VISI | Kereta ‘Whoosh’

Silahkan bagikan

Oleh Aep S Abdullah

GENERASI Baby Boomers yang lahir pada rentang waktu 1946-1064 diajarkan orang tua dan guru nyanyian, “Naik kereta api, tut, tut tut… “. Namun, di jamannya generasi milenial terutama generasi alpha yang lahir setelah tahun 2010, bunyi nyanyian itu bisa jadi berubah, “Naik kereta cepat Whoosh…!”.

Ya, pekan ini pemerintah mengumumkan penggantian nama kereta cepat menjadi Kereta Whoosh. Nama itu seperti diungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Ketua Tim Panel Sayembara Triawan Munaf, dan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi dibuatkan oleh tim panel dan logonya disayembarakan sampai pekan ini muncul tiga jenis logo.

Dalam konferensi pers virtual yang mereka lakukan pada Kamis, 21 September 2023, Triawan Munaf mengatakan sayembara tersebut dilakukan sejak Juli 2023 lalu dan setelah melalui proses seleksi, muncul tiga finalis dengan desain yang membawa nama Whoosh.

Whoosh sendiri merupakan akronim dari ‘Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Handal’. Nama tersebut diberikan ke perkumpulan perusahaan desain grafis, untuk dibuatkan logo dan identitas dan muncullah tiga jenis logo Kereta Whoosh.

Terlepas pro dan kontra atas kehadiran dan pemberian nama untuk Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) atau Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) itu, bagi warga Indonesia, Kereta Whoosh bisa menambah perbendaharaan kata. Lidah orang Indonesia nantinya bisa menyebut Kereta Whoss atau lidah orang Sunda bisa menjadi Kereta Wuss.

Bagaimana pun ke depan orang akan membutuhkan pergerakan yang lebih cepat. Maka, moda transportasi nanti bukan hanya kereta kilat, tapi akan berkembang pula sarana transportasi udara dari rumah ke rumah baik yang berawak maupun tak berawak yang menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Artinya, kalau sampai masuk ke era ini, Kereta Whoosh bukan lagi satu-satunya moda transportasi tercepat, karena setelah masuk Transit Oriented Development (TOD), harus menggunakan lagi transportasi umum atau pribadi untuk sampai ke tempat tujuan.

Baca Juga :  BOBS Sumbang Bencana Longsor Cimanggung

Meski demikian, Kereta Whoosh harus terus bekerja cepat dan kilat, ada penumpang atau tidak, karena harus mengembalikan uang sebesar Rp100 triliun lebih.

Awalnya, untuk membangun kereta cepat ini pihak China merinci dana yang dibutuhkan sebesar US$ 5,13 miliar atau Rp 76 triliun, perlahan berubah menjadi US$ 6,071 miliar dan sekarang biaya tembus US$ 7,2 miliar atau lebih dari Rp100 triliun.

Whoosh setiap hari harus mengangkut 31.215 penumpang, dengan tarif rata-rata Rp300 ribu saja setahun hanya dapat Rp2,7 triliun. Jadi, Whoosh harus bekerja keras dan tergopoh-gopoh selama lebih 40 tahun untuk mencapai break event point (BEP), itu pun kalau di tubuh Whoosh bersih dari bandit-bandit korupsi. Kalau tidak, Whoosh harus tergopoh-gopoh bekerja lebih lama lagi.

Whoosh… Semoga tidak ketuaan di jalan. ***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Prancis Umumkan €40 Juta Pendanaan Baru untuk Education Cannot Wait pada Global Citizen Festival

Ming Sep 24 , 2023
Silahkan bagikan Menteri Negara Pembangunan dan Kemitraan Internasional Prancis Chrysoula Zacharopoulou dan Direktur Eksekutif ECW Yasmine Sherifmengimbau para donor dan sektor swasta untuk segera menyediakan dana sebesar US$1,5 miliar. VISI.NEWS | NEW YORK – Pada Global Citizen Festival akhir pekan ini di New York, Menteri Negara untuk Pembangunan dan Kemitraan […]