Mahasiswa Didorong Jadi Pemantau dan Pelapor Penyimpangan Pilkada 2020

Editor Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, ketika menjadi salah seorang pembicara dalam diskusi "Peran Mahasiswa dalam Menyukseskan Pemilihan Serentak 2020 di Ruang Digital” bersama Dirjen IKP Kemkominfo, Prof. Widodo Moektiyo dan Rektor UMS, Prof. Sofyan Anif./visi.news/tok suwarto.
Silahkan bagikan

VISI.NEWS – Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, mendorong para mahasiswa untuk mengawasi jalannya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) yang secara serentak dilaksanakan pada 9 Desember 2020 mendatang.

Ajakan tersebut dilontarkan dalam forum diskusi publik bertajuk “Peran Mahasiswa dalam Menyukseskan Pemilihan Serentak 2020 di Ruang Digital”, di Emerald Grand Ballroom Solo Paragon, Jumat (13/11/2020).

“Pilkada kali ini bisa menjadi catatan sejarah yang luar biasa karena melibatkan 270 daerah secara serentak. Sejak kita merdeka, belum ada pilkada di masa pandemi dengan tata cara berbeda dengan tetap mempertahankan 3M. PPS harus selektif memilih tempat yang akan dijadikan TPS. Jangan sampai terjadi klaster pilkada,” ujarnya.

Dalam diskusi bersama Prof. Widodo Moektiyo (Dirjen IKP Kemkominfo) dan Prof. Sofyan Anif, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof. Jamal, menyebut penyelenggaraan pilkada serentak tahun ini tergolong unik karena digelar di ratusan daerah secara bersamaan di tengah pandemi Covid-19 yang tengah melanda Indonesia.

Selain penerapan 3M dan pemilihan lokasi TPS tersebut, menurut dia, jumlah generasi muda, termasuk generasi Z yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam Pilkada Serentak 2020 merupakan yang terbanyak.

“Ini merupakan salah satu keunggulan. Generasi muda yang memiliki kemampuan penggunaan teknologi informasi (TI) secara mumpuni, dapat berperan secara aktif dalam mengawasi jalannya pilkada agar berjalan secara jujur dan adil,” tandasnya.

Rektor UNS menyebutkan, para mahasiswa memiliki tiga peran dalam pilkada, yaitu berperan sebagai penyelenggara, sebagai pemantau, dan sebagai pelapor jika ada dugaan terjadi pelanggaran pemilihan.

Dalam mewujudkan ketiga peran tersebut, katanya, para mahasiswa sebagai intelektual harus netral, berintegritas, berpikir kritis dan objektif, punya kemampuan memobilisasi ide-ide baru yang konstruktif, serta kemampuan sebagai penyeimbang informasi.

Baca Juga :  Hadir di Madiun,  Anies Sampaikan Hormat dan Apresiasi pada Perguruan Silat ini

“Jika terjadi kecurangan dalam pilkada, para mahasiswa bisa aktif melaporkan pelanggaran dan kecurangan. Mahasiswa sebagai intelektual kita harapkan punya integritas dan netralitas serta mempunyai independensi. Ada komitmen dan loyalitas berjuang bagi rakyat,” tuturnya lagi, di depan sejumlah mahasiswa UNS, UMS, Unisri, dan STIE AUB peserta diskusi.

Prof. Jamal berpendapat, pelaksanaan pilkada yang menjunjung tinggi semangat demokrasi, merupakan keputusan publik yang paling aman yang bisa dipantau semua orang.

Demokrasi, dia harapkan juga mampu mengurangi risiko terjadinya konflik dan kekerasan, serta dapat membuka peluang bagi semua orang untuk menjadi pemimpin.

“Pilkada merupakan instrumen publik untuk mempercayakan kedaulatan. Siapa pun yang akan menjadi elite politik dan dipercaya masyarakat, harus memenuhi amanat untuk meningkatkan kesejahteraan,” kata Prof. Jamal lagi. @tok

Fendy Sy Citrawarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

TAFAKUR: Kehebatan Alquran yang tak Ditemukan dalam Kitab Suci Lain

Jum Nov 13 , 2020
Silahkan bagikanVISI.NEWS – Alquran merupakan kitab umat Islam yang kehebatannya tidak ada yang menandingi. Alquran juga menjadi pegangan hidup dan menjadi rujukan dalam segala hal, ini membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah SWT. “Alquran itu hebat luar biasa, kalau kita ingin menjadi generasi yang hebat, siapa pun diri kita ketika […]