Search
Close this search box.

Alumni SMAN Cimindi – 13 Bandung Jadikan Pohon Sebagai Monumen

Dari kiri; Kang Echo (WJCTF), Betha Pratista dan EVa (Panpel Reuni Akbar Cimindi-13 Bandung), serta Nicolas (Dansis PDW 2025) dalam Gelar Wicara Lit-on di K-Lite 107.1 FM, Selasa (7-0ktober 2025).

Bagikan :

VISI.NEWS|BANDUNG – Sebuah monumen tidak harus berbentuk tugu atau bangunan yang berupa benda mati. Sebuah monumen bisa juga berupa benda hidup yang dapat bertahan lama. Oleh karena itu, Panitia Reuni Akbar SMAN Cimindi-13 Bandung memilih program Wali Pohon yang dikelola oleh West Java Conservation Trust Fund (WJCTF) Yayasan Wanadri sebagai monumen peringatan.

“Nama SMA Cimindi sudah tidak ada lagi karena sudah dilebur menjadi SMAN 13 Kota Bandung sejak 1997. Nah, kami yang lulusan SMAN Cimindi merasa kehilangan. Gedung sekolahnya masih ada, tetapi namanya sudah berubah menjadi SMAN 13 Kota Bandung. Kami ingin nama itu kembali hadir. Untuk mengembalikannya, kami memilih program Wali Pohon Wanadri di Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi,” tutur Ketua Pelaksana Reuni Akbar SMAN Cimindi-13 Bandung, Betha Pratista dalam acara Gelar Wicara Literacy on Air (Lit-on) di radio K-Lite FM Bandung, Selasa (7 Oktober 2025).

Lebih jauh dijelaskan Betha, program Wali Pohon dapat menjadi monumen karena pohon ditanam di lahan konservasi yang dijaga dan dirawat. Pohon itu akan terus tumbuh dan besar dari tahun ke tahun. Tidak akan ada yang mengganggu, seperti mencoret-coret apalagi menebangnya. “Pohon-pohon ini akan menjadi monumen hidup yang bisa dilihat oleh adik-adik kelas kami. Dengan demikian, kami juga bisa mengenalkan program konservasi kepada adik-adik kami,” katanya lagi.

Hal itu dibenarkan Manajer Keuangan WJCTF Yayasan Wanadri, Sandhyakala Ning Tyas (Kang Echo) yang menyebutkan bahwa lahan konservasi tersebut dilindungi undang-undang. “Selain itu, kami menjamin perawatan pohon adopsi selama tiga tahun. Bibit yang ditanam pun merupakan hasil pemilihan dari persemaian dengan usia bibit 1-2 tahun. Bila ada pohon adopsi yang mati, kami akan menggantinya dengan bibit yang baru,” kata dia. Pohon-pohon yang ditanam di Kareumbi adalan pohon endemik yaitu puspa, rasamala, saninten, dan lain-lain.

Baca Juga :  Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat, BGN: Bukan dari Kualitas Air

Kang Echo pun menjelaskan bahwa perawatan dilakukan oleh tim sukarelawan dan penduduk sekitar kawasan. “Selain Wali Pohon, sebenarnya kami juga mengelola Wali Hutan, Wali Fauna, dan Wali Mangrove. Namun, untuk sementara kami melakukan moratorium Wali Mangrove – tidak menerima donasi dalam waktu tidak tentu. Kami masih menunggu perkembangan dari kebijakan pemerintah yang akan menjadikan kawasan pesisir utara sebagai lahan tambak,” tutur dia.

Moratorium penerimaan donasi Wali Mangrove tidak diartikan bahwa kegiatan di Mayangan Subang – tempat program Wali Mangrove dilaksanakan – terhenti. Tim lapangan WJCTF dan masyarakat sekitar masih tetap melakukan perawataan dan pendataan. “Kegiatan edukasi pun masih terus berlangsung. Salah satunya adalah pelatihan konservasi yang merupakan bagian dari materi Pendidikan Dasar Wanadri (PDW) 2025,” kata Kang Echo.

Hal itu diakui oleh Nicolas Apriadi Malau, Komandan Siswa PDW 2025. “Ya, sesuai dengan Empat Pilar Wanadri yaitu; Penjelajahan, Pendidikan, Konservasi, dan Kemanusiaan, materi pada PDW 2025 juga melatih siswa untuk melakukan konservasi. Kami akan menanam mangrove di lahan milik Wanadri,” ujarnya.

Kini, PDW 2025 sudah masuk ke tahap seleksi yang dimuai dari tes pengetahuan umum, tes kesehatan dan psikologi, tes kemampuan berenang dan jasmani. “Pelatihannya sendiri akan berlangsung pada 27 Desember 2025 hingga 25 Januari 2026,” ujar Nico. @TKS

Baca Berita Menarik Lainnya :