Oleh Rich Hester (360info)
- Oxford Brookes University
Menghentikan kekerasan di pertandingan sepak bola membutuhkan perubahan dalam pemikiran polisi, dari ‘markir bus’ menjadi ‘gegenpressing’
HAL yang tidak biasa terjadi di Kejuaraan Eropa 2024. Para penggemar Inggris tampak berperilaku tertib. Hanya 77 orang yang ditangkap di Jerman, jumlah yang relatif rendah dibandingkan dengan 800 lebih penangkapan pada Piala Dunia 2006 di Jerman, atau 945 penangkapan penggemar Inggris di Belgia selama Euro 2000.
Perilaku mereka menuai pujian dari Unit Kepolisian Sepak Bola Inggris, yang sangat kontras dengan beberapa turnamen sebelumnya. Dan, dengan dimulainya musim sepak bola domestik di Inggris yang tinggal menghitung hari, perhatian kini beralih pada bagaimana para pendukung akan berperilaku di Inggris saat mendukung tim klub mereka.
Selama beberapa musim terakhir, data resmi dan para perwira polisi senior menunjukkan tingkat kericuhan pada pertandingan domestik di Inggris meningkat.
Alasan dari peningkatan ini sangat kompleks, dimana Profesor Geoff Pearson mengindikasikan adanya peningkatan perilaku anti-sosial pasca pandemi Covid-19, walaupun perilaku ini seringkali masih dalam tingkat yang rendah.
Peristiwa terburuk baru-baru ini di Inggris adalah final Kejuaraan Eropa 2020 di Wembley, dengan film dokumenter Netflix yang menunjukkan bagaimana para penggemar Inggris terlibat dalam kekacauan berskala besar yang sebagian besar terjadi di luar stadion. Sebuah ulasan independen menyatakan beruntung tidak ada yang meninggal.
Final Kejuaraan Eropa 2028 akan diselenggarakan di Inggris, dan kemungkinan besar finalnya akan diadakan di Stadion Wembley lagi.
Oleh karena itu, penting bagi mereka yang terlibat dalam kepolisian sepak bola untuk mengembangkan praktik mereka di musim-musim mendatang, agar Euro 2028 berjalan dengan aman dengan jumlah penangkapan yang relatif rendah, dan terutama tanpa terulangnya kejadian di Euro 2020.
Sebagai tindak lanjut kekacauan di Wembley, penilaian Casey merekomendasikan kategori pemolisian baru untuk pertandingan sepak bola yang memiliki signifikansi nasional.
Penting untuk membuat perbedaan antara pengawasan terhadap acara-acara besar sepak bola dan pengawasan terhadap sepak bola domestik yang terjadi dalam jumlah besar sepanjang musim sepak bola.
Meskipun tampaknya pendekatan yang tepat dari perspektif keamanan adalah dengan melakukan operasi kepolisian berskala besar untuk pertandingan mega event, namun di dalamnya memerlukan sumber daya yang lebih khusus yang memahami dinamika kerumunan dan berpengalaman dalam mengelola pengawasan pertandingan sepak bola.
Selama beberapa waktu, penelitian oleh Profesor Clifford Stott dan Geoff Pearson menyerukan spesialisasi yang lebih banyak dalam kepolisian sepak bola melalui penggunaan petugas penghubung, yang peran utamanya adalah untuk memfasilitasi komunikasi antara polisi dan pendukung sepak bola untuk meminimalisir gangguan.
Meskipun demikian, penelitian terbaru dalam konteks Inggris menunjukkan banyaknya sumber daya yang berlebihan dalam pertandingan sepak bola domestik yang menggunakan pemolisian ketertiban umum dibandingkan dengan pemolisian berbasis dialog.
Penelitian ini juga menekankan sumber daya di kepolisian sering kali tidak aktif selama pengerahan.
Hal ini menyebabkan inefisiensi dalam pemolisian sepak bola, yang berpotensi disebabkan oleh praktik-praktik penghindaran risiko selama proses perencanaan sumber daya polisi dalam pertandingan sepak bola, sebuah pendekatan metaforis ‘park the bus ‘ yang menghindari risiko untuk mengatasi masalah melalui banyaknya sumber daya polisi.
Sebagai akibatnya, sumber daya polisi tidak cukup untuk menangani prioritas pemolisian lainnya, yang berdampak negatif pada masyarakat luas.
Tulisan Clifford Stott menunjukkan bahwa sumber daya penghubung polisi di sepak bola bekerja dengan cara yang berlawanan, dengan bersikap proaktif dalam identifikasi awal masalah dan mencari resolusi yang cepat untuk masalah-masalah ini sebelum gangguan meningkat.
Metafora gegenpressing – sebuah taktik yang digemari para pelatih Jerman (seperti mantan pelatih Liverpool, Jurgen Klopp) di mana sebuah tim langsung menyerang ketika kehilangan bola – telah diadopsi oleh kepolisian Inggris dalam batas-batas tertentu, namun belum sepenuhnya diterapkan.
Apa yang ditunjukkan oleh bukti penelitian ini adalah diperlukan lebih banyak perubahan dalam pengawasan sepak bola di Inggris, sehingga pengamanan sepak bola di Euro 2028 dapat menjadi contoh di panggung global.
Tidak diragukan lagi bahwa sepak bola memang mendorong masalah perilaku penonton, namun terlepas dari meningkatnya kekacauan belakangan ini di Inggris, kesimpulan umumnya adalah hooliganisme sepak bola tidak menjadi masalah serius seperti pada tahun 1980-an.
Oleh karena itu, kepolisian harus mencerminkan perubahan sifat dari masalah ini, dan mengadopsi gaya yang lebih condong kepada ‘gegenpressing’, dengan sumber daya berbasis penghubung yang secara proaktif menangani masalah pada tahap awal.
Jelas ada situasi dan peristiwa besar yang akan membutuhkan sumber daya polisi yang lebih besar untuk terlibat, terutama untuk menghindari terulangnya kekacauan final Euro 2020.
Tetapi gaya pemolisian yang menghindari risiko seperti ‘park the bus’ patutnya dianggap ketinggalan jaman, dan sumber daya ketertiban umum harus lebih beragam dalam mendukung dan memfasilitasi pekerjaan yang dilakukan oleh petugas penghubung.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi manfaat dari metode penghubung yang lebih progresif yang diterapkan dalam pemolisian sepak bola di Inggris, sehingga basis bukti dan praktiknya dapat diperluas baik secara nasional maupun internasional.
Manfaatnya harus dilihat bukan hanya sebagai pengurangan kekacauan dan penangkapan terkait sepak bola, namun juga meningkatkan ketersediaan sumber daya polisi di komunitas mereka, daripada sumber daya polisi yang berlebihan di sepak bola.***
- Richard Hester adalah Dosen Kriminologi di Oxford Brookes University. Beliau meneliti tentang pemolisian sepak bola, dan merupakan mantan perwira polisi di Kepolisian Thames Valley di Inggris, di mana dia memiliki peran spesialis dalam unit kepolisian sepak bola.
- Artikel ini sudah terbit dalam Bahasa Inggris pada 19 Agustus 2024 di 360info.org