Search
Close this search box.

Ancaman Siber Meningkat: Deepfake, Phishing, dan Penipuan AI Merebak

Ilustrasi Hacker./visi.news./shutterstock

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Ancaman kejahatan siber terus meningkat seiring perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Cybersecurity Ventures memproyeksikan, kerugian akibat serangan siber pada 2025 akan mencapai US$ 10,5 triliun atau sekitar Rp 163.000 triliun. Nilai ini menempatkan kejahatan siber sebagai ‘ekonomi’ terbesar ketiga dunia setelah Amerika Serikat dan China.

Menurut laporan Secure Works, kerugian tersebut mencakup pencurian uang dan data pribadi, penghancuran data, hilangnya produktivitas, pencurian kekayaan intelektual, biaya investigasi forensik, pemulihan sistem, hingga kerusakan reputasi dan denda regulasi.

Salah satu ancaman terbesar datang dari penipuan berbasis AI seperti deepfake. Di Singapura, penjahat siber mengirim video palsu yang menampilkan wajah korban dalam adegan tak senonoh dan menuntut uang tebusan dalam bentuk kripto. Video deepfake tersebut dibuat dari foto dan video publik di LinkedIn atau media sosial.

Selain itu, penipuan pig butchering versi AI juga meningkat. Skema penipuan investasi palsu ini memanfaatkan AI untuk membangun hubungan panjang dengan korban, mengirim pesan massal, membuat akun palsu lengkap dengan profil dan aktivitas meyakinkan, bahkan melakukan video call deepfake serta kloning suara.

Ancaman phishing juga kian marak dengan modus memanfaatkan peluncuran produk populer seperti game GTA V, konsol Nintendo terbaru, hingga film blockbuster untuk menjaring data pengguna melalui pre-order dan merchandise palsu.

Penipuan Gmail juga semakin canggih. Bos Instagram Adam Mosseri menjadi target upaya peretasan melalui email palsu yang meminta reset password dengan alamat mirip Google. Ia mengungkap, email tersebut menggunakan domain forms-receipts-noreply@google.com dengan link yang tampak kredibel.

Para pakar mengingatkan, penjahat siber kini memanfaatkan infrastruktur legal seperti situs resmi dan platform email untuk meningkatkan kredibilitas serangan mereka. Karena itu, kewaspadaan dan edukasi digital menjadi kunci untuk melindungi diri dari ancaman siber berbasis AI yang semakin sulit dikenali. @ffr

Baca Juga :  Novita Hardini: Industri Semen Butuh Kebijakan Strategis dan Kolaborasi

 

Baca Berita Menarik Lainnya :