VISI.NEWS – Setelah wafatnya Sultan Hasanuddin, kepimpinan Kerajaan Banten mengalami pergantian pemimpin sebanyak empat kali.
Puncak kejayaan Kerajaan Banten terjadi saat masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang berhasil membangun hubungan dagang dan diplomatik dengan negara lain.
Keruntuhan Kerajaan Banten terjadi pada masa pemerintahan Sultan Haji, anak dari Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda berhasil menghasut Sultan Haji untuk mengkhianati ayahnya.
Alhasil perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa berakhir dengan penangkapan dan dipenjara oleh Belanda di Batavia hingga akhir hayatnya pada 1692.
Tidak banyak peninggalan budaya yang diwariskan Kerajaan Banten. Namun, kita masih dapat melihatnya melalui seni bangunan seperti Masjid Agung Banten, Kompleks Makam Raja-raja Banten, Istana Keraton Surosowan, Istana Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara.
7. Kerajaan Ternate (1257-1950)
Kerajaan Ternate sebelumnya dikenal dengan Kerajaan Gapi. Kerajaan Gapi merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam tertua di Maluku Utara, selain Tidore, Jailolo, dan Bacan. Raja pertama Ternate adalah Momole Ciko yang menyandang gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272).
Pada awal abad ke-13, Pulau Ternate ramai dikunjungi oleh para pedagang dan penduduk eksodus dari Halmahera. Hal ini dikarenakan, letak Ternate cukup strategis, dengan diapit Sulawesi dan Papua yang saat itu merupakan salah satu jalur pelayaran dan perdagangan penting di Indonesia bagian timur.
Namun demikian, tidak diketahui waktu pasti kapan peralihan kesultanan menjadi bercorak Islam. Catatan sejarah, hanya mencatat Raja Ternate pertama Kolono Marhum (1465-1486) memeluk agama Islam.
Gejolak di Kerajaan Ternate mulai terjadi pada 1512, saat Portugis untuk pertama kali menginjakkan kaki di Ternate. Misi awal berdagang Portugis, berubah menjadi ambisi menaklukkan Maluku Utara.
Puncak dari konflik ini, adalah terjadinya perang saudara demi perebutan takhta. Hingga akhirnya, terjadi pemberontakan di bawah kepimpinan Sultan Baabullah (1570-1583). Pemberontakan terjadi setelah Portugis membunuh Sultan Khairun.
Didukung rakyat Ternate, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis untuk selamanya dari Ternate pada 1575. Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau, menjadikan Kesultanan Ternate sebagai Kerajaan Islam terbesar di Indonesia Timur.
Kesultanan Ternate hingga kini masih bertahan, namun hanya sebatas simbol budaya. Bukti sejarah Peninggalan Kerajaan Islam Ternate berupa Istana Sultan Ternate, Masjid Jami Sultan Ternate, Makam Sultan Baabullah, dan Benteng Tolukko.
8. Kesultanan Malaka (1405-1511)
Kerajaan Malaka menjadi salah satu kerajaan yang berkontribusi dalam penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.
Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara, yang merupakan orang Melayu beragama Hindu keturunan Raja Sriwijaya. Parameswara kemudian berganti nama menjadi Muhamad Iskandar Syah setelah masuk Islam.
Kesultanan Malaka berhasil didirikan setelah melalui dua kali kekalahan dalam perang yang dialami Parameswara atau Muhamad Iskandar Syah. Dalam pelarian kedua, Parameswara lari ke suatu daerah dan mendirikan kerajaan yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Malaka.
Untuk memperkuat pertahanan kerajaannya, Iskandar Syah kemudian melakukan pendekatan ke Tiongkok dengan taktik perkawinan politik.
Keruntuhan Kesultanan Malaka terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Alauddin Syah (1477-1488), lantaran banyak daerah taklukan melepaskan diri. Hingga pada 1511, armada perang Portugis yang dipimpin Alfonso d’Albuqerque berhasil menguasai dan mengakhiri kejayaan Kesultanan Malaka.
Peninggalan Kerajaan Islam Malaka berupa Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Masjid Agung Deli, dan Johor Baru. @fen/sumber: cnn indonesia.