Search
Close this search box.

VISI | Transformasi Keuangan Pesantren Berbasis Fintech

Bagikan :

Oleh Nuslih Jamiat

  • Dosen Telkom University
  • Center of Excellence for SHE-Halal, Telkom University

“Peluang Baru Menuju Kemandirian Ekonomi dan Keberlangsungan Pesantren”

PESANTREN saat ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga mulai tumbuh sebagai motor penggerak ekonomi umat. Dengan jumlah mencapai lebih dari 42.000 pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia dan menampung jutaan santri, peran strategis pesantren dalam pembangunan nasional tidak dapat dipandang sebelah mata.

Namun, di tengah semangat kemandirian itu, sebagian besar pesantren masih menghadapi persoalan klasik dalam pengelolaan keuangannya masih secara manual seperti yang umum terjadi juga pada Lembaga Pendidikan maupun Badan Usaha. Penelitian terkini juga menunjukkan bahwa banyak pesantren menghadapi tantangan dalam mencapai keberlanjutan keuangan, karena sering kali mengandalkan sumber pendanaan eksternal. Pencatatan yang masih dilakukan secara manual, kurangnya standar akuntansi, serta minimnya transparansi sering menjadi kendala dalam memastikan dana yang dikelola berjalan efektif dan akuntabel.

Kondisi ini semakin mendesak ketika kita melihat fakta bahwa meskipun pesantren terus bertambah meningkat sekitar 11.000 lembaga sejak disahkannya UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren namun hanya segelintir yang memiliki sistem tatakelola keuangan yang memadai. Data menunjukkan bahwa lebih dari 4.500 pesantren telah bermitra dengan platform digitalisasi untuk mengelola keuangan mereka, namun angka ini masih sangat kecil dibandingkan total pesantren yang ada.

Salah satu kendala utama yang terjadi yaitu banyak pesantren juga belum memiliki sumber daya manusia (SDM) dengan kompetensi keuangan digital yang memadai, sehingga pengelolaan dana santri, infak, zakat, hingga hasil usaha belum terintegrasi dengan baik. Akibatnya, potensi fraud, kesalahan pencatatan, dan hilangnya kepercayaan stakeholder menjadi risiko nyata yang mengancam keberlanjutan operasional pesantren.

Urgensi Transformasi Digital dalam Keuangan Pesantren

Di era digital saat ini, transformasi pengelolaan keuangan pesantren bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Teknologi keuangan (fintech) menawarkan solusi komprehensif yang dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh Lembaga Pendidikan khususnya di Pesantren.

1. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
Apabila menerapkan sistem keuangan digital, memungkinkan pencatatan transaksi yang lebih rinci, akurat, dan real-time. Setiap pemasukan dan pengeluaran tercatat secara otomatis, mengurangi risiko kesalahan manual dan manipulasi data. Wali santri dapat memantau tagihan dan pembayaran secara online, meningkatkan kepercayaan terhadap pengelolaan keuangan pesantren.

Baca Juga :  Kemenhaj RI Rilis Jadwal Perjalanan Haji 2026, Jemaah Mulai Masuk Asrama 21 April

Studi Kasus: Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini di Pasuruan telah berhasil mengintegrasikan seluruh ekosistem pesantren—mulai dari manajemen pendidikan, keuangan yayasan, sistem koperasi, hingga bisnis retail—dalam satu platform digital. Hasilnya, seluruh transaksi dapat dipantau secara real-time dan terpusat berbasis cloud, meningkatkan akuntabilitas secara signifikan.

2. Efisiensi Operasional dan Penghematan Waktu
Penerapan sistem cashless dan pembayaran digital menghilangkan kerumitan pengelolaan uang tunai. Proses administrasi yang sebelumnya memakan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan dalam hitungan menit.

Aplikasi keuangan digital juga mampu menghasilkan laporan keuangan profesional sesuai standar PSAK 45 secara otomatis, memudahkan pesantren dalam memenuhi kewajiban pelaporan ke yayasan maupun EMIS (Education Management Information System) Kementerian Agama.

3. Mengurangi Risiko Keuangan
Sistem digital meminimalkan risiko kehilangan uang, pencurian, dan penyalahgunaan dana. Data transaksi tersimpan aman dengan enkripsi tingkat tinggi dan dapat diakses kapan saja untuk keperluan audit. Penelitian menunjukkan bahwa pesantren yang mengadopsi sistem virtual account berhasil mengurangi tunggakan pembayaran hingga 16%.

4. Pemberdayaan Ekonomi dan Kemandirian
Dengan menggunakan Platform digital memungkinkan pesantren untuk mengembangkan unit bisnis produktif—seperti koperasi, kantin, toko, atau unit usaha lainnya—dengan sistem pengelolaan yang terintegrasi. Kartu santri digital dapat digunakan untuk berbagai keperluan transaksi di seluruh unit bisnis pesantren, menciptakan ekosistem ekonomi mandiri yang sehat.

Teknologi Fintech untuk Pesantren: Apa Saja Solusinya?

Beberapa solusi fintech yang dapat diadopsi pesantren meliputi:

A. Sistem Pembayaran Digital
• Virtual Account Santri: Memudahkan pembayaran syahriah, SPP, dan biaya pendidikan lainnya
• QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard): Pembayaran cepat menggunakan scan QR code
• Multi-channel Payment: Integrasi dengan berbagai platform seperti Gojek, Tokopedia, BliBli, LinkAja, dan bank-bank besar

B. Platform Manajemen Keuangan Terpadu
• Dashboard online terintegrasi untuk monitoring real-time
• Laporan keuangan otomatis sesuai standar akuntansi
• Sistem pencatatan transaksi yang terstruktur dan akurat

Baca Juga :  Rhenus Perkuat Jaringan Pengiriman Udara di Asia Tenggara untuk Dukung Perdagangan Global

C. Kartu Santri Digital (Cashless Card)
• Pengganti uang tunai untuk transaksi di lingkungan pesantren
• Kontrol pengeluaran santri secara real-time
• Pengiriman uang bekal dari wali santri langsung ke kartu

D. E-BMT dan Koperasi Digital
• Sistem pengelolaan koperasi pesantren berbasis teknologi
• Layanan cash management cashless
• Integrasi dengan bank dan e-wallet

Kisah Sukses: Pesantren yang Telah Bertransformasi
Pesantren Al-Yasini, Pasuruan: Pesantren ini telah mengintegrasikan seluruh sistem manajemen—akademik, keuangan, dan bisnis retail—dalam satu ekosistem digital. Seluruh santri memiliki Kartu SaQu (Santri-Qu) yang terintegrasi untuk absensi dan transaksi pembayaran di semua unit bisnis pesantren.

Pesantren Baitussalam: Bendahara Yayasan Pesantren Baitussalam, Ustadz Imaddudin ibn Nasir, menyatakan: “Alhamdulillah digitalisasi pesantren membantu memodernisasi sistem administrasi dan keuangan. Kerja di kantor maupun dari rumah tidak menjadi kendala. Online 24 jam di mana saja dan kapan saja, hemat SDM, meminimalkan kesalahan pencatatan dan fraud, serta mempermudah orangtua santri.”

Pesantren Miftahul Ulum, Purwakarta: Bapak Ari, Sekretaris Yayasan, mengungkapkan: “Alhamdulillah data keuangan bisa terkontrol dan bisa jarak jauh, rekap keuangan bisa dilihat berdasarkan kebutuhan, dan orangtua jadi lebih mudah karena pilihan jenis sistem pembayarannya banyak.”

Pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi: Inovasi manajemen keuangan melalui cashless payment telah berhasil mengubah pola pengelolaan uang saku santri menjadi lebih terstruktur, membantu mengontrol perilaku konsumtif, dan menanamkan nilai kejujuran dan disiplin dalam urusan keuangan.

Tantangan dan Solusi Implementasi

Meski menjanjikan, transformasi digital keuangan pesantren tidak tanpa tantangan:

Tantangan:
1. Resistensi terhadap perubahan dari sebagian pengurus dan kiai yang terbiasa dengan sistem konvensional
2. Keterbatasan SDM yang memahami teknologi digital
3. Keterbatasan infrastruktur seperti akses internet dan perangkat keras
4. Biaya investasi awal untuk pengadaan sistem dan perangkat
5. Kekhawatiran kehilangan karakter khas pesantren

Solusi:
1. Pendampingan intensif dari penyedia layanan fintech dengan pelatihan komprehensif
2. Pendekatan bertahap yang dimulai dari satu divisi/unit sebelum meluas ke seluruh sistem
3. Dukungan pemerintah melalui program Bantuan Digitalisasi Pesantren 2025 dari Kementerian Agama
4. Kemitraan strategis dengan lembaga keuangan syariah dan penyedia teknologi terpercaya
5. Edukasi literasi digital kepada seluruh stakeholder pesantren

Baca Juga :  Aksi Panas di Dexscreener: Solana Dominasi Perdagangan, Meme Coin Jadi Primadona

Dukungan Pemerintah
Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren telah mencanangkan Program Bantuan Digitalisasi Pesantren 2025 dengan prioritas:
• Bantuan infrastruktur teknologi (komputer, jaringan internet)
• Pelatihan SDM pengelola keuangan digital
• Subsidi software dan aplikasi manajemen pesantren
• Pendampingan transformasi digital berkelanjutan

Langkah Praktis Memulai Transformasi

Bagi pesantren yang ingin memulai transformasi digital keuangan, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Assessment Kebutuhan
• Evaluasi kondisi sistem keuangan saat ini
• Identifikasi kebutuhan dan prioritas
• Tentukan anggaran yang tersedia

2. Pilih Platform yang Tepat
• Sesuaikan dengan skala dan kebutuhan pesantren
• Pastikan ada dukungan teknis dan pelatihan
• Pertimbangkan biaya implementasi dan operasional

3. Persiapan SDM
• Bentuk tim khusus pengelola sistem digital
• Ikuti pelatihan yang disediakan vendor
• Lakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder

4. Implementasi Bertahap
• Mulai dari satu divisi sebagai pilot project
• Evaluasi dan perbaiki sistem secara berkala
• Perluas implementasi ke divisi lainnya

5. Monitoring dan Evaluasi
• Pantau kinerja sistem secara rutin
• Kumpulkan feedback dari pengguna
• Lakukan perbaikan berkelanjutan

Kesimpulan: Saatnya Pesantren Bertransformasi

Transformasi tatakelola keuangan pesantren berbasis fintech adalah investasi jangka panjang yang akan membawa pesantren menuju kemandirian ekonomi dan keberlanjutan operasional. Dengan sistem keuangan yang transparan, akuntabel, dan efisien, pesantren dapat lebih fokus pada misi utamanya: mendidik santri menjadi generasi yang unggul dalam ilmu agama dan kehidupan.

Era digital bukan ancaman bagi nilai-nilai tradisi pesantren, melainkan peluang untuk memperkuat eksistensi pesantren di tengah perkembangan zaman. Pesantren yang mampu mengadopsi teknologi sambil mempertahankan ruh pendidikannya akan menjadi pesantren yang sustainable dan relevan untuk generasi mendatang.***

Baca Berita Menarik Lainnya :