Sembilan Anggota Ahwa Ditentukan oleh Usulan Peserta Muktamar NU

Editor Salah seorang muktamirin memasukkan pilihan anggota Ahwa ke kotak suara, Selasa (21/12/2021). /NU Online
Silahkan bagikan

VISI.NEWS | LAMPUNG – Pemilihan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dilakukan melalui mekanisme musyawarah mufakat oleh sembilan anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa). Hal tersebut berdasarkan Anggaran Rumah Tangga Pasal 40 Ayat 1 Hasil Muktamar Ke-33 NU Tahun 2015 di Jombang.

Sembilan anggota Ahwa tersebut diusulkan oleh muktamirin, peserta Muktamar yang mewakili Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU).

Pada Muktamar Ke-34 NU, peserta mengusulkan sembilan nama kiai melalui surat yang ditandatangani oleh ketua tanfidziyah dan rais syuriyah. Nama-nama tersebut diunggah di formulir registrasi secara daring. Dalam registrasi ulang, sembilan nama tersebut juga harus dimasukkan dalam kotak suara. Hal itu guna mengantisipasi adanya kerusakan sistem yang terjadi.

Dalam ART Hasil Muktamar Ke-33 NU Tahun 2015 di Jombang, kriteria Ahwa adalah ulama-ulama yang berakidah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadhu’, berpengaruh, dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munazzim (organisatoris) dan muharrik (penggerak) serta wara’ dan zuhud.

Ditemui NU Online saat memasukkan kertas berisi usulan sembilan nama itu, Rais Syuriyah PCNU Tabalong KH Najibul Khairani menyampaikan bahwa kriteria Ahwa harus merupakan ulama khos (khusus). “Yang jelas dia adalah harus kiai khos di Nahdlatul Ulama,” kata dia. Selain itu, anggota Ahwa juga merupakan kiai yang dikenal oleh publik secara luas dan memiliki riwayat pengabdian yang penting bagi masyarakat dan NU. “Sangat dikenal khlayak dan punya dedikasi dan di tingkat nasional dikenal bahkan internasional,” katanya.

Hal lain yang menurutnya penting sebagai kriteria bagi anggota Ahwa adalah memiliki wibawa yang diakui oleh seluruh masyarakat. “Berwibawa dan kekiaiannya diakui oleh semua lapisan masyarakat, terutama di dalam jamiyah kita Nahdlatul Ulama,” ujar Najib.

Baca Juga :  Bersama Forkompimda, Besok Pemkot Bandung Pastikan tentang Pembelajaran Tatap Muka

Ia berharap kepada Rais ‘Aam terpilih nanti dapat menggerakkan pemberdayaan anggota sampai ke tingkat paling bawah. “Pemberdayaan sampai PC-PC makin terasa. Kegiatan-kegiatan semakin terasa di tingkat bawah,” katanya.@mpa/nu

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Djuaesih, Wanita Sunda yang Pertama Kali Berpidato di Muktamar NU

Rab Des 22 , 2021
Silahkan bagikanVISI.NEWS | LAMPUNG – Djuaesih lahir pada Juni 1901 di Sukabumi. Ia tidak mengikuti pendidikan formal dan hanya belajar kepada orang tuanya R.O. Abbas dan R. Omara S yang membekalinya dengan ilmu agama. Pada tahun 1946 ibu-ibu di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang didorong para kiai mendirikan organisasi, Muslimat. […]