Search
Close this search box.

VISI | Gowes

Bagikan :

Oleh Aep S. Abdullah

PAGI yang cerah, semilir angin, dan jalanan kota yang mulai menggeliat. Tak ada yang lebih menyenangkan selain memulai hari dengan mengayuh sepeda. Merasakan bebasnya udara tanpa terjebak macet atau suara bising kendaraan. Pegowes sejati tahu betul, sensasi ini membuat hari jadi lebih hidup.

Gowes, istilah populer untuk bersepeda, kini bukan sekadar aktivitas biasa. Di berbagai kota besar seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Jogja hingga Surabaya, jumlah pegowes kian melonjak. Data dari ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) mencatat, sejak pandemi 2020, volume pesepeda di Jakarta naik lebih dari 1000% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tak sekadar tren, gowes kini merambah jadi gaya hidup. Di media sosial, kita bisa lihat akun-akun bertema gowes bermunculan, mulai dari komunitas santai sampai event balap serius. Sepeda lipat, road bike, mountain bike — semua punya penggemarnya sendiri.

Fenomena ini terlihat juga saat D’Mantog, sebuah komunitas gowes yang didirikan Hj. Dewi Kalingga, seorang pengusaha ekspor impor jahe di Kabupaten Bandung. Ia menggelar ulang tahun komunitasnya yang ke-4, “4th Anniversary”. Sekira 2.000 pegowes dari berbagai daerah tumplek di taman wisata Mega Tutugan, Arjasari, Kabupaten Bandung, Minggu (27/4/2025). Semua sudut ruang yang ada di taman wisata tersebut dipadati para pegowes. Sejak Sabtu (26/4/2025) malam, mereka sudah berdatangan pasang tenda-tenda, dan Minggu petang baru bubar. Gairah bersepeda nampaknya masih banyak diminati masyarakat.

Dari sisi kesehatan, manfaat gowes pun tak main-main. Menurut Harvard Health Publishing, bersepeda selama 30 menit sehari dapat membakar sekitar 260 kalori dan meningkatkan kesehatan jantung secara signifikan. Bahkan, WHO menyarankan aktivitas fisik seperti bersepeda sebagai bagian dari pencegahan penyakit tidak menular.

Baca Juga :  Dede Farhan Aulawi Soroti Optimalisasi Pendapatan Daerah

Tokoh-tokoh ternama juga menunjukkan kecintaan mereka terhadap sepeda. Mulai dari Ganjar Pranowo, Ace Hasan Syadzily, Dedi Mulyadi, Joko Widodo bahkan Sandiaga Uno, dikenal sebagai pegowes aktif, ikut berbagai event sepeda di dalam dan luar negeri.

Dari kalangan artis, Ariel NOAH, Ananda Omesh, Nirina Zubir, Ernest, Luna Maya, Vidi Aldiano, Dian Sastro dan banyak lagi artis lainnya kerap membagikan aktivitas gowes mereka. Bukan sekadar pamer gaya, mereka mempopulerkan semangat hidup sehat lewat hobi bersepeda. Bahkan, beberapa dari mereka ikut serta dalam kegiatan sosial seperti charity ride.

Menariknya, gowes juga mempererat relasi sosial. Banyak komunitas gowes terbentuk dengan anggota dari berbagai latar belakang profesi. Komunitas seperti “JKTCC” (Jakarta Cycling Club) hingga “Gowes Santuy Bandung” rutin mengadakan turing bersama, sekaligus kampanye keselamatan bersepeda.

Aspek ekonomi juga ikut bergerak. Data Asosiasi Industri Sepeda Indonesia menunjukkan bahwa pada 2021, penjualan sepeda nasional melonjak hampir 50% dibanding tahun sebelumnya. Bukan hanya sepeda, perlengkapan seperti helm, jersey, hingga sepatu khusus ikut laris manis.

Dari sisi lingkungan, gowes jelas lebih ramah bumi. Setiap orang yang memilih bersepeda untuk bepergian, ikut menyumbang pengurangan emisi karbon. Studi UNEP (United Nations Environment Programme) menyebut, jika 10% perjalanan global diganti dengan bersepeda, dunia bisa mengurangi emisi karbon hingga 4% per tahun.

Di banyak kota besar dunia, infrastruktur ramah sepeda terus dibangun. Kota seperti Copenhagen dan Amsterdam bahkan dinobatkan sebagai “surga pesepeda” karena menyediakan jalur sepeda terpisah sepanjang ratusan kilometer, menginspirasi banyak negara lain, termasuk Indonesia.

Lalu bagaimana dengan di Bandung dan kabupaten kota lainnya di Jawa Barat? Kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi semoga bisa memberikan ruang dan stimulus yang lebih besar untuk mendorong masyarakat lebih suka bersepeda. Kalau semua jalan inspeksi di pinggiran sungai bisa difungsikan, dan kanan kirinya bisa rindang oleh pepohonan maka akan menjadi track sepeda terindah. Apalagi, kalau akses di semua ruas jalan diberi track khusus sepeda yang nyaman dan aman.

Baca Juga :  Warga Keluhkan Bau Menyengat dari Tumpukan Sampah di Sekitar Pasar Banjaran

Bagi individu, bersepeda rutin itu meningkatkan kebahagiaan. Sebuah studi menemukan bahwa orang yang rutin bersepeda merasa lebih bahagia dan lebih puas dengan hidup mereka dibandingkan yang hanya mengandalkan kendaraan bermotor.

Bersepeda juga melatih ketekunan dan disiplin. Pegowes yang terbiasa turing jarak jauh tahu betul pentingnya menjaga ritme, mengatur napas, serta mempersiapkan stamina. Nilai-nilai ini, tanpa sadar, terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk anak-anak, bersepeda adalah sarana penting dalam mengembangkan motorik kasar, keberanian, dan kemandirian. Tak heran, banyak psikolog anak yang menyarankan orang tua mengenalkan sepeda sejak dini, bahkan dalam bentuk balance bike tanpa pedal.

Kini, gowes tak lagi soal kecepatan atau jarak. Banyak orang mengadopsinya sebagai bagian dari mindfulness: menikmati setiap kayuhan, memperhatikan detail pemandangan, dan merasa hadir sepenuhnya dalam momen itu.

Namun, dalam euforia ini, penting juga untuk mengingatkan: keselamatan tetap nomor satu. Gunakan helm, lampu, dan pakaian yang terlihat jelas. Hormati pengguna jalan lain, dan jangan lupa cek kondisi sepeda sebelum berangkat.

Karena pada akhirnya, gowes bukan hanya tentang cepat atau jauh, tapi tentang perjalanan kecil yang membawa kita menuju kesehatan, kebahagiaan, dan kepedulian — untuk diri sendiri, sesama, dan bumi yang kita cintai.***

Baca Berita Menarik Lainnya :