Oleh Idat Mustari
SEPENGETAHUAN saya, Rasulullah Saw tidak ditugaskan oleh Allah sebagai pemaksa, melainkan diutus dengan dua tugas yang saling melengkapi: Pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Hal ini ditegaskan dalam lebih dari satu ayat Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Furqan, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS Al-Furqan 25:56).
Perintah ini menegaskan bahwa Rasulullah Saw tidak diperintahkan untuk memaksa orang lain mengikuti ajarannya. Ayat lainnya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS. Al Baqarah: 256), semakin mempertegas prinsip ini.
Sebagai pengikutnya, kewajiban kita adalah mengingatkan orang lain yang, menurut pandangan kita, sedang berada di jalan yang salah. Namun, jika setelah diingatkan mereka tidak mengindahkannya, tidak perlu kita marah atau kecewa. Kita tidak harus memaksa orang lain mendengar atau mengikuti pendapat kita. Pendapat kita belum tentu benar, begitupun pendapat orang lain belum tentu salah.
Analoginya seperti seseorang yang sedang berjalan dan di depannya ada lubang. Tugas kita adalah mengingatkannya agar berhati-hati melangkah supaya tidak jatuh ke lubang tersebut. Jika orang itu tetap tidak mengindahkannya dan jatuh, tugas kita sudah selesai dengan mengingatkan. Sekali lagi, tugas kita hanya sekedar mengingatkan orang lain yang sedang berada di tepian jurang agar tidak jatuh. Jika mereka tetap bandel, yah sudah. Seperti kata alm. Gus Dur, “Gitu aja ko repot.”
Wallahu’alam.***