VISI.NEWS | KAB. BANDUNG – Ustadz Kawangi Akbar, S.H., bercerita bahwa dalam sebuah pertemuan dengan salah satu anggota Garnisun, ada lontaran kalimat yang membuatnya terhenyak, “Apa itu Islam Nusantara? Menyimpang dari ajaran Islam!”.
Ustadz yang biasa melanglang buana dalam menyampaikan ceramahnya itu mengaku kaget. “Saya terus terang kaget. Ada orang di institusi pertahanan yang belum paham Islam Nusantara,” ungkapnya saat silaturrahmi jajaran pengurus Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Bandung di Baleendah, Rabu (17/7/2024) malam.
“Ini berbahaya kalau sampai lembaga seperti TNI dan Polri tidak paham mengenai Islam Nusantara di tengah situasi yang penuh ancaman dari Islam Transnasional yang akan mengancam keutuhan NKRI,” ungkap pengurus di lembaga PCNU Kab. Bandung ini.
Islam Nusantara, kata Ustadz Akbar, konsep yang diperkenalkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 2015. “Konsep ini muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengembangkan bentuk Islam yang sesuai dengan budaya dan adat istiadat lokal di Indonesia,” ungkapnya.
Beberapa alasan utama di balik munculnya Islam Nusantara, kata Akbar, antara lain kontekstualisasi dan indigenisasi, penolakan terhadap radikalisme, sejarah penyebaran Islam di Indonesia, dan dukungan pemerintah.
Kontekstualisasi dan Indigenisasi, katanya bahwa Islam Nusantara berusaha untuk menafsirkan ajaran Islam dengan mempertimbangkan konteks budaya dan sosial masyarakat Indonesia. “Ini berarti bahwa praktik dan ajaran Islam disesuaikan dengan tradisi lokal tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar Islam,” jelasnya.
Penolakan terhadap radikalisme, ujarnya lebih lanjut, salah satu tujuan utama dari Islam Nusantara adalah untuk menolak bentuk-bentuk Islam yang radikal dan ekstremis yang sering kali diimpor dari Timur Tengah. “Islam Nusantara menekankan pentingnya moderasi dan toleransi dalam beragama, untuk membendung serangan dari Islam transnasional yang akan memecah belah bangsa Indonesia melalui pemecahbelahan paham keislaman,” jelasnya.
Sejarah penyebaran Islam di Indonesia, jelasnya, sejak abad ke-16, Islam telah berkembang di Nusantara melalui proses yang damai dan bertahap.
“Penyebaran ini melibatkan akulturasi dengan budaya lokal, yang menghasilkan bentuk Islam yang unik dan berbeda dari yang ada di Timur Tengah,” katanya.
Dukungan Pemerintah Presiden Joko Widodo, katanya, secara terbuka mendukung Islam Nusantara sebagai bentuk Islam yang moderat dan sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
“Dukungan ini membantu memperkuat posisi Islam Nusantara di tengah masyarakat,” ungkap Ustadz Akbar.
Islam Nusantara bukanlah mazhab atau aliran baru, melainkan cara untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam yang sesuai dengan konteks lokal Indonesia.
“Dengan demikian, Islam Nusantara berperan penting dalam menjaga harmoni sosial dan keagamaan di Indonesia,” papar Ustadz Akbar.
Nahdlatul Ulama (NU), katanya, telah mengambil beberapa langkah strategis untuk mempromosikan Islam Antara lain melalui Konferensi Internasional. NU secara rutin mengadakan konferensi internasional yang mengundang ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara. Dalam forum ini, NU mempresentasikan konsep Islam Nusantara sebagai bentuk Islam yang moderat dan toleran.
Juga melalui kerjasama dengan organisasi Internasional. NU menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi Islam internasional untuk mempromosikan nilai-nilai Islam Nusantara. Mereka berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam mengelola keberagaman dan menjaga harmoni sosial.
Selain itu, kata Ustadz Akbar, melalui publikasi dan media. NU menggunakan berbagai media, termasuk publikasi ilmiah, artikel, dan platform digital, untuk menyebarkan informasi tentang Islam Nusantara. Mereka juga aktif dalam diskusi dan debat internasional mengenai Islam moderat.
Diplomasi keagamaan juga NU terlibat di dalamnya dengan mengirim delegasi ke berbagai negara untuk berdialog dengan komunitas Muslim setempat. Mereka mempromosikan Islam Nusantara sebagai model Islam yang damai dan inklusif.
Dan, yang lebih penting melalui pendidikan dan pelatihan. NU mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk ulama dan pemimpin komunitas Muslim di luar negeri. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan prinsip-prinsip Islam Nusantara.
“Di dalam negeri juga penting disampaikan kepada anak-anak mulai tingkat TK/PAUD hingga perguruan tinggi. Mereka harus paham mengenai Islam Nusantara untuk melestarikan NKRI, berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Dengan langkah-langkah ini, katanya, NU berusaha untuk memperkenalkan Islam Nusantara sebagai alternatif yang moderat dan toleran di tengah berbagai tantangan global yang dihadapi oleh komunitas Muslim.
@mpa/asa