- Potensi Besar Pesantren sebagai Motor Ekonomi Kerakyatan.
Oleh Nuslih Jamiat
- Dosen Telkom University
- Center of Excellence for SHE(Halal), Telkom University
Ketika Pesantren Menjadi Kekuatan Ekonomi
SEBUAH pesantren di pelosok Ngrayun, Ponorogo, yang dulunya hanya mengandalkan hasil cengkih petani sekitar. Kini, Pesantren Minhajul Muna berhasil mengubah tanaman porang menjadi berkah yang mengalirkan ratusan juta rupiah. Para petani yang dulunya kesulitan, kini mampu membeli kendaraan pribadi dari hasil panen. Kisah ini bukan dongeng, melainkan bukti nyata bahwa pesantren bisa menjadi pusat ekonomi yang menggerakkan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia, kita memiliki aset luar biasa yang belum banyak disadari potensinya. Menurut data Education Management Information System (EMIS) Kementerian Agama per 31 Desember 2024, terdapat lebih dari 42 ribu pondok pesantren dengan 11 juta lebih santri yang terhimpun di dalamnya. Bayangkan, 11 juta santri! Itu sama dengan populasi seluruh negara Belgia. Jika potensi ini dikelola dengan baik, dampaknya bisa mengubah wajah ekonomi nasional.
Muhammad Ali Ramdhani, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agama, menekankan pentingnya membangun kekuatan ekonomi berbasis pesantren melalui konsep santri-preneur. Bukan pesantren-preneur, karena jika gagal, yang belajar adalah santrinya, bukan pesantrennya. Pendekatan ini lebih manusiawi dan memberikan ruang belajar bagi santri untuk mencoba berwirausaha.
Mengapa Pesantren Istimewa?
Pesantren memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh lembaga atau institusi lain dalam kedekatannya dengan masyarakat. Secara kelembagaan, pesantren telah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, sehingga sudah memiliki dasar hukum maupun sosial yang kuat. Tidak perlu membangun dari nol, karena semua fondasi sudah tersedia.
Lukmanul Hakim, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi dan Keuangan, menjelaskan bahwa pimpinan pesantren biasanya merupakan pemimpin wilayah di mana pesantren itu berada. Ketokohan ini memiliki peran strategis sebagai penyemangat masyarakat untuk menjalankan program yang dicanangkan. Ketika seorang kyai atau ustadz memulai usaha, masyarakat sekitar akan mengikuti. Inilah kekuatan kepercayaan yang dimiliki pesantren.
Lebih dari itu, pesantren sudah memiliki pasar internal yang jelas. Para santri adalah konsumen pertama dari produk yang dihasilkan. Selain itu masyarakat sekitar pesantren juga memberikan penghormatan dan dukungan atas program pemberdayaan tersebut. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2019, pesantren memiliki tiga fungsi yakni fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Fungsi pendidikan dan dakwah sudah berjalan baik, namun fungsi pemberdayaan ekonomi masih perlu diperkuat.
Peluang Konkret yang Bisa Digarap
Ada beberapa peluang konkret yang bisa digarap pondok pesantren mulai dari travel religi, industri halal, fesyen muslim, hingga penyiaran keagamaan. Tempat sudah ada, tanah sudah ada, orang sudah ada, yang dibutuhkan hanya pembentukan hub ekonomi dan pendampingan untuk menjadikannya kekuatan ekonomi nyata.
Pesantren Minhajul Muna di Ngrayun adalah contoh nyata yang sejak tahun 2019, Pesantren Minhajul Muna menjadi bagian dari program Desa Sejahtera Astra yang berfokus pada sektor Agrikultur dan Pengolahan Pangan dengan komoditas unggulan porang. Kyai Aminuddin, pengasuh pesantren, menjelaskan bahwa pesantren berada di daerah pegunungan sehingga tanaman porang yang banyak diminati dunia menjadi pilihan tepat.
Polanya sederhana: petani menanam bibit, hasil panen dijual kembali ke pesantren, lalu pihak pesantren mendistribusikan ke sejumlah pabrik di Jawa Timur. Hasilnya luar biasa. Panen pertama menghasilkan 100 ton porang, dan pada tahun 2020 pesantren bahkan mampu mengirim 10 rit truk ke pabrik. Jika satu rit berisi 9 ton dan harga porang Rp 10.000 per kilogram, nilai transaksinya bisa mencapai Rp 900 juta! Angka yang fantastis untuk sebuah pesantren di pelosok. Dampak positifnya begitu terasa yaitu banyak petani yang mampu membeli kendaraan pribadi dari hasil panen porang. Kolaborasi dengan Astra tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga membantu operasional pesantren serta meningkatkan kesejahteraan para guru di pesantren.
Landasan Kebijakan yang Kuat
Pemerintah serius mendukung ekonomi pesantren, Menteri Agama Nasaruddin Umar memperkenalkan Asta Protas yang berisi 8 Program Prioritas Kementerian Agama untuk periode 2024-2029, di mana pemberdayaan ekonomi pesantren menjadi salah satu program utama. Program ini mencakup pengembangan kemandirian pesantren, pembentukan Direktorat Jenderal Pondok Pesantren, penguatan kualitas lulusan pesantren, hingga pendirian pesantren internasional.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem dan Penguatan Perlindungan Sosial yang Inklusif menempatkan pesantren sebagai simpul ekonomi lokal yang paling dekat dan efektif menjangkau masyarakat miskin di desa. Ini bukan sekadar wacana, tetapi komitmen nyata pemerintah untuk menjadikan pesantren sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan.
Bantuan Inkubasi Bisnis yang Menghasilkan
Program inkubasi bisnis yang dimulai sejak 2021 menunjukkan pertumbuhan sangat signifikan. Jumlah pesantren yang mendapatkan bantuan inkubasi bisnis meningkat drastis dari 105 pesantren di tahun 2021 menjadi lebih dari 3.600 pesantren di tahun 2024. Angka ini menunjukkan antusiasme luar biasa dari pesantren untuk mengembangkan potensi ekonomi mereka. Program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren tahun 2025 merupakan inisiatif pemerintah untuk mendorong kemandirian ekonomi pesantren di Indonesia dengan memberikan akses pada pelatihan, pendanaan, dan pembinaan agar pesantren dapat mengembangkan potensi bisnisnya secara optimal.
Kisah sukses datang dari Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Lirboyo Bakery, yang merupakan salah satu unit usaha pesantren, berhasil menjadi pemain utama di pasar lokal. Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo menyampaikan bahwa Lirboyo Bakery kini tidak hanya membantu operasional pesantren tetapi juga menjadi ikon ekonomi lokal yang dapat bersaing di pasar lebih luas.
OPOP Expo: Panggung Bagi Pesantren Berdaya
OPOP Expo 2025 yang digelar di Royal Plaza Surabaya pada 13–16 November 2025 mengusung tema “Pesantren Berdaya, Masyarakat Sejahtera” sebagai momentum penting dalam memperkuat peran ekonomi pesantren di era modern. Pameran ini bukan sekadar ajang pamer produk, tetapi wadah bagi pesantren untuk memperluas jangkauan pasar hingga tingkat nasional bahkan internasional.
Sekretaris Jenderal OPOP Jawa Timur, Gus Ghofirin, menyampaikan bahwa kegiatan ini mendapat dukungan luas dari berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi, perbankan, pelaku usaha, hingga Pemerintah. Tahun 2025 menjadi pelaksanaan OPOP Expo yang ketujuh kalinya. Keberlangsungan program ini membuktikan bahwa pesantren mampu mandiri dan berdaya saing.
Program Konkret di Daerah: Lamongan Jadi Contoh
Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat RI menyelenggarakan pilot project “Optimalisasi Peran Pondok Pesantren dan Lembaga Ekonomi Desa di Perdesaan Jawa Timur” yang dipimpin langsung oleh Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Prof. Abdul Haris, di Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar, Karanggeneng, Kabupaten Lamongan pada 14 November 2025.
Kegiatan ini diisi dengan sesi workshop yang menghadirkan berbagai pihak lintas sektor, antara lain Pondok Pesantren Sunan Drajat, Ponpes Sidogiri, Kementerian Agama, Kementerian Koperasi dan UKM, BRIN, Rumah Zakat, BRI, serta Dinas PMD Lamongan, yang memaparkan praktik baik, inovasi, serta model kolaborasi pemberdayaan masyarakat melalui unit usaha pesantren dan koperasi desa.
Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, menegaskan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat syiar islam tetapi juga berperan sebagai lokomotif pembangunan SDM, pemberdayaan sosial ekonomi umat serta benteng ketahanan moral bangsa. Di Lamongan sudah ada sebanyak 96 Koperasi Merah Putih yang aktif di 21 Kecamatan dengan kegiatan usaha meliputi perdagangan bahan pokok, penyediaan sarana produksi pertanian, pangkalan elpiji, perlengkapan olahraga, hingga suplai bahan pangan.
Paket Ekonomi 2025: Komitmen Besar Pemerintah
Pemerintah merumuskan Paket Ekonomi 2025 dan Penyerapan Tenaga Kerja yang terdiri dari 8 program akselerasi di 2025, 4 program yang dilanjutkan di 2026, dan 5 program andalan untuk penyerapan tenaga kerja. Meskipun tidak khusus untuk pesantren, program ini menciptakan ekosistem ekonomi yang kondusif bagi UMKM, termasuk unit usaha pesantren.
Pemerintah akan memperpanjang insentif PPh Final 0,5% bagi UMKM dengan omzet hingga Rp4,8 miliar per tahun dan dipastikan berlaku hingga tahun 2029. Ini memberikan kepastian usaha jangka panjang bagi unit bisnis pesantren yang beroperasi sebagai UMKM.
Program Magang dan Pelatihan
Dari 8 program akselerasi di 2025, Pemerintah memulai dengan program magang bagi lulusan perguruan tinggi maksimal fresh graduate 1 tahun yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan sektor industri. Dengan target penerima manfaat tahap pertama sebanyak 20 ribu orang, program tersebut akan memberikan fasilitas berupa uang saku setara UMP selama enam bulan, dengan total anggaran sebesar Rp198 miliar. Program ini juga terbuka bagi alumni pesantren yang ingin mendapatkan pengalaman kerja di dunia industri.
Bank Indonesia: Penggerak Utama Ekonomi Pesantren
Bank Indonesia meluncurkan Program Pengembangan Kemandirian Ekonomi Pesantren (PKEP) yang bertujuan membangun ekosistem bisnis di lingkungan pesantren. Program ini menjadi bagian dari strategi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, dalam rangka mewujudkan pertumbuhan yang inklusif.
Program pengembangan kemandirian pesantren diharapkan dapat mendorong pesantren sebagai penggerak utama dalam ekosistem rantai nilai halal. Bank Indonesia tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga pelatihan pengelolaan keuangan syariah, akses permodalan, serta pengembangan UMKM di lingkungan pesantren.
Bank Indonesia mendorong penggunaan QRIS di lingkungan pesantren untuk mempermudah transaksi. Kini, santri tidak hanya belajar kitab kuning, tetapi juga teknologi dan pengelolaan keuangan. Digitalisasi ini membuat pesantren lebih siap menghadapi era ekonomi digital.
Untuk penguatan kelembagaan keuangan pesantren, Bank Indonesia mendorong pendirian Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di lingkungan pesantren agar pesantren memiliki lembaga keuangan mikro syariah yang dapat membantu ekonomi santri dan masyarakat sekitar. Bank Indonesia juga mendorong pembentukan koperasi syariah pesantren untuk mengelola keuangan dan usaha secara profesional.
Koperasi Pesantren Sidogiri: Kisah Sukses yang Menginspirasi
Koperasi Pesantren Sidogiri di Jawa Timur menjadi contoh sukses pengembangan kemandirian pesantren dengan omset yang relatif besar. Mereka berhasil mengelola usaha mikro seperti toko kelontong, pertanian, hingga perbankan syariah berbasis pesantren. Kesuksesan Sidogiri membuktikan bahwa dengan manajemen yang baik, pesantren bisa menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh.
BRI: Digitalisasi untuk Pesantren
Bank BRI hadir dengan solusi digital khusus untuk ekosistem pesantren. Mereka menyediakan layanan dari sisi akademik dan non-akademik, termasuk pengelolaan keuangan dan transaksi cashless di lingkungan pesantren.
BRI menggunakan aplikasi Junio Smart, sistem manajemen sekolah yang diberikan secara gratis bagi sekolah dengan syarat membuka Giro Operasional sekolah di BRI. Hingga kini, Junio Smart BRI telah bekerjasama dengan lebih dari 90 pesantren yang ada di seluruh Indonesia. Aplikasi ini membantu pesantren mengelola administrasi, pembayaran SPP, dan berbagai transaksi lainnya dengan lebih efisien.
Bank Mandiri: Kopra untuk Kemudahan Pesantren
Bank Mandiri menjalin kerja sama dengan pondok pesantren melalui platform Kopra by Mandiri yang meningkatkan efisiensi pesantren melalui solusi collection, solusi likuiditas dan solusi payment.
Bank Mandiri menyediakan sistem yang berfungsi untuk mengelola dan memudahkan pembayaran tagihan pendidikan siswa seperti SPP dengan lebih dari 50 channel pembayaran, termasuk pembayaran di Mandiri agen, Indomaret, Alfamart, kantor pos, bank daerah, Dana, Gopay dan lain-lain. Orangtua santri tidak perlu lagi datang langsung ke pesantren untuk membayar, cukup melalui aplikasi atau minimarket terdekat.
Shopee dan Platform Digital Lainnya
Platform e-commerce juga ikut andil memberdayakan santri. Shopee menggelar program “Santri Siap Ekspor Bersama Shopee” yang memfasilitasi 1.400 santri untuk mengembangkan bisnis mereka hingga mengekspor produk melalui Program Ekspor Shopee.
Shopee Barokah hadir sebagai fitur untuk produk-produk halal berdasarkan sertifikasi halal dari BPJPH yang mendukung potensi industrial Islami di Indonesia. Ini membuka pasar yang lebih luas bagi produk-produk pesantren yang dijamin kehalalannya.
Astra dan Program Desa Sejahtera
Kisah sukses Pesantren Minhajul Muna tidak lepas dari peran Astra melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA). Program ini kini tersebar di berbagai provinsi dan menjadi motor penggerak ekonomi baru di tingkat desa.
Astra menyalurkan bantuan berupa bibit porang, pelatihan budidaya, dan jaminan pasar. Pesantren bertindak sebagai hub yang menghubungkan petani dengan pabrik pengolahan. Model kemitraan ini win-win solution: petani mendapat penghasilan, pesantren mendapat margin, dan perusahaan mendapat pasokan bahan baku yang stabil.
Dampak Nyata yang Dirasakan Masyarakat
Ketika pesantren mandiri secara ekonomi, dampaknya meluas ke masyarakat sekitar. Pesantren menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal, baik sebagai petani mitra, karyawan unit usaha, maupun pemasok bahan baku. Kesejahteraan para guru dan pengasuh pesantren meningkat karena ada sumber pendapatan tambahan di luar dana operasional rutin.
Inisiatif ini menjadikan Pesantren Minhajul Muna sebagai contoh nyata pesantren mandiri, yang tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui sinergi dan semangat kemandirian, pesantren ini mampu mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi berkelanjutan.
Masa Depan Ekonomi Pesantren
Dengan lebih dari 42 ribu pesantren dan 11 juta santri, potensi ekonomi pesantren Indonesia sangat besar. Jika setiap pesantren memiliki unit usaha yang menghasilkan Rp 100 juta per tahun saja, total ekonomi pesantren bisa mencapai Rp 4,2 triliun per tahun. Angka yang fantastis!
Sinergi antara pesantren, pemerintah, Bank Indonesia, BUMN, dan dunia usaha menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pesantren tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan yang hanya menerima sumbangan, tetapi sebagai pelaku ekonomi produktif yang berkontribusi pada pembangunan nasional.
Prof. Abdul Haris menyampaikan, “Dari Lamongan, kita ingin mengirim pesan bahwa kemandirian ekonomi masyarakat bisa tumbuh dari akar, dari desa, dari pesantren. Inilah makna sejati pemberdayaan”.
Pesantren sebagai Pilar Ekonomi Kerakyatan
Dukungan pemerintah dan dunia usaha terhadap ekonomi pesantren bukan sekadar program jangka pendek, tetapi investasi jangka panjang untuk membangun ekonomi kerakyatan yang kuat dari akar rumput. Pesantren yang mandiri secara ekonomi akan lebih berdaya dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan model kemitraan yang tepat, pendampingan yang berkelanjutan, dan akses pembiayaan yang memadai, pesantren bisa menjadi motor penggerak ekonomi yang mengubah wajah perekonomian Indonesia. Dari porang di Ngrayun, bakery di Lirboyo, hingga koperasi di Sidogiri, semuanya membuktikan bahwa pesantren memiliki DNA entrepreneurship yang kuat.
Saatnya kita melihat pesantren tidak hanya sebagai tempat belajar agama, tetapi juga sebagai pusat inovasi ekonomi yang membawa berkah bagi masyarakat luas.***












