VISI.NEWS | SOLO – Indonesia perlu mengunakan pembanding atau benchmarking sebagai tolok ukur pengembangan transformasi digital jasa keuangan dengan Perancis.
Hal itu agar progres hasil digitalisasi di kalangan pelaku usaha sektor jasa keuangan di Indonesia, sama bagus dengan digitalisasi yang dilakukan di Perancis.
Pakar ekonomi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Irwan Trinugroho, yang baru pulang dari Perancis bersama Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho, mengungkapkan pendapat itu kepada wartawan, di kampus UNS Kentingan, Sabtu (9/7/2022).
“Transformasi digital jasa keuangan saat menjadi isu internasional perlu mendapat perhatian di Indonesia. Karena digital transformasi itu kelak menjadi sebuah keharusan,” ujarnya.
Menyinggung alasan perlunya benchmarking Indonesia ke Perancis, Prof. Irwan, mengungkapkan, digitalisasi jasa keuangan di Perancis sudah sejak lama dilakukan. Penetrasi digitalisasi di Perancis sudah dimulai sejak 2008, saat dunia-tengah dilanda krisis keuangan global.
Sedangkan di Indonesia, katanya, proses digitalisasi sektor jasa keuangan belum lama dimulai. Peraturan tentang sistem keuangan digital terkait financial technology (fintech) baru diterbitkan pada akhir 2016.
“Nah, Perancis sudah mengenal digitalisasi jasa keuangan sejak krisis. Artinya, mereka one step ahead dibandingkan Indonesia,” tandasnya.
Merujuk pada isu penting transformasi digital jasa keuangan, menurut Prof. Irwan, UNS sebagai institusi pendidikan tinggi juga ikut terlibat dalam pengembangan transformasi digital jasa keuangan dengan mengajukan grand design riset ini ke European Cope Commission (EU).
Hasilnya, FEB UNS mendapatkan dana hibah internasional dari EU, karena EU memandang riset tentang transformasi digital jasa keuangan merupakan hal strategis di Indonesia.
“EU memberikan dana sebesar Rp 17 miliar untuk riset transformasi digital di sektor jasa keuangan. Salah satu output dana hibah hasil kolaborasi UNS dengan Limoges of University dan beberapa perguruan tinggi supporting lain, adalah berdirinya Fintech Center UNS,” jelasnya.
Dosen FEB yang saat ini merupakan prosesor termuda di UNS, menyatakan, dengan menggandeng universitas di Perancis UNS mendapatkan benefit di antaranya capacity building dari para expert di bidangnya.
“Sehingga kemampuan kita untuk melakukan riset ikut meningkat. Hasilnya lebih bermanfaat. Termasuk peluang mendapatkan dana internasional untuk riset juga lebih mudah,” sambung Prof. Irwan.
Sementara itu, Rektor UNS, Jamal Wiwoho, menjelaskan, kehadirannya di Perancis belum lama ini, adalah menghadiri pertemuan internasional “The 12th Joint Working Group (JWG) on Higher Education, Research, Innovation, and Entrepeneurship” di Valenciennes, Perancis.
Dalam pertemuan internasional dengan perguruan tinggi mitra di Perancis, dibahas program kerjasama di berbagai bidang pendidikan, khusus riset dan inovasi termasuk pengembangan transformasi digital sektor jasa keuangan.
Prof. Jamal menegaskan, perguruan tinggi Indonesia termasuk UNS yang merupakan mitra strategis perguruan tinggi Perancis dan negara-negara Eropa, akan terus melanjutkan kolaborasi berbagai riset, khususnya bekerjasama dengan universitas di Perancis.
Dalam kerjasama tersebut, masing-masing pihak membuka lahan dan track riset baru dan UNS bereksplorasi dengan para akademisi Perancis, serta melanjutkan program pertukaran mahasiswa double degree dan bekerjasama untuk mendapatkan dana internasional untuk biaya riset.
“Poin kerjasamanya tidak hanya riset, tetapi juga publikasi dan bidang pendidikan lainnya. Banyak lulusan UNS dari Perancis, antara lain dari Limoges University. UNS juga bekerjasama dengan universitas lain di Perancis di bidang riset, pertukaran mahasiswa, pengelolaan hibah internasional dan double degree,” jelasnya.@tok