Search
Close this search box.

VISI | Dulu Pahlawan Berjuang dengan Raga, Apa Bekal Kita Hari Ini?

Bagikan :

Oleh A. Rusdiana

  • Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  • Dewan Pembina PERMAPEDIS Jawa Barat
  • Dewan Pakar Perkumpulan Wagi Galuh Puseur.
  • Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung
  • Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan 

SETIAP kali bulan November tiba, bangsa ini kembali memutar ingatan kolektif tentang keberanian para pahlawan. Mereka bangkit dari ketertekanan, melawan penjajah, dan mempertaruhkan tubuh serta nyawa demi sesuatu yang jauh lebih besar dari diri mereka: kemerdekaan bangsa. Mereka mungkin tidak memiliki senjata canggih, tetapi mereka punya satu hal yang tak bisa dibeli keberanian moral. Pertanyaannya, di zaman ketika perang fisik sudah berhenti, apa bekal jihad kita hari ini?

Para pahlawan masa lalu memahami satu prinsip penting: bahwa kehormatan bangsa hanya dapat dijaga oleh manusia yang berani dan berintegritas. Mereka melangkah bukan demi gelar atau penghargaan, tetapi karena keyakinan bahwa masa depan generasi selanjutnya bergantung pada pengorbanan mereka. Mereka tidak populer, tidak viral, dan tidak semua namanya tercatat dalam buku sejarah. Namun jejak mereka nyata dalam kemerdekaan yang kita nikmati hari ini.

Kini kita hidup di era serba digital, penuh kemudahan, tetapi sarat tantangan moral. Musuh kita bukan lagi kolonialisme bersenjata, tetapi penjajahan yang jauh lebih halus: korupsi, manipulasi informasi, hilangnya integritas, kemalasan intelektual, serta budaya instan yang melemahkan karakter. Dalam konteks inilah muncul istilah “jihad modern” sebuah perjuangan tanpa senjata, tetapi dengan ilmu, akhlak, kerja keras, kejujuran, dan kontribusi nyata. Al-Qur’an memberikan fondasi bagi jihad modern ini. Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadilah:11: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.”

Baca Juga :  BPS Catat Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04 Persen di Kuartal III-2025

Ayat ini mengingatkan bahwa ilmu dan iman adalah dua pilar yang mengangkat martabat manusia. Pahlawan masa kini tidak cukup hanya berani, tetapi harus berilmu dan berakhlak.

Jika dahulu pahlawan mempertaruhkan raga, maka hari ini kita mempertaruhkan integritas, keilmuan, dan karakter untuk menjaga masa depan bangsa. Dalam hadisnya, Rasulullah SAW menegaskan: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

Ini adalah penegasan bahwa kemenangan terbesar bukanlah mengalahkan musuh di luar diri, tetapi mengalahkan kelemahan dalam diri sendiri. Jihad modern adalah jihad karakter jihad melawan kebiasaan buruk, ketidakjujuran, kemalasan, dan segala hal yang merusak tatanan sosial.

Karena itu, jihad hari ini tidak membutuhkan bambu runcing. Jihad hari ini membutuhkan seseorang yang berani berkata jujur ketika semua orang memilih diam. Membutuhkan mahasiswa yang tekun belajar dan tidak menyontek. Membutuhkan guru yang mengajar dengan integritas, bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Membutuhkan pejabat yang menahan diri dari korupsi ketika kesempatan terbuka begitu lebar. Membutuhkan profesional muda yang bekerja dengan kemampuan terbaiknya, bukan sekadar mengejar posisi.

Jihad modern juga berarti membangun bangsa dengan karya baik riset yang bermanfaat, usaha kecil yang jujur, inovasi teknologi, pelayanan publik yang amanah, dan kepedulian sosial yang tulus. Setiap karya yang membawa manfaat adalah bagian dari perjuangan. Namun jihad modern yang paling penting adalah merawat persatuan. Para pahlawan dulu tidak menanyakan suku atau latar sosial; mereka satu tujuan: Indonesia merdeka. Hari ini, kita diuji apakah kita mampu menjaga ruang digital dari kebencian, fitnah, atau polarisasi politik. Kita diuji apakah kita mampu membangun dialog, bukan hanya perdebatan kosong. Di era keterbelahan, menjaga persatuan adalah jihad yang sangat mulia.

Baca Juga :  Ravindra Airlangga Yakin ASEAN Jadi Pusat Inovasi dan Investasi di Kawasan Indo-Pasifik

Dari semua itu, satu pertanyaan kembali muncul: apa bekal jihad kita hari ini?

Jawabannya sederhana dan sekaligus berat: iman yang kokoh, ilmu yang bermanfaat, akhlak yang mulia, dan integritas yang tak mudah dibeli.
Jika setiap dari kita membawa empat bekal itu, maka kita bukan hanya mengenang pahlawan kita sedang melanjutkan perjuangan mereka. Karena pahlawan tidak hanya hadir di medan perang; pahlawan hadir di ruang kelas, kantor, jalanan, ruang digital, dan di setiap tindakan kecil yang membawa manfaat. Bangsa ini masih membutuhkan pahlawan. Dan bisa jadi, pahlawan berikutnya adalah kita jika kita berani menjalankan jihad modern itu dengan sungguh-sungguh. Wallahu’alam.***

Baca Berita Menarik Lainnya :