Search
Close this search box.

VISI | Menghidupkan Organisasi

Bagikan :

Oleh Aep S Abdullah

KH Hasyim Asy’ari pernah berkata, “Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal. Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita“. Kutipan ini sangat relevan dalam dunia organisasi, baik organisasi sosial maupun korporasi. Organisasi adalah tempat untuk berkontribusi, membangun, dan meninggalkan jejak yang berarti bagi sesama. Namun, realitasnya tidak selalu demikian.

Banyak organisasi justru dikuasai oleh individu yang hanya menjadikannya sebagai tempat mencari nafkah, bukan sebagai ruang untuk berkembang dan mengembangkan orang lain. Jika organisasi dipimpin oleh orang yang sekadar “menumpang hidup”, maka sistem yang berjalan akan cenderung stagnan, penuh kepentingan pribadi, dan akhirnya kehilangan arah. Sebaliknya, jika dipimpin oleh mereka yang memiliki visi besar, organisasi akan menjadi wadah pertumbuhan bagi semua anggotanya.

Contohnya, Apple Inc. di bawah kepemimpinan Steve Jobs. Ia tidak hanya melihat Apple sebagai perusahaan teknologi, tetapi sebagai ruang inovasi yang mengubah dunia. Dengan visi dan komitmennya, ia membangun Apple menjadi salah satu perusahaan paling berpengaruh di dunia. Sebaliknya, banyak perusahaan lain yang mengalami stagnasi karena pemimpinnya lebih fokus pada keuntungan pribadi dibanding pertumbuhan jangka panjang.

Menurut John C. Maxwell, seorang pakar kepemimpinan, “Pemimpin yang baik menciptakan lebih banyak pemimpin, bukan lebih banyak pengikut.” Ini berarti bahwa seorang pemimpin organisasi harus memiliki kesadaran bahwa di sekelilingnya selalu ada orang yang lebih baik dalam aspek tertentu. Oleh karena itu, kepemimpinan yang sehat adalah yang mampu menggali potensi anggota dan memberi mereka ruang untuk berkembang.

Dalam dunia organisasi sosial, contoh terbaik bisa kita lihat dalam NU (Nahdlatul Ulama). Organisasi ini mampu bertahan lebih dari satu abad karena para pemimpinnya terus melakukan regenerasi dan memberikan ruang bagi kader-kader muda untuk berkembang. Mereka tidak hanya menjadikan NU sebagai tempat mencari jabatan, tetapi sebagai ladang perjuangan bagi umat.

Baca Juga :  Video Aguan Muncul di Roof Top Gedung Sate, Ini Komentar Netizen

Jika sebuah organisasi ingin bertahan lama dan berkembang pesat, maka harus ada komitmen terhadap waktu, integritas dalam janji, serta rencana yang bisa diimplementasikan. Seorang pemimpin yang hanya sibuk dengan kepentingan pribadinya akan kehilangan kepercayaan anggota, dan lambat laun organisasi itu akan kehilangan arah.

Banyak perusahaan yang bangkrut bukan karena kurang modal, tetapi karena kepemimpinan yang buruk. Studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa 70% kegagalan organisasi disebabkan oleh masalah kepemimpinan, bukan karena faktor eksternal. Ini menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan yang kuat dalam membangun organisasi yang sehat.

Para motivator dan organisator sukses selalu menekankan pentingnya komunikasi dalam sebuah organisasi. Jack Welch, mantan CEO General Electric, pernah berkata, “Komunikasi adalah oksigen bagi organisasi. Tanpanya, organisasi akan mati perlahan.” Jika dalam organisasi ada sekat psikologis yang membatasi ruang ide dan gagasan, maka kreativitas dan inovasi akan terhambat.

Sebuah organisasi yang sehat harus bisa menciptakan ruang diskusi yang terbuka, di mana semua anggota merasa dihargai dan didengar. Tidak boleh ada budaya “atasan selalu benar” atau “bawahan hanya boleh mengikuti”. Transformasi dalam organisasi harus dilakukan secara harmonis, dengan niat ibadah dan memperoleh pahala dari Allah SWT.

Di Indonesia, banyak organisasi masyarakat yang gagal berkembang karena para pemimpinnya enggan mendengar suara anggota. Mereka lebih sibuk mempertahankan posisi daripada mencari solusi terbaik bagi organisasi. Akibatnya, banyak organisasi yang kehilangan kader-kader potensial karena merasa tidak dihargai.

Sebaliknya, organisasi yang besar dan berpengaruh selalu memberikan ruang bagi kadernya untuk berkembang. Muhammadiyah, misalnya, mampu mendirikan ribuan sekolah dan universitas karena mereka memiliki sistem kaderisasi yang jelas dan kepemimpinan yang terbuka terhadap perubahan.

Baca Juga :  Biaya Haji Indonesia dan Malaysia: Menyoroti Perbedaan dan Tantangan

Kunci utama dalam membangun organisasi yang maju adalah dengan memiliki visi jangka panjang dan berorientasi pada kemaslahatan banyak orang. Sebuah organisasi tidak boleh hanya menjadi tempat mencari status atau keuntungan pribadi, tetapi harus menjadi ruang untuk berkarya dan meninggalkan warisan yang berarti.

Dalam dunia bisnis, Jeff Bezos membangun Amazon dengan prinsip bahwa pelanggan adalah prioritas utama. Ia tidak sekadar mencari keuntungan jangka pendek, tetapi membangun sistem yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Hasilnya, Amazon kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia.

Di dunia organisasi sosial, kita bisa belajar dari perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam membangun NU. Ia tidak hanya membangun organisasi, tetapi juga menghidupinya dengan semangat keilmuan, perjuangan, dan pengabdian. Semangat ini harus diwarisi oleh para pemimpin organisasi saat ini.

Maka, bagi siapa pun yang berada dalam sebuah organisasi, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya menghidupi organisasi ini, atau justru hanya menumpang hidup di dalamnya? Jika jawabannya adalah yang kedua, maka saatnya untuk berubah. Karena organisasi yang besar hanya akan bertahan jika dihidupi oleh orang-orang yang punya semangat besar.

Sebagaimana kata KH Hasyim Asy’ari, dunia ini adalah cerita. Pastikan kita menuliskan cerita yang indah dalam organisasi tempat kita berkarya. Karena warisan terbaik bukanlah jabatan atau kekayaan, tetapi kontribusi nyata yang kita tinggalkan untuk orang-orang di sekitar kita.***

Baca Berita Menarik Lainnya :