Search
Close this search box.

Silaturrahmi Politik, KDI Disambut Hangat Pimpinan PDIP Jabar

Silaturahmi politik KDI dengan Pimpinan DPD PDIP Jawa Barat, Jumat (5/6/2020)./visi.news/ist

Bagikan :

VISI.NEWS – Silaturrahmi politik yang dilakukan salah satu kandidat kuat Balon Bupati Bandung dari Partai Golkar, Deding Ishak (KDI) ke DPD PDIP Jawa Barat, Jumat (5/6/2020), mendapat sambutan hangat dalam suasana kekeluargaan. Pertemuan tersebut terkesan sebagai pertemuan nostalgia karena banyak teman-teman KDI di PDIP dan menunjukkan KDI sebagai tokoh Jawa Barat yang punya jaringan luas sebagaimana pernah disebutkan guru besar Unpad Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, S.H., M.H.

Hadir pada pertemuan atas seizin Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Ade Barkah tersebut, Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono, Sekretaris DPD PDIP Jawa Barat I Ketut Sustiawan,  Ketua Bappilu DPD PDIP Jawa Barat Mochtar Mohamad, dan pengurus lainnya. Calon Bupati Bandung dari PDIP, Yena Iskandar Ma’soem sendiri hadir menjelang pertemuan berakhir.

Acara berjalan hangat karena ada diantaranya juga teman-teman KDI yang pernah dibimbing ke Korsel saat KDI duduk sebagai anggota DPR RI. Ada juga irisan-irisan keluarga dari KDI yang jadi tokoh PNI. Dalam pertemuan tersebut juga terlintas adanya kedekatan KDI secara emosional saat duduk di Badan Sosialisasi 4 Pilar MPR  dengan suami Megawati, Alm. Taufik Kiemas.

“Saya sangat mengapresiasi dan respek terhadap PDIP, karena PDIP atas sambutan yang sangat baik kepada saya bahkan juga mempersilakan dan mengizinkan saya untuk berkomunikasi politik juga dengan partai-partai lain, karena suasananya masih cair. Tapi kelihatannya, hasil silaturrahmi ini berpeluang besar koalisi Golkar PDIP kembali terjadi, karena ini sudah sampai ke DPP PDIP juga, ke orang kepercayaannya Ibu Megawati,” ujar Deding kepada VISI.NEWS.

WhatsApp Image 2020 06 05 at 16.58.02 1
Balon Bupati Bandung Deding Ishak (KDI) diterima baik oleh Pimpinan DPD PDIP Jawa Barat, Jumat (5/6/2020)./visi.news/ist

Dalam pertemuan tersebut, Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono sempat menanyakan raihan kursi Partai Golkar di DPRD Kabupaten Bandung hasil Pileg 2019 lalu yang dijawab oleh tim KDI, untuk Golkar 11 kursi dan PDIP 7 kursi. “Melihat komposisi tersebut, saya didorong untuk maju menjadi calon bupati dan Ibu Yena sebagai Calon Wakil Bupati. Pak Ketua DPD PDIP Jabar juga mempersilahkan saya untuk melakukan silaturrahmi politik dengan parpol-parpol lain karena suasananya masih cair,” ungkapnya.

Baca Juga :  Wamendagri Bima Arya Ungkap Arahan Prabowo agar Tak Hamburkan Anggaran

Ketua Bappilu DPD PDIP Jawa Barat Mochtar Mohamad mengatakan bahwa kalau rekomendasi DPP Partai Golkar keluar untuk KDI maka cabup dari PDIP Yena Iskandar Ma’soem siap menjadi wakilnya.

“Koalisi Golkar-PDIP di Kabupaten Bandung merupakan koalisi historis karena sebelumnya pernah Pak Obar dengan Almarhum Pak Eliyadi, Pak Obar dengan Pak Yadi Srimulyadi. Ini sangat logis dan melengkapi koalisi PDIP-Golkar di daerah-daerah lainnya di Jawa Barat,” ujar Mochtar.

Lebih lanjut Mochtar juga mengatakan, pasangan Deding-Yena akan melengkapi pasangan PDIP – Golkar seperti di Kabupaten Pangandaran, di Sukabumi, Karawang, dan Cianjur. “Kami harapkan di Kabupaten Bandung akan terjadi koalisi Partai Golkar – PDI Perjuangan,” tandasnya.

Yena yang datang beberapa saat sebelum pertemuan berakhir sempat berbincang dengan KDI, namun kata KDI, obrolan hanya membahas mengenai kedekatan keluarganya dengan keluarga Al Ma’soem.

“Kebetulan kakeknya Ibu Yena mesantren di pesantrennya kakek saya, saya juga menceritakan pada Pilbup 2010 maju sebagai calon bupati karena didorong oleh ayahnya Ibu Yena, Almarhum H. Nanang Ma’soem. Lulusan Al Jawami, banyak yang menjadi karyawa di Al Ma’soem. Pada prinsipnya, kita sepakat membangun Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bandung, karena semakin banyak koalisi akan semakin bagus juga,” ujarnya. Rencananya, Senin (8/5/2020), diagendakan pembahasan tindak lanjut dari pertemuan tersebut, dan hari Sabtu (6/6/2020) ini bertemu dengan salah satu pimpinan partai.

WhatsApp Image 2020 06 05 at 16.58.49 1
Deding Ishak (KDI) dan Yena Iskandar Ma’soem./visi.news/ist

Ditanya mengenai kemungkinan kejadian Tahun 2010 terulang, dimana akhirnya Partai Golkar merekomendasi Hj. Kurnia Dadang Naser sebagai Calon Bupati Bandung, Deding mengatakan bahwa bahasan belum sampai ke sana.

“Tapi yang jelas KDI siap menjadi bupati. Kenapa jadi bupati? Karena waktu itu Pak DN (Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung yang juga Bupati Bandung Dadang Naser) sendiri meminta KDI. Tapi ternyata kan bukan ke KDI saja tehadap balon lain juga minta. Ini makanya yang kita sayangkan. Kalau memang sejak awal saja beliau menyampaikan bahwa Bu Nia akan maju, kita enggak usah, kita tidak akan maju, dan kita maju itu karena Pak Obar mengizinkan, dan Pak DN juga sama tidak mengizinkan istrinya dan mendorong semua kader Golkar termasuk abdi ikut sebagai calon.

Baca Juga :  Pimpinan DPR Targetkan Revisi UU DKJ Disahkan Sebelum Pilkada 27 November

“Jadi intinya, waktu itu Golkar-Golkar, siapapun (calon bupatinya) dan wakilnya Ibu Nia. Kalau Pak Yoga keluar, Pak Yoga cabupnya Ibu Nia wakilnya.

“Sekarang di Golkar yang harus dijaga, pertama mekanisme sesuai dengan juklak artinya harus melibatkan DPP Partai Golkar, DPD Partai Golkar Jawa Barat dan DPD Partai Golkar Kab, Bandung. Meskipun Pak DN yah sekarang mengizinkan istrinya, tapi harus memperlakukan secara adil terhadap semua balon. Kepada saya, kepada Pak DS, Pak Yoga, ke Pak Agung, ke Pak Uben, ke Pak Deden Rumaji, dan ke Pak Sugih,” ungkapnya.

Karena semuanya, kata Deding, pasti mempunyai peluang sama, tergantung survei yang sampai sekarang belum dilakukan. “Jadi kalau memang ingin segera putus, wayahna survei dienggalkeun yah, supaya tidak terjadi potensi konflik. Kalau masih diputuskan tanpa dasar hukum, itu salah,” ujarnya.

Selaku Wakil Sekretaris Dewan Etik DPP Partai Golkar, Deding juga mengingatkan, kalau sebelum Hj. Kurnia Dadang Naser maju, Dadang Naser bisa leluasa. “Nah kalau sekarang Pak DN ini bisa dipersepsi lain, karena bagaimana pun dia suami dari balon. Jadi sebaiknya kalau tetap mengusung Ibu Nia, secara etika, tapi terserah beliau mau dilakukan atau tidak, Pak DN ini sebaiknya mengundurkan diri dulu, menonaktifkan diri sampai keluarnya rekomendasi kepada siapapun. Terserah Plt-nya dari mana, bisa oleh siapa pun. Tapi yang lebih adil oleh DPD Jawa Barat, sampai keluarnya rekomendasi. Karena dengan posisinya ini sulit dihindari conflic of interest, karena ada kepentingan disana,” pungkasnya.@mpa/asa

 

Baca Berita Menarik Lainnya :