Search
Close this search box.

VISI | Beragama Butuh Kecerdasan

Bagikan :

Oleh Idat Mustari

BERZIKIR itu baik, membaca salawat itu bagus tetapi jika dilakukan di tengah malam, di bibir pantai menantang terjangan ombak tentu sebuah kebodohan. Hal ini pernah terjadi beberapa tahun kebelakang yang dilakukan oleh para pengikut padepokannya “Tunggal Jati Nusantara” (TJN) yang kemudian 11 orang tewas diterjang ombak.

Jadi orang dermawan itu bagus, ingin membantu orang lain itu baik, tetapi kalau semua hartanya dikasihkan ke orang, itu kebodohan.  Punya uang dihabiskan semuanya dengan alasan besok kan urusan Allah, maka itu adalah bodoh atau konyol.

Betul, tidak boleh takut atau khawatir dengan hari esok, sebab esok belum tentu tiba,  tetapi bukan berarti bertindak masa bodoh, ceroboh  atau ‘kumaha engke’.

Ingin membela bangsa Palestina yang sedang dizalimi oleh bangsa Yahudi itu bagus, tetapi jika untuk menunjukan rasa belanya lantas ingin pergi kesana ikut berperang lawan Israel. Padahal tak pernah sekalipun latihan menembak. Jangankan latihan menembak, melihat pistol beneran aja belum pernah. Tak juga bisa bela diri. Jangankan bela diri, liat kecoa aja sudah terbirit-birit. Main sedikit malam gampang pula  masuk angin. Yah bela Palestina dengan cara lain lah, ga perlu teriak-teriak “saya siap untuk berperang di sana melawan Israel.” Bisa membela Palestina dengan  memberi sumbangan dengan uang atau paling tidak dengan doa.

Ghirah dalam beragama itu bagus namun tetap harus  dikontrol oleh rasio. Beragama itu butuh kecerdasan rasio. Beragama itu bukan hanya membaca Alquran, salawat, zikir membaca tahmid, tasbih dan tahlil, atau shalat tanpa akal. Sebab tanpa akal yang sehat maka agama tak jadi penyelamat bagi kehidupan di dunia dan akherat. Itulah kemudian ada hadis yang berbunyi “Agama adalah akal.”

Baca Juga :  5 Cara Ampuh Hilangkan Bau Durian dari Mulut Secara Alami

Wallahu’alam.

  • Penulis Buku ‘Bekerja Karena Allah’ dan Komisaris BPR Kerta Raharja Kab Bandung.

Baca Berita Menarik Lainnya :