VISI.NEWS | SOLO – Kabar terkait pemangkasan gaji untuk Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) menuai kontroversi, karena di nilai banyak merugikan nya.
Kebijakan ini lantas menuai kontra dari Ketua KPSN Jateng, Nanang Setyono saat dihubungi detikJateng, Selasa (28/5/2024). Berikut adalah beberapa pernyataannya:
1.Rata-rata Upah Hanya Rp 2 Juta: Menurut Nanang Setyono, Ketua KPSN Jateng, gaji buruh saat ini terbilang rendah dan rata-rata kenaikannya hanya 4-5 persen per tahun. Ia keberatan jika gaji buruh yang rendah itu masih harus disisihkan untuk iuran Tapera.
2.Dinilai Tak Realistis: Menyinggung pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut masyarakat kelak akan terbiasa dengan iuran Tapera, Nanang menyatakan Tapera baru bisa diterapkan oleh peserta dengan gaji yang terbilang mencukupi.
3.Manfaatnya Dipertanyakan: Menurut Nanang, pemerintah harus menjelaskan secara detail program Tapera. Pasalnya, masih banyak hal-hal yang jadi pertanyaan. Contohnya, jika pekerja telah memiliki rumah apakah masih harus menjadi peserta dan kapan peserta akan menerima manfaat program tersebut.
4.Dinilai Lebih Baik Perbaiki Program Rumah Subsidi: Nanang memaparkan rumah subsidi dirasa sulit diakses para buruh sebab upah dipotong 60 persen, membuat banyak buruh ditolak mengakses rumah subsidi karena angsuran tak cukup.
Selain itu, berita lainnya juga menunjukkan bahwa serikat buruh di Jabar menolak PP Tapera, dan buruh di KASBI curiga bahwa Tapera adalah modus politik untuk modal kekuasaan rezim oligarki.
@shintadewip