Oleh Syakieb Sungkar
BEBERAPA tahun belakangan orang ramai membicarakan Blockchain, suatu istilah baru yang sering dikaitkan dengan uang Kripto atau Cryptocurrency. Untuk memahaminya mari kita balik dulu ke masa lalu. Di zaman dahulu, ketika Internet belum ditemukan, kita biasa menyimpan data pada disket, mengeluarkannya, berjalan ke orang yang membutuhkan file data, dan menyalinkan file tersebut ke komputer mereka sehingga mereka dapat menggunakannya. Jika orang tersebut berada di negara lain, kita akan mengirimkan disket tersebut kepada mereka melalui Pos atau Fedex. Kemudian internet ditemukan. Sehingga kita bisa menghubungkan komputer yang dulunya berdiri sendiri itu (stand alone) dengan komputer lain melalui protokol transmisi data TCP/IP. Dengan internet, kita kemudian mempunyai Web atau WWW yang membuat transfer data menjadi lebih cepat dan file dapat dikirim secara besar-besaran, sehingga mengurangi biaya transaksi pertukaran informasi. Dengan itu disket kemudian musnah, digantikan dengan Google Drive.
Sistem Web2
Sepuluh tahun kemudian, Internet menjadi lebih matang dan dapat diprogram. Kita melihat munculnya sistem Web2, yang membawa manusia ke dunia sosmed dan platform e-commerce. Web2 merevolusi interaksi sosial, mendekatkan produsen dan konsumen, menyebarkan informasi barang dan layanan, serta memungkinkan kita menikmati interaksi person to person (P2P) dalam skala global. Interaksi P2P selalu menggunakan perantara, yaitu platform yang bertindak sebagai middleman terpercaya antara dua orang yang tidak saling mengenal satu satu sama lain. Platform itu telah melakukan pekerjaan yang fantastis dalam menciptakan ekonomi P2P, dengan penemuan konten yang canggih dan solusi untuk settlement bisnis. Platform juga mendikte semua aturan transaksi, dan mengontrol semua data penggunanya.Contohnya, ketika kita berbelanja melalui Gojek atau Tokopedia, maka informasi siapa kita, tinggal di mana, pola belanja, dan dengan siapa kita suka berinteraksi, sudah ada di tangan mereka.
Internet yang kita gunakan saat ini sebagian besar dibangun di atas gagasan komputer lama yang stand alone. Data disimpan dan dikelola secara terpusat di server suatu lembaga tepercaya. Data di server dilindungi oleh firewall, dan diperlukan administrator sistem untuk mengelola server ini berikut firewallnya. Dengan firewall, upaya mencoba memanipulasi data di server akan seperti membobol rumah, karena keamanan telah disediakan oleh pagar proteksi dan sistem alarm.
Gambar 1 – Clients -Server Internet (sumber: Shermin Voshmgir).
Dengan berlalunya waktu, sistem internet yang kita miliki saat ini menjadi kacau. Kita tidak dapat mengontrol data kita sendiri, tidak dapat memiliki data aslinya. Karena, 30 tahun setelah internet dipergunakan secara massal, arsitektur data masih didasarkan pada konsep komputer yang berdiri sendiri, di mana data disimpan dan dikelola secara terpusat di server, dan dikirim atau diambil oleh klien (Clients – Server Internet). Setiap kali kita berinteraksi melalui internet, salinan data kita dikirim ke server penyedia layanan, dan setiap kali itu terjadi, kita kehilangan kendali atas data kita. Kita hidup di dunia yang terinterkoneksi, dengan semakin banyak perangkat yang terhubung ke internet – termasuk jam tangan, mobil, TV, AC, dan lemari es – namun data kita masih disimpan secara terpusat: di memori komputer, di USB, dan di clouds. Hal ini menimbulkan masalah kepercayaan. Dapatkah kita memercayai orang dan institusi yang menyimpan dan mengelola data kita dari segala bentuk pencurian dan korupsi – secara internal atau eksternal, dengan sengaja atau tidak sengaja? Orang yang mempunyai akun Yahoo misalnya, e-mailnya akan hilang kalau sudah 3 bulan tersimpan. Kita tidak dapat melihat e-mail kita sendiri setelah itu. Pertanyaannya, apakah betul e-mail itu dihapus oleh server Yahoo? Atau jangan-jangan e-mail tersebut dipergunakan untuk kepentingan lain: menelusuri rahasia kita.
Setiap kali kita berinteraksi melalui Internet, salinan gerak kehidupan kita dibuat dan dikirim ke komputer lain, dan ketika itu terjadi, kita kehilangan kendali atas data kita di ujung Web lain, di balik tembok sebuah server. Ini bukan hanya masalah hilangnya privasi data pribadi kita, tetapi juga menghasilkan banyak inefisiensi di lini belakang kerja pelayanan, serta pencurian data pelanggan. Internet saat ini telah menciptakan ongkos penanganan data dan dokumen yang tinggi, serta menimbulkan ketidaktransparan di sepanjang rantai operasi pelayanan.
Sistem Web 3
Untuk menyelesaikan masalah privasi data pada Web2, dikembangkan internet generasi berikutnya yaitu Web3, atau terkenal dengan sebutan Blockchain. Blockchain merupakan cara baru bagaimana data disimpan dan dikelola. Dengan Blockchain, data-data disimpan dan dikelola secara kolektif. Sistem ini memungkinkan kita mengirim file dengan cara copy-protected. Dan Blockchain memungkinkan transaksi P2P tanpa perantara. Karena sistemnya terdesentralisasi.
Gambar 2 – Sistem Sentralisasi dan Desentralisasi (sumber: Shermin Voshmgir).
Dengan sistem yang terdesentralisasi, maka untuk membobol protokol Blockchain menjadi tidak sederhana. Protokol dirancang sedemikian rupa sehingga untuk mencuri data seperti membobol beberapa rumah di seluruh dunia secara bersamaan, yang masing-masing memiliki pagar dan sistem alarm sendiri, untuk melanggarnya. Membobol Blockchain masih dimungkinkan, tetapi biayanya sangat mahal. Karena dalam Web3, data disimpan pada banyak salinan di jaringan P2P. Data dalam Blockchain diamankan oleh semua pesertadalam jaringan, yang aktivitas pesertanya diberi insentif melalui token. Blockchain, sebagai tulang punggung Web3, mendefinisikan ulang struktur data dan layer tata kelola di backend Web. Sehingga memungkinkan dua orang yang tidak saling kenal dapat mencapai kesepakatan bisnis di dalamjaringan.
Gambar 3 – Struktur Web 1, 2, dan 3 (sumber: Shermin Voshmgir).
Bagi pengguna, perubahan yang terjadi pada backend tidak terasakan. Karena tidak banyak yang berubah pada permukaan internet atau frontend. Kalau Web2 adalah revolusi frontend, Web3 adalah revolusi backend. Seperangkat aturan pada protokol Blockchain, hanyalah bermaksud untuk mencari jalan baru bagaimana internet terhubung di backend, yaitu mendefinisikan kerja komputer pada dunia yang terdistribusi. Hal ini mungkin merupakan langkah besar berikutnya dalam pengembangan komputer dan internet di masa depan.
Internet dan Negara
Internet yang kita gunakan saat ini tidak terlepas dari peran Negara. Karenanya ada kejelasan atas kepemilikan dan status. Siapa memiliki apa, dan siapa memiliki hak untuk melakukan apa. Negara, bagaimanapun, adalah properti kunci untuk mengelola nilai. Kemampuan untuk mentransfer nilai P2P dengan mudah dan efisien adalah inti dari pasar keuangan dan klien. Jika kita tidak mempunyai status atau identitas di internet, maka kita tidak dapat mentransfer nilai tanpa lembaga terpusat yang bertindak sebagai entitas kliring. Internet saat ini telah memfasilitasi transfer dengan nilai yang besar, menciptakan produk dan layanan dengan biaya lebih rendah dari sebelum adanya internet.
Gambar 4 – Jaringan P2P yang terdesentralisasi (sumber: Shermin Voshmgir).
Protokol Web saat ini telah mengelola transfer informasi, di mana pengirim atau penerima informasi tersebut tidak menyadari keadaan pihak lain. Hal ini didasarkan pada kesederhanaan protokol tempat Web dibangun, seperti protokol transmisi data yang disebut TCP/IP, protokol SMTP untuk transmisi email, dan HTTP untuk transmisi Hypertext. Keluarga protokol ini hanya mengatur transmisi data, bukan bagaimana data disimpan. Data dapat disimpan secara terpusat, atau secara desentralisasi, tetapi karena berbagai alasan, penyimpanan data terpusat menjadi arus utama, untuk menyelesaikan pembayaran antara dua pihak yang tidak dapat dipercaya.
Blockchain memperkenalkan metode bagi setiap peserta dalam jaringan untuk menyimpan dan mentransfer nilai dalam format asli secara digital, tanpa memerlukan perantara terpercaya. Protokol konsensus dirancang sedemikian rupa sehingga jaringan dapat secara kolektif akan mengingat peristiwa sebelumnya atau interaksi pengguna. Blockchain menyediakan satu sumber referensi untuk siapa menerima apa dan kapan. Dengan adanya Blockchain, campur tangan Negara ditiadakan, karena sekarang pengelolaan data dan transaksi yang bernilai dikelola oleh seluruh peserta Web yang ada di seluruh dunia. Oleh karena itu, protokol Blockchain dapat dilihat sebagai perintis medan permainan baru, membuka jalan ke Web yang lebih terdesentralisasi. Melalui Blockchain inilah insfrastruktur Bitcoin kemudian digelar.
Karena Bitcoin mendasarkan dirinya pada Blockchain, maka ia tidak mempunyai Negara, tidak mempunyai Bank Sentral, dan tidak ada yang mengatur berapa kursnya. Semuanya diserahkan kepada fluktuasi pasar, di mana anggota pasarnya adalah para peserta dalam jaringan. Dalam sudut pandang lain, Bitcoin seperti sebuah ‘Negara’ juga yang punya rakyat yaitu anggota jaringan, tetapi tidak punya Presiden untuk memimpin dan tidak mempunyai Menteri Ekonomi untuk mengatur pertukaran, transaksi dan nilai kurs. Akibatnya tidak ada tempat untuk mengadu bila ada dispute. Atau siapa tahu Bitcoin anda tiba-tiba hilang, kita tidak bisa melaporkannya pada Polisi di Negara manapun. Apakah anda percaya kepada Bitcoin?.***