VISI.NEWS – Petani ubi atau di Sunda disebut “hui boléd” Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, optimistis bisa memenuhi kebutuhan ekspor ke Hongkong sebanyak 30 ton/bulannya.
Salah seorang petani hui boléd di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Iding, menyebutkan bahwa proses ekspor tak dipegang oleh petani, tetapi ada pihak khusus yang menanganinya.
“Saya cuma petani, pengadaan di kebun, dia (eksportir) yang jualin,” kata Iding saat ditemui di gudang tempat penyimpanan hui boléd, Desa Pinggirsari. Selasa (8/9).
Menurut Iding, di Desa Pinggirsari, ada 11 petani yang fokus menanam hui boléd. Sebanyak 11 petani ini menggarap lahan seluas kurang lebih 50 sampai 70 hektare.
“Tidak selamanya petani ini menanam ubi. Ada kalanya menanam tumbuhan lain seperti jagung dan lainnya,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya optimistis bahwa kebutuhan 30 ton sebulan hui boléd untuk diekspor ke Hongkong tetap akan terpenuhi. Pasalnya, kebutuhan ekspor ini akan ditopang oleh petani lain.
“Ekspor bisa terpenuhi karena kita dibantu dari petani lain, walaupun bukan petani binaan. Selain itu, setiap ubi jalar yang dipanen tak semuanya bisa diekspor. Ada kriteria khusus untuk ubi layak ekspor,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung Wawan Somantri mengaku bangga dengan kualitas ubi jalar atau hui boléd produksi warganya yang bisa diekspor ke Hongkong.
Menurutnya, hui boléd asal desanya, bisa dijadikan ikon Jawa Barat. Ini merupakan kebahagiaan untuk masyarakat Desa Pinggirasari, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan melalui ekspor menjadi kebahagiaan untuk negara.
Dengan adanya peluang ekspor ini, lanjut Wawan, pihaknya akan mengedukasi warga agar bisa bertani dengan baik sehingga seluruh hasil pertanian di Desa Pinggirsari bisa memiliki kualitas ekspor seperti ubi jalar atau hui boléd.
“Di Desa Pinggirsari ini ada beberapa komuditas unggulan selain ubi jalar seperti cabai, wortel, kangkung, dan pecay,” tuturnya.
Selain itu dia pun berjanji akan membantu proses digitalisasi pemasaran hasil tani warga Pinggirsari.
“Insyaallah pemerintah desa akan membantu para petani dengan peralatan yang canggih dari anggaran dana desa,” ucapnya.
Jika pertanian di Pinggirsari semakin baik. “Maka tidak menutup kemungkinan persoalan kemiskinan bisa teratasi secara bertahap,” pungkasnya. @yus