Search
Close this search box.

Kemuliaan Tak Ditentukan oleh Nasab, Belajar dari Imam Ali Zainal Abidin yang Penuh Makna

Ilustrasi. /pinterest

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Suatu hari, Imam Ali Zainal Abidin, cucu Nabi Muhammad yang amat sholeh dan rendah hati, yang juga dikenal sebagai “As-Sajjad,” tampak sedang berduka. Pipinya basah oleh air mata yang tak terbendung, memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Seorang temannya bertanya dengan penuh hormat, “Wahai, putra Husein yang mulia, cucu Ali bin Abi Thalib yang mulia dan cicit Nabi Muhammad, utusan Allah yang amat mulia, mengapa engkau berduka?”

Dengan suara yang tenang namun penuh kesedihan, As-Sajjad menjawab, “Saudaraku, tolong jangan bawa-bawa ayah, ibu, dan kakekku. Aku sedang memikirkan masa depanku sendiri, aku akan tinggal di mana sesudah aku meninggalkan dunia ini. Apakah aku akan selamat atau tidak? Ingatlah, di akhirat kelak tak ada lagi hubungan nasab atau keturunan yang bisa menyelamatkan seseorang, kecuali amal sholehnya masing-masing.”

Kegelisahan As-Sajjad selaras dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Mu’minun ayat 101:

“Apabila terompet ditiup (kelak pada Hari Kiamat) maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanggungjawab”.

Dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman:

“Dan apabila terompet kedua ditiup. Hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan dari anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu disibukkan oleh urusan dirinya sendiri”. (QS. Abasa: 33-37)

Selain itu, Allah SWT juga menyatakan:

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Pengetahuan As-Sajjad yang mendalam dan kerendahatiannya menggambarkan bahwa kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukan ditentukan oleh keturunan, jabatan, atau simbol-simbol duniawi, melainkan oleh ketakwaannya kepada Allah. Allah SWT menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

Baca Juga :  Daftar Nama Korban Tewas dalan Ledakan saat Pemusnahan Amunisi di Cibalong Garut

“Sesungguhnya yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa”. (QS. Al-Hujurat: 13)

Nabi Muhammad juga bersabda:

“Allah tidak melihat tubuh dan rupamu, tetapi hati dan tindakanmu”. (HR. Muslim)

Surga disediakan bagi mereka yang beriman dan berbuat baik, tanpa memandang asal usul, warna kulit, jenis kelamin, atau keturunan. Sebaliknya, neraka adalah tempat bagi mereka yang mengingkari atau menentang Allah dan melakukan kejahatan, tanpa memandang latar belakang mereka.

Kebijaksanaan dan kerendahhatian As-Sajjad menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya amal sholeh dan ketakwaan dalam kehidupan ini.

@uli/laduni

Baca Berita Menarik Lainnya :