VISI.NEWS | JAKARTA – Ketegangan antara India dan Pakistan dinilai berpotensi mengganggu ekspor batu bara Indonesia, terutama karena kedua negara tersebut merupakan pasar utama komoditas energi nasional. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI, Mukhtarudin.
Menurut Mukhtarudin, konflik berkepanjangan dapat memperburuk rantai pasok global dan menekan permintaan dari India yang pada 2022 mencatat nilai impor batu bara dari Indonesia sebesar US$23,4 miliar. Ia memperingatkan bahwa pendapatan devisa nasional bisa terdampak jika situasi tak kunjung membaik.
“Artinya, jika konflik meningkat, ekspor batu bara dan komoditas lain seperti minyak sawit bisa terganggu, dan ini saya kira tentu mengurangi pendapatan devisa,” ujarnya, Kamis (8/5/2025).
Meski per Mei 2025 belum terlihat dampak langsung terhadap ekspor, penurunan permintaan yang terjadi sebesar 31,42% secara tahunan (YoY) ke India, menurut Mukhtarudin lebih dipengaruhi faktor musiman dan kebijakan domestik di negara tujuan.
“Tetapi risiko penurunan permintaan meningkat jika konflik berlarut,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya Indonesia melakukan diversifikasi pasar dan mempercepat hilirisasi industri untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar tertentu.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa konflik tersebut belum menunjukkan tanda-tanda mengganggu arus ekspor batu bara ke India. Ia optimistis negara tersebut tetap membutuhkan pasokan energi dari Indonesia.
“Pasti mereka butuh batu bara kita kan, nggak ada masalah. Kalau kita melihat di sini belum ada terganggu apa-apa,” ujar Bahlil.
Pemerintah pusat dan legislatif sepakat untuk terus memantau perkembangan situasi geopolitik dan dampaknya terhadap sektor energi dan ekspor nasional. @givary