VISI.NEWS | BANDUNG – Pengemudi diimbau untuk lebih berhati-hati saat berkendara di musim hujan. Salah satu risiko yang kerap terjadi adalah aquaplaning, yaitu kondisi ketika ban kendaraan kehilangan kontak dengan aspal akibat genangan air, sehingga membuat mobil sulit dikendalikan.

Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menjelaskan bahwa fenomena ini mirip dengan batu yang melayang di atas air sungai ketika dilempar dengan kecepatan tinggi. Ketinggian ban kendaraan yang melayang saat aquaplaning bergantung pada kecepatan laju kendaraan.

“Ketinggian roda melayang saat mengalami aquaplaning bervariasi tergantung dari seberapa cepat kendaraan tersebut melaju. Bisa saja 1 cm, atau kurang. Tergantung dengan kecepatan kendaraannya,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal ini, Jusri menyarankan agar pengemudi menurunkan kecepatan sebelum melalui jalan basah. Jika sudah mengalami aquaplaning, penting untuk tidak panik dan tidak langsung menginjak rem.

“Jangan panik, jangan ngerem, jangan ngegas. Tahan saja. Nanti begitu ban itu melewati genangan air, dia kan kembali ke permukaan,” tambahnya.

Menginjak rem secara mendadak justru dapat memperparah kondisi aquaplaning, membuat roda terkunci, dan menyebabkan kendaraan terpelanting.

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), menjelaskan selain kecepatan, kualitas ban dan kondisi jalan turut mempengaruhi potensi aquaplaning.

“Aquaplaning bisa terjadi karena faktor kecepatan pengemudi, kualitas ban, dan kondisi jalan. Ketiga faktor ini akan sangat mempengaruhi satu sama lain,” ujar Sony.

Sony menyarankan pengemudi untuk menjaga batas kecepatan antara 40-50 km/jam saat jalan basah.

“Saat kecepatan mobil rendah, hampir tidak mungkin bakal terkena aquaplaning. Soalnya ban masih punya peluang untuk memecah genangan air dan menapak di aspal,” ungkapnya.

Dengan menjaga kecepatan dan memperhatikan kondisi ban, risiko kecelakaan akibat aquaplaning dapat diminimalkan. @ffr