VISI.NEWS – Aruna, sebuah startup perikanan asal Indonesia, baru saja disuntik dana sebesar 35 juta
Dolar Amerika atau setara dengan 500 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh Prosus
dan East Ventures (Growth Fund), didampingi oleh investor lain termasuk AC Ventures, SIG,
Vertex, MDI dan lainnya. Tercatat, ini adalah pendanaan seri A terbesar untuk sektora gritech dan maritim.
Lantas, berapa besar potensi industri perikanan sampai Arunam mendapat pendanaan sebesar itu?
“Dengan pendanaan yang ada, Aruna memperluas jangkauannya untuk bisa merangkul lebih banyak nelayan bergabung, melakukan pengembangan teknologi yang lebih masif, penambahan jumlah tim dan
peluang kerja baru serta menjalankan inisiatif-inisiatif yang berfokus pada isu keberlanjutan, ” ungkap Utari selaku Chief Sustainability Officer dari Aruna dalam rilis yang diterima VISI.NEWS, Senin (8/8/2021) malam.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, katanya, luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, sekitar 5,8 juta kilometer persegi. “Di dalam laut terdapat potensi sumber daya laut berupa perikanan. Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per tahun,” ungkapnya.
Aruna, kata Utari, merupakan startup teknologi yang menyediakan platform untuk mempermudah para nelayan untuk menjual produknya langsung ke pasar global dan domestik. Dengan
mengusung visi “Laut Untuk Semua”, Aruna berkomitmen untuk meningkatkan taraf hidup komunitas nelayan dengan mendorong praktik perdagangan ikan yang adil dan bertanggung jawab untuk keberlanjutan industri perikanan dalam jangka panjang.

Di sektor perikanan dan maritim, jelas Utari, Aruna hadir untuk mengurangi kesenjangan antara harga beli pada konsumen akhir dan harga jual dari nelayan kecil. Rantai pasok yang panjang menyebabkan nelayan kecil terpaksa menekan harga jualnya agar dapat tetap terjangkau bagi konsumen akhir, sehingga berpengaruh pada kesejahteraan mereka di desa pesisir.
“Aruna membangun platform yang mengkonsolidasikan semua aspek dalam industri perikanan, dari mulai agregator untuk penawaran dan pembelian hingga pembiayaan
sehingga dapat mengurangi kesenjangan harga ini, sekaligus meningkatkan taraf hidup
nelayan,” ungkapnya.
Saat ini, katanya, Aruna telah membangun lebih dari 40 pusat komunitas nelayan yang tersebar di
13 provinsi, mayoritas di desa pesisir yang belum terjangkau perusahaan perikanan sejenis.
Di sana, Aruna juga membuka lapangan pekerjaan sebagai pengolah hasil tangkapan
dengan memberdayakan para wanita di daerah pesisir.
Pendanaan ia harapkan dapat turut berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi di daerah pesisir, khususnya masyarakat yang terdampak pandemi. @mpa