Oleh Gus Basir
HIDUP tanpa memiliki teman akan terasa kering. Islam menganjurkan untuk mencari teman yang baik agar bisa memberikan manfaat kebaikan dalam pertemanan itu. Memang, mencari dan memilih teman yang baik bukan perkara mudah, akan tetapi tanpa berusaha mencarinya, maka mustahil akan menemukannya.
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Artinya: Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya. (HR.Al-Bukhari: 5108, Muslim: 2628), Ahmad:19163)
Hadits ini dijelaskan dalam kitab Manar Al-Qari karya Hamzah Qasim sebagai berikut:
والمعنى: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – شبه الجليس الصالح في دينه وخلقه بمن يحمل معه مسكاً، وشبه جليس السوء بمن ينفخ كيراً وهو آلة من الجلد ينفخ بها الحداد على النار
Artinya: Nabi Muhammad mengumpamakan teman baik (dalam agama dan akhlaknya) dengan orang yang membawa minyak misik yang harum. Sedangkan teman buruk diumpamakan dengan pandai besi yang dapat memercikkan api.
Berteman, bersahabat merupakan bentuk interaksi sosial yang bisa mempengaruhi keadaan seseorang. Maksudnya jika pertemanannya itu benar, maka akan banyak ilmu, hikmah, dan manfaat yang didapat. Namun, jika salah pertemanannya, maka kesalahan (yang diibaratkan percikan api) itu juga akan mengenainya.
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh teman yang salah. Tapi, tidak sedikit orang yang mendapatkan manfaat maupun kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang baik.
Ibn Athaillah mengatakan dalam kitab Al-Hikam:
لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ
Artinya: Jangan berteman (bergaul) dengan orang yang tingkah lakunya tidak membangkitkanmu (untuk meraih ridha Allah) dan ucapannya tidak menunjukkanmu kepada Allah.
Dengan demikian, beberapa jenis pertemanan di atas, sebaiknya pilih teman yang suka berbuat baik akan membentuk kebiasaan baik pada sekelilingnya. Pun sebaliknya pertemanan dengan orang yang gemar melakukan keburukan akan mempengaruhi sekelilingnya untuk berbuat buruk.
Teman sejati menurut Imam Al Ghazali.
Hal yang sulit didapat di akhir zaman adalah penghasilan halal dan sahabat sejati. Karenanya, berupayalah untuk terus menjadi orang istimewa dengan menjaga pendapatan agar benar-benar halalan thayyiba dan bersikap sebagai teman terbaik.
Kedudukan sahabat mendapat perhatian dari agama. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat memiliki kedudukan penting bagi perkembangan, pertumbuhan, dan pengambilan sikap pribadi kita. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita agar hati-hati dalam mencari sahabat sejati.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Seseorang bisa dilihat dari keberagamaan sahabatnya. Hendaklah setiap kamu memerhatikan bagaimana sahabatmu beragama.
Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan sedikitnya lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencari sahabat.
Pertama, Akal
فإذا طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال: الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو العاقل خير من الصديق الأحمق
Artinya: Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu. ( Imam al-Ghazali, kitab Bidayatul Hidayah, halaman 90).
Imam al-Ghazali menempatkan akal pada urutan pertama. Pasalnya, sahabat yang bodoh atau dungu lebih banyak mencelakai kita karena kebodohanya meskipun ia bermaksud baik.
Kedua, Akhlak Terpuji
الثانية: حسن الخلق: فلا تصحب من ساء خلقه، وهو الذي لا يملك نفسه عند الغضب والشهوة
Artinya: Kedua, akhlak yang baik. Jangan bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang tidak sanggup menguasai diri ketika sedang marah atau berkeinginan. (Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, halaman 90-91).
Akhlak bukan hanya dilihat dalam situasi normal. Akhlak seseorang lebih jauh dari itu juga perlu diperhatikan dalam situasi marah atau syahwat. Kalau dalam situasi marah atau syahwat seseorang dapat mengendalikan diri, dalam situasi normal ia lebih berkuasa atas dirinya sehinga sanggup mengedepankan akhlak terpuji.
Ketiga, Keshalehan
الثالثة: الصلاح: فلا تصحب فاسقا مصرا على معصية كبيرة، لأن من يخاف الله لا يصر على كبيرة، ومن لا يخاف الله لا تؤمن غوائله، بل يتغير بتغير الأحوال والأعراض،
Artinya: Keshalehan. Jangan bersahabat dengan orang fasik yang terus menerus melakukan dosa besar karena orang yang takut kepada Allah takkan terus menerus berbuat dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah tidak bisa dipercaya perihal kejahatannya. Ia dapat berubah seketika seiring perubahan situasi dan kondisi. (Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah).
Imam al-Ghazali tidak menyebut keshalehan dengan kegemaran beribadah. Keshalehan di sini adalah seberapa jauh orang yang patut dijadikan sahabat menjauhkan diri dari dosa besar. Seseorang yang terus menerus melakukan dosa besar menunjukkan ketidak takutannya kepada Allah. Orang ini cukup berbahaya untuk dijadikan sebagai sahabat karena tidak ada jaminan yang membuat kita selamat dari kejahatannya.
Allah SWT berpesan kepada Rasululah SAW dalam Surat al-Kahfi ayat 28 :
وَلا تُطِع مَن أَغفَلنا قَلبَهُ عَن ذِكرِنا وَاتَبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمرُه فُرُطا
Artinya: Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti hawa nafsu dan keadaannya itu melewati batas.
Keempat, Tingkat Keserakahan terhadap Dunia
الرابعة: ألا يكون حريصا على الدنيا: فصحبة الحريص على الدنيا سم قاتل؛ لأن الطباع مجبولة على التشبه والاقتداء، بل الطبع يسرق من الطبع من حيث لا يدري فمجالسة الحريص تزيد في حرصك، ومجالسة الزاهد تزيد في زهدك
Artinya: Keempat, jangan cari sahabat yang gila dunia. Persahabatan dengan orang yang gila dunia (serakah) adalah racun mematikan karena watak tabiat itu meniru dan meneladani. Bahkan tabiat itu mencuri tabiat orang lain dari jalan yang tidak disadari. Pergaulan dengan orang serakah dapat menambah keserakahanmu. Sementara persahabatan dengan orang zuhud dapat menambah kezuhudanmu. (Imam al-Ghazali,Kitab Bidayatul Hidayah, halaman 92).
Persahabatan dengan orang yang rakus dan serakah terhadap dunia dikhawatirkan dapat berpengaruh kepada sahabat. Sebaliknya, kezuhudan orang di sekitar kita diharapkan menular kepada kita. Di sini pentingnya memerhatikan tingkat kezuhudan atau keserakahan seseorang terhadap dunia.
Kelima, Kejujuran
الخامسة: الصدق: فلا تصحب كذابا، فإنك منه على غرور، فإنه مثل السراب، يقرب منك البعيد، ويبعد منك القريب.
Arinya: Kelima, jujur. Jangan bersahabat dengan pendusta. Kau dapat tertipu olehnya. Pendusta itu seperti fatamorgana, dapat mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan yang dekat darimu. ( Imam al-Ghazali, dalam Bidayatul Hidayah)
Kejujuran ini sangat penting karena ia akan memberikan informasi atau kabar yang valid dan akurat kepada kita. Setidaknya, ia membawa kabar apa adanya, bukan interpretasi atau tafsirnya atas informasi tersebut.
Lima kriteria ini merupakan acuan bagi kita untuk mencari sahabat sejati. Memang tidak mudah untuk mendapat orang sempurna seperti ini. Tetapi setidaknya kita dapat mencari seseorang yang mendekati kriteria tersebut. Wallahu ‘Alam.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan adanya teman sejati, sehingga selalu menaungi hidayah dan Taufiq Nya kepada kita.
Amiin.
- Gus Basir
Ketua LBM MWC NU Jatitujuh & Pimpinan Majelis Dzikir Sabilul Ghafilin, Sumur Wetan Cipaku, Jatitengah, Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.