VISI.NEWS – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily menyebut banyak keluhan siswa dalam proses pembelajaran daring. Hal itu disampaikan pada acara Workshop Pendidikan “Efektivitas Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid 19”. Acara ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Minggu, (13/9/2020) di Bandung.
“Saya mendapat masukan dari bawah, tidak semua siswa memiliki smartphone. Jaringan internet di rumah/tempat domisili siswa lemah. Siswa merasa mendapat gangguan dari saudara (baik adik maupun kakak), bahkan saling berebut smartphone”, jelas Ace.
Ace Hasan memaparkan bahwa dalam rangka mendukung pembelajaran online, pemerintah baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama mengalokasikan anggaran khusus. Kemenag RI menganggarkan Rp. 3,85 triliun untuk mendukung pelaksanaan program pembelajaran jarak jauh bagi para siswa dan guru.
Dalam upaya mengatasi masalah pembelajaran online, Ace Hasan menyebut ada berbagai solusi yang dilakukan pemerintah.
“Guru mendatangi rumah siswa/guru kunjung. Bantuan kuota internet bagi siswa, menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk mengurangi beban siswa kurang mampu dalam pembelajaran jarak jauh (online). Pemerintah mendata nomer handphone guru untuk membantu paket data internet”, papar Ace.
Lebih lanjut menurut Ace Hasan, siswa yang tidak memiliki fasilitas pendukung daring, diperkenankan melaksanakan luring dengan cara datang ke sekolah bertemu guru mapelnya, menyelesaikan tugas di sekolah dengan protokol Covid-19. Terakhir, politisi Partai Golkar itu berpesan bahwa meski dalam keadaan Covid 19, pembelajaran tidak boleh berhenti.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian memaparkan bahwa para siswa banyak merasa bosan menjalani proses pembelajaran di rumah. Ia menunjukkan hasil survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa belajar dari rumah tidak disenangi siswa.
“62,5% siswa menganggap belajar dari rumah tidak menyenangkan. Hambatan umum yang dihadapi siswa adalah kesulitan memahami pelajaran, kurang konsentrasi, ketidakhadiran guru, dan rasa bosan”, ungkap Hetifah.
Dalam rangka mendukung pembelajaran online, menurut Hetifah, pemerintah mengalokasikan bantuan kuota internet bagi siswa, guru, mahasiswa dan dosen sebesar Rp. 7,2 triliun. Selain itu, pemerintah juga memberikan tunjangan profesi bagi guru dan tenaga kependidikan, dosen dan guru besar sebesar Rp. 1,7 triliun.