VISI.NEWS – Dalam perbincangan santai sambil ngopi tentang Nahdatul Ulama (NU) yang digelar di rumah Kiai muda Ibnoe Athaillah Yusuf yang sering kupanggil dengan sebutan akrab Cep Aat digelar di Ponpes Baitul Arqom ,Lemburawi Pacet. Rabu (26/5). Seperti biasa dalam suasana santai selalu hadir cerita cerita menarik dan unik, lebih lebih jika ngadongeng/hikayat para tokoh tokoh Kiai/guru yang ikut andil berjuang memperkuat benteng Nahdlatul Ulama, (Kebangkitan ‘Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), adakah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berdiri sekitar 31 Januari 1926. Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi.
Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni faham Ahlussunnah waljamaah.
Para Kiai kiai di kecamatan Pacet Bandung Selatan diantaranya; Cep Aat.
Dia tanpa henti dan tak mengenal lelah membumikan dan mengajarkan paham ahlusunnah waljama’ah (NU) ke para santri dan jamaah²nya. Dalam perbincangan yang lebih menarik dan puitik, kebetulan saya kedatangan dua teman yang satu adik kelas alumni baitul arqom Kang Ridwan penggiat budaya kopi aktif dipengurus organisasi “Sunda Satria Sakti” dan rajin memproduksi KopNU (Kopi Udud NU), Teman kedua Kang Azzuma, salah satu aktivis jurnalis media online NU, dulu aktif di jurnalis PBNU dan sekarang salah satu redaksi yang paling gesit menghidupkan media online PWNU Jabar.
Teman yang berbulan bulan menghilang tak singgah ke saungku. Secara pribadi sebagai santri yang sedikit tau informasi² dari orang tua dan guru guruku, bagaimana kegigihan para kiai kiai pacet dulu. Dan tentu sambung, Kiai muda Ibnoe Attolllah Yusuf, yang jelas lebih rajin mendengar dan membaca sejarah mengguar para pejuang Kiai kiai wilayah Pacet Bandung selatan yang begitu susah payah.
Tetapi, semangat girohnya yang kental sampai mati matian untuk membesarkan marwah Ruh NU. Tak heran jika NU di Pacet Kab. Bandung salah satu kecamatan yang paling kuat dan berkembang sampai saat ini,. Sebab latar belakangnya adalah Tokoh² Kiai NU yang penuh wibawa dan kharismatik, jelas tak heran jika nama²nya tercium harum sampai tingkat ulama² NU nasional/(lingkaran PBNU pusat). Ya’ dengan mengguar sedikit hikayat ini harapan kawan kawan yang bertamu terutama bagi penulis MediaNU, setidaknya ada oleh oleh untuk pulang sekalipun tak diguar secara panjang, minimal ada catatan untuk tulisan-tulisannya dan setidaknya para generasi kekinian terutama santri dan para aktivis aktivis muda NU bisa membaca dan merenungkanya dalam dalam jangan sampai melupakan sejarah. Dan, Bahwasanya aktif di organisasi atau lembaga, banom² NU jadikanlah untuk sebuah pegabdian, takziim atau minimal tabaruq untuk para guru dan kiai kiai pedahulu. Bukan sebaliknya untuk “gagayaan” cari pamor identitas belaka, apalagi untuk mencari ajang manfaat celah celah lain yang kadang memuakan.
Jadi teringat ungkapan Profesor Abdul A’la seharusnya NU sebagai jamaah jangan terlalu masuk ke dalam politik praktis. “Okelah PKB didirikan oleh NU bagi orang yang mendirikan NU ke politik praktis. Tapi NU sebagai jamaah jangan mendukung total PKB karena itu hanya bagian kecil dari NU.” semestinya NU mendukung semua orang dengan berbagai latar belakang NU yang berada di partai manapun.
“Jangan PKB justru kemudian mengangkangi atau mengatur ngatur ranah NU dan jamaahnya”. Katanya.
“Jadikan NU bagi santri terutama aktivis² muda Nahdlatu Ulama sebagai takziim n pengabdian khidmah akan lebih indah dan barokah”. Lanjutnya.
Wallahualam..
Ridwan Ch. Madris.S.Pd.I.,MM. (Wakil Ketua Lesbumi PWNU Jabar, Ketua Forum Silaturrahmi Seniman Kab. Bandung) @pih