VISI.NEWS – Informasi tak lolosnya anak bungsu Bupati Garut dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMAN 1 Garut, saat ini menjadi perbincangan hangat. Kelegawaan orang nomor satu di Garut ini disebut-sebut sebagai sebuah sikap yang baik dan harus menjadi contoh.
“Awalnya saya tak percaya saat pertama kali mendengar jika anaknya Pak Bupati tak lolos PPDB di SMAN 1 Garut. Namun setelah mendapat keterangan dari pihak sekolah, akhirnya saya percaya dan saya sangat salut,” komentar Neneng Kuraesin, salah satu orang tua siswa yang juga anaknya ikut daftar PPDB ke SMAN 1 Garut.
Rasa salut yang dirasakannya tutur Neneng, karena hal itu membuktikan bahwa bupati sebelumnya tidak pernah menitipkan agar anaknya bisa lolos dalam PPDB ke SMAN 1 Garut. Padahal dengan jabatannya, jika mau, bupati bisa saja melakukan hal itu.
Ungkapan senada juga dilontarkan Lilis, orang tua siswa SMPN 1 Garut. Menurutnya, apa yang dilakukan bupati itu patut diacungi jempol karena tak memanfaatkan jabatan untuk sekadar menitipkan anaknya agar lolos masuk PPDB di sekolah favorit yang ada di Garut.
“Sebagai bupati, jika mau beliau bisa saja menitipkan anaknya baik ke sekolah asalnya yakni SMPN 1 Garut maupun ke sekolah tujuannya yakni SMAN 1 Garut. Namun ternyata selama ini tak ada komunikasi yang beliau lakukan sehingga anaknya tak lolos dalam PPDB,” ujar Lilis.
Diakui Lilis, selain kaget, dirinya juga merasa sangat bangga dan salut dengan sikap Bupati seperti itu. Ia berharap hal ini bisa menjadi contoh bagi para pejabat lainnya di Garut agar tidak menggunakan kekuasaannya untuk hal-hal melakukan intervensi.
Kepala SMPN 1 Garut, Aceng Mulyana, menyebutkan, anak bungsu Bupati Garut sebelumnya menimba ilmu di sekolah yang dipimpinnya. Setelah lulus, ia bermaksud meneruskan ke SMAN 1 Garut dan mengikuti PPDB pada tahap pertama akan tetapi ternyata tak lolos.
“Memang benar, kami mendapatkan informasi bahwa putranya Pak Bupati yang ikut PPDB ke SMAN 1 Garut pada gelombang pertama tak lolos. Namun kami akan daftarkan lagi pada PPDB tahap kedua melalui jalur zonasi tanggal 25 Juni,” kata Aceng.
Diungkapkan Aceng, saat anaknya daftar ke SMAN 1 Garut, baik Rudy Gunawan maupun istrinya, Diah Kurniasari tak pernah meminta untuk dibantu atau menitipkan anaknya agar bisa lolos.
“Saat itu Diah mendaftarkan anaknya seperti orang tua siswa lainnya, tak menunjukan sikap sebagai istri pejabat penting,” jelas Aceng.
Ditambahkannya, anak bungsu Bupati Garut itu sebenarnya termasuk anak yang pintar dan nilainya bagus. Namun terkait tak lolos PPDB ke SMAN 1 Garut, hal itu sama sekali bukan urusannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Garut, Totong, mengatakan dirinya merasa bangga dan kagum mempunyai pimpinan yang menjadi teladan bagi masyarakat. Beliau lebih mementingkan kepentingan umum dan mengikuti regulasi yang ada dalam pelaksanaan PPDB meskipun anaknya sendiri yang ikut PPDB.
“Ini tentu bisa dijadikan sebagai suri teladan bagi orang tua siswa yang lainnya ketika akan menyekolahkan putra putrinya ke jenjang yang lebih tinggi,” ucap Totong.
Di tempat terpisah, Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI Provinsi Jawa Barat, Asep Sudarsono mengatakan, terkait tidak diterima anak Bupati Garut di SMAN 1 Garut, itu menunjukan bukti kepada masyarakat bahwa sikap Rudy Gunawan dapat menjadi teladan bagi semua orang tua.
“Bupati j juga dapat membedakan mana kepentingan pribadi dan mana kepentingan masyarakat,” kata Asep Sudarsono.
Berita putra bupati yang tak lolos PPDB ke SMAN 1 Garut menurut Asep, diketahuinya setelah pelaksanaan pengumuman beberapa hari yang lalu. Diakuinya pula, selama ini tak ada komunikasi dari atau permintaan dari bupati langsung maupun pihak lain agar membantu agar anaknya bisa lolos.
“Ini artinya beliau mau mengikuti atuaran yang ada. Apalagi masih ada kesempatan menggunakan periode kedua untuk pendaftaran siswa baru melalui zonasi,” kata Asep.@zhr