanda (45) menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak akan berhenti pada tahap pelatihan saja. “Kami akan terus membersamai dengan melakukan monitoring dan pendampingan secara berkelanjutan agar program yang sudah dijalankan tidak berhenti, tetapi bisa terus hidup. Kami berharap akan tumbuh kesadaran memiliki dan memelihara lingkungan agar tetap lestari,” ujar Yose.
Selain pelatihan dan sertifikasi, tim WOES juga melaksanakan berbagai kegiatan lain dari tanggal 18- 25 Oktober 2025, antara lain:
- Penyelaman dan pendataan (survei dan penamaan) kondisi terumbu karang di perairan kawasan Pantai Jikumerasa dan Desa Hatawano, Buru. Kegiatan ini bertujuan untuk asesmen potensi ekowisata serta konservasi bawah laut dan penilaian kerusakan ekosistem terumbu karang akibat kegiatan kurang ramah lingkungan di masa lampau.
- Transplantasi terumbu karang menggunakan metode spider web reef dengan spesimen coral reef lokal. Kegiatan ini dilakukan di beberapa titik di kawasan pantai Jikumerasa Pulau Buru dengan tujuan mendorong pemulihan terumbu karang yang rusak dan secara berkelanjutan sebagai upaya konservasi ekosistem terumbu karang di Pulau Buru.
- Edukasi lingkungan kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan dan manfaat ekosistem terumbu karang. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, antara lain Dinas Pariwisata Kab. Buru, Basarnas Ambon, BNN Kab. Namlea, masyarakat lokal, perangkat desa, komunitas penggiat alam terbuka, Bandung Scuba Center, dan instruktur dari Ambon Dive Explore. Kolaborasi ini menunjukkan semangat bersama untuk menjaga kelestarian laut dan mendorong potensi wisata bahari Pulau Buru sebagai destinasi yang berkelanjutan.
Selain program pelatihan dan sertifikasi selam untuk perawatan terumbu karang, Buru eXpedition juga menyelesaikan sejumlah kegiatan penting yang mencakup aspek eksplorasi, penelitian, serta pendidikan masyarakat, yakni:
- Sirkumnavigasi Pulau Buru berupa pengarungan mengelilingi Pulau Buru menggunakan kayak laut sejauh 404,2 kilometer selama 29 hari. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tim ekspedisi (tim Segara) didampingi oleh speedboat milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru sebagai kapal pendukung logistik dan pengamanan oleh Tim Nusa. Tim Nusa, yang dikomandoi oleh anggota Wanadri angkatan Hujan Lembah, Pranata Indra. Tim ini berperan sebagai tim utama pendamping pengarungan kayak sirkumnavigasi Pulau Buru. Kapal pendukung dengan Kapten La Ono Rumbia bersama ABK Musmulyadi dan La Rangky Rumbia, serta tim Nusa bertugas membawa logistik perbekalan, peralatan pribadi, serta memastikan keamanan tim dari berbagai potensi risiko di laut. Selama perjalanan, tim Nusa sering berpapasan dengan lumba-lumba dan paus berukuran dua kali lebih besar dari kapal pendukung di perairan Buru. Salah satu jenis lumba-lumba teramati berdasarkan referensi literatur, menunjukan jenis lumba-lumba Hidung Botol Indo Pacific (Tursiup aduncus) yang juga terpantau oleh tim Nusa di perairan Waplau, Buru.
- Penelitian Sosial-Budaya oleh Tim Research and Creative (RnC) Ekspedisi yang berfokus pada penelitian kehidupan sosial-budaya masyarakat Pulau Buru. Selama beberapa minggu, tim melakukan perjalanan lintas wilayah seperti Kayeli, Masarete, Waefefa, Grandeng, Wamlana, Balubalu, Waegrahe, dan Waemite untuk mempelajari relasi masyarakat dengan ruang hidupnya serta cara mereka merawat pengetahuan dan identitas lokal. “Di Pulau Buru, kami menemukan bahwa pengetahuan tidak hanya tersimpan dalam teks atau teori, tetapi hidup dalam tatanan adat, dalam cara manusia memaknai hutan, laut, dan gunung sebagai bagian dari kosmosnya. Di sini, relasi manusia dan alam bukan hubungan eksploitasi, melainkan etika keberadaan.” Ujar Aldiansyah, anggota tim RnC dari Wanadri. “Pulau Buru bagi saya adalah ruang belajar tentang bagaimana manusia dan alam saling menautkan makna hidup. Di sana, saya melihat pengetahuan tidak tersimpan dalam buku, atau teori, tapi hidup dalam adat, bahasa, dan cara mereka menjaga hutan serta lautnya. Pengalaman di Buru juga membuka mata saya tentang bagaimana sejarah dan ingatan kolektif membentuk identitas masyarakatnya. Lebih dari penelitian, perjalanan ini menjadi refleksi tentang hubungan manusia dengan alam dan dengan masa lalunya sendiri.” Ujar Zacharya Griselda, anggota tim RnC dari Kappa Fikom Unpad.
- Program Pendidikan dan Literasi Melalui Tim Pendidikan dan Literasi, Buru eXpedition melaksanakan kegiatan sosial berupa pembagian 100 paket tas dan alat tulis (dukungan Mizan Grup, Teman Satu Arah, Dharmalia Center) serta 60 paket tas (dukungan Eiger) serta alat tulis & buku tulis (dukungan Dandim 1506/Namlea). Paket tas dan alat tulis didistribusikan untuk 50 siswa SD di desa Nalali, 50 siswa di MTS desa Nalali, 20 siswa di SD Raheriat, dan 40 siswa SD Waegrahe, Danau Rana. Selain itu terdapat pengajaran penulisan cerita untuk siswa SMP 21 di desa Waeura.
- Layanan Kesehatan Masyarakat dan operasi katarak pada 119 orang.
- Penanaman tahap awal dari 4.000 bibit mangrove di Desa Kaki Air.
- Penelitian flora hutan oleh tim Mahatva Fakultas Pertanian Unpad dan mencapai puncak Kapalatmada (Kaku Ghegan) ketinggian 2.683 mdpl.
- Pemanjatan Tebing Kaku Mahu dengan ketinggian vertikal 350 meter.@TKS












