Oleh Idat Mustari
DALAM kehidupan berbangsa dan bernegara persatuan dan kesatuan adalah hal paling pokok harus senantiasa utuh, solid dan kuat. Sebuah negara dipastikan hancur jika rakyatnya terpecah belah, saling memusuhi bahkan saling membunuh.
Indonesia ialah negara yang begitu ragam budayanya, ada sekitar 17.500 pulau, 400 lebih bahasa lokal, dan 600 lebih etnis dari Sabang sampai Merauke. Namun sampai hari ini Indonesia tetap indah dan damai, dikarenakan rasa persatuan yang lama mengalir pada darah setiap anak bangsa di negeri merah putih ini.
Ajaran Islam yang paling banyak dianut oleh sebagian besar penduduk di negeri ini, telah mengajarkan—menganjurkan untuk senantiasa bersatu dan melarang adanya perpecahan. Allah SWT Berfirman : “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran Ayat 103).
Pada ayat itu jelas Allah memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan. Di tahun politik ini, menjelang Pilpres 2024, kita sebagai penganut ajaran Islam plus sebagai warga bangsa, tentu harus berhati-hati dan waspada agar ketahanan kerukukanan antar sesama anak bangsa dan kerukunan umat beragama harus tetap terjaga.
Kita tak boleh menganggap hal biasa, disaat sesama anak bangsa hanya karena beda dukungan calon Presiden kemudian membenarkan—menghalalkan cacian dan fitnah.
Kita harus prihatin hanya gara-gara beda dukungan, kemudian saling menghina, mengejek dan memfitnah satu sama lainnya. Masing-masing pendukung calon Presiden membuat group WA. Isinya tentu saja, postingan berisi sanjungan bagi calon yang didukungnya, tak lupa juga postingan berisi hinaan, ejekan bagi calon yang tidak didukungnya.
Persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa akan tetap terjaga manakala masih tersimpan, terpelihara rasa cinta di hati. Namun rasa cinta di hati akan perlahan terkikis habis ketika dibenarkannya dan dihalalkannya untuk mengejek, mencaci maki, memfitnah, mendengki satu sama lainnya.
Cinta di hati pun akan berubah jadi ketidaksukaan dan kebencian.
Selama cinta masih tersimpan di hati, maka beda pilihan itu menjadi hal yang biasa. Karena memang beda pilihan itu boleh, asal tak pecah satu sama lainnya, sebagai sesama anak bangsa. NKRI harga mati.
- Penulis, Pemerhati Sosial, Kebangsaan dan Advokat.