SETIAP orang pasti tidak suka makan bangkai. Kata fakarihtumuuh (فكرهتموه) menggunakan fi’il madhi (kata kerja lampau), menunjukkan bahwa perasaan jijik itu adalah sesuatu yang pasti semua orang merasakannya.
“Yakni sebagaimana kamu tidak menyukai hal itu secara naluri, maka bencilah perbuatan tersebut demi perintah syara” tulis Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini.
“Karena sesungguhnya hukuman yang sebenarnya jauh lebih keras dari apa yang digambarkan.”
4. Mencederai kehormatan muslim
Dosa menggunjing tergolong besar karena ia mencederai kehormatan seorang muslim yang sebenarnya haram baginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram atas diri kalian.” (HR Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, haram bagi seorang muslim menumpahkan darah sesama muslim. Haram pula mengambil harta muslim yang lain tanpa hak. Dan juga haram mencederai kehormatannya.
Ibnu Taimiyah menjelaskan, semakin besar iman seseorang yang ia cederai kehormatannya, semakin besar pula dosanya. Demikian pula semakin besar iman seseorang yang ia gunjing, semakin besar pula dosanya.
5. Allah buka aibnya
Seseorang yang hobi gibah dan mencari-cari aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya meskipun ia menyembunyikan aib itu rapat-rapat.
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِه
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian suka menggunjing orang-orang muslim dan mencari-cari aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang Allah cari aibnya, maka Dia akan membuka aib itu meskipun ia bersembunyi di rumahnya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)
6. Keimanannya jauh dari sempurna
Orang yang suka menggunjing, keimanannya jauh dari sempurna. Bahkan, Rasulullah menggunakan istilah iman belum masuk di hati untuk orang yang suka menggunjing sebagaimana hadis tersebut.
Sebab yang mendorong seseorang menggunjing
Ibnu Qudamah Al Maqdisi menjelaskan ada banyak faktor yang mendorong seseorang menggunjing. Pertama, bisa jadi ia marah atau sakit hati kepada seseorang, tetapi tidak berani menghadapinya. Maka ia pun menggunjing orang tersebut. Ini juga menunjukkan lemahnya karakter orang yang suka menggunjing.
Kedua, menyesuaikan dengan teman dan lingkungannya. Karena temannya suka menggunjing, ia pun ikut-ikutan. Awalnya mungkin ia tidak menggunjing, tetapi karena masuk dalam forum gosip, ia asyik mendengarkan dan akhirnya ikut terlibat. Bahkan menimpali atau menambahkan.
Ketiga, seseorang ingin mengangkat dirinya sendiri dan menjatuhkan orang lain. Ia merasa kalah dari orang lain, maka ia pun mencari keburukan orang tersebut dan menceritakannya. Jadilah gibah.
Keempat, untuk canda dan lelucon. Awalnya sekadar obrolan ketika kumpul-kumpul. Lalu ingin bercanda hingga akhirnya menggunjing orang lain dan menceritakan keburukannya.
Kelima, karena buruk sangka. Ia selalu melihat orang lain dengan prasangka buruk. Karenanya ia menceritakan apa yang ia tahu dengan perspektif negatif.
Cara bertaubat dari gibah
Gibah adalah dosa yang menyangkut hak manusia. Karenanya untuk bertaubat, ia harus bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada orang tersebut. Sebagaimana Imam Nawawi menjelaskan dalam Riyadhus Shalihin ketika membahas taubat:
Menyesali perbuatan gibahnya.
Memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berjanji tidak akan mengulangi. Meminta maaf kepada orang yang telah ia gunjing.
Taubat kepada Allah haruslah sungguh-sungguh. Jika menggunjingnya sudah sekian lama dan kepada begitu banyak orang, mungkin tidak cukup dengan istigfar. Sebagai bentuk taubat nasuha, perlu kiranya mengerjakan salat taubat.
Terkait poin 4 ini, Ibnu Qudamah menjelaskan, jika gibah belum didengar oleh orang yang digunjing, permohonan maaf cukup dengan memohonkan ampunan bagi orang tersebut. Agar ia tidak mendengar apa-apa yang belum diketahuinya. Sehingga hatinya bisa menjadi lebih lapang.
“Tebusan tindakanmu yang memakan daging saudaramu adalah dengan cara memuji dirinya dan mendoakan kebaikan baginya,” kata Mujahid.
“Begitu pula jika orang tersebut telah meninggal dunia.”
Sedangkan Syaikh Yusuf Qardahwi dalam At Taubat ila Allah menjelaskan, kemudaratan yang timbul menjadi pertimbangan utama antara meminta maaf kepada orang yang digunjing atau tidak. Jika dengan meminta maaf dan memberitahukannya bisa menimbulkan kemudaratan yang lebih besar, maka cukup mendoakan dan memujinya. Atau meminta maaf secara umum tanpa menyebutkan apa yang ia gunjing. Wallahu a’lam bish shawab.
@fen/sumber: bersamadakwah.net/ muchlisin b.k.