VISI.NEWS | BOJONGSOANG – Ustad Salim A Fillah mengingatkan agar kita selalu bersyukur atas nikmat kemerdekaan Indonesia yang telah memasuki usia 77 tahun.
“Nusantara telah sejak lama mendapat warna dari para ulama, para aulia, yang membangun persatuan dari kekuatan ukuwah Islamiahnya, sehingga peranan mereka, mampu memberi perlawanan yang signifikan dalam menghadapi kolonialisme, penjajahan, baik di masa kedatangan penjajah Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang,” ujarnya dalam kajian di Masjid Al Multazam Komplek Perumahan Cerry Field, Sabtu (13/8/2022).
Paradigma bahwa indonesia diajajah selama 350 tahun, kata Ustad Salim, sepertinya harus di tinjau ulang, karena perhitungan yang tepatnya adalah Indonesia selama 400 tahun, atau 4 abad, telah berjihad melawan penjajah.
“Pertanyaannya, mengapa seperti itu?,” ungkapnya
Karena perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah, kata Ustad Salim, telah dilakukan oleh para ulama dan penjuang yang beragam Islam, masa perjuangan melawan agresor Portugis saja telah dimulai pergerakannya di masa Pangeran Adilati Unus dari Jepara yang melawan Portugis sampai dua kali menyerang Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
“Semangat perlawanan untuk mengusir penjajah di bumi Nusantara, dilanjutkan oleh Fadlullah Khan, atau orang Portugis menyebutnya Faletehan. Ia melanjutkan perjuangan Adipati Unus dalam melawan Portugis ini, karena tanah kelahirannya dikuasai kaum penjajah,” kata Ustad Salim.
Perlawanan melawan penjajah, katanya, dimulai dari Kesultanan Cirebon oleh Syarif Hidayatulloh, di tatar Sunda, Jawa Barat.
Kemudian di Jawa Timur, ada perlawanan Sultan ampel dari wilayah Sumatra ada Aceh dan Samudra Pasai dengan Pangeran Pasai Faletehan, yang kesemuanya merupakan Ulama Nahdhiyiin yang bermadzhab Syafi’iyah.
“Banyak negara-negara didunia yang dijajah, dan penjajahnya menjadi penguasa negeri itu. Dari wilayah utara sampai selatan dunia dikuasai para kaum penjajah. Tengok Amerika, suku aslinya terusir, seperti Suku Indian, bahkan semua budayanya hilang, bahasanya aslinya hilang,” katanya.
“Tengok Australia yang berkuasa penjajah, suku aslinya Amborigin, menjadi suku yang tertinggal dari peradaban. Budaya dan bahasa yang berkuasa saat ini, adalah budaya dan bahasa penjajahnya”.
Tapi Indonesia, kata Ustad Salim, merdeka berkat Rahmat Allah SWT, yang oleh karena perjuangan para mujahid Islam, para ulama, penjajah berhasil diusir, dan tidak bisa bercokol di Indonesia, sehingga budaya dan bahasanya tidak hilang. “Tengok bahasa dan budaya Sunda, Jawa, Sumatera, dan bahasa daerah lainnya, sekarang ini masih ada, tidak hilang,” ujar Ustad Salim.
Pada masa Jepang, perjuangan ulama terdahulu dilanjutkan oleh para murid kesayangan Syeikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi Rahimahullah, seorang ulama Indonesia (1860 – 1916) yang bermukim di Mekkah. Ia adalah seorang ulama Indonesia asal Minangkabau. Terlahir di Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada tanggal 6 Zulhijah 1276 H (1860 M ) dan memiliki murid dari Indonesia, yang membawa spirit pejuang kemerdekaan, diantaranya, KH Ahmad Dahlan yang akhirnya terkenal sebagai pendiri Muhammadiyah, KH Hasyim Asyari, yang dikemudian hari dikenal sebagai seorang pendiri organisasi Islam, Nahdlatul ulama.
Dimana keberadaan para ulama-ulama tersebut, kata Ustad Salim, mampu mewarnai perjuangan Indonesia sampai pada akhirnya menuju kemerdekaannya, yang semua itu berkat Rahmat Allah SWT.@bms