Belajar dari Gresik dan Ampel, Revitalisasi Tempat Ziarah Kampung Adat Mahmud Perlu Dilakukan

Editor Kampung Adat Mahmud di RW 04, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. /visi.news/bambang melga suprayogi
Silahkan bagikan

Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.

TULISAN ini di khususkan untuk Bupati Kabupaten Bandung H.M. Dadang Supriatna, yang merupakan pemangku wilayah di Kabupaten Bandung, seorang santri dan sosok yang memiliki komitmen tinggi memajukan syiar Islam di Kabupaten Bandung.

Hadirnya tulisan ini, setelah penulis pada tanggal 22 – 25 Oktober 2023, di berangkatkan untuk berziarah dengan rombongan pengurus PCNU, atas prakarsa bupati. Berziarah ke beberapa tempat, baik di Cirebon Jawa Barat, Demak Jawa Tengah, Ampel Jawa Timur, hingga Madura ke makom Mbah Kholil Bangkalan.

Dari perjalan itulah penulis terinspirasi, harus adanya pembenahan di sektor wisata ziarah di Kabupaten Bandung, khususnya Kampung Adat Mahmud, yang jika di kelola secara profesional, dan apik, maka dari keberadaan Kampung Adat Mahmud ini, pemerintah daerah akan bisa mendapatkan keuntungan finansial lebih, bagi kas pendapatan daerahnya, maupun meningkatkan pendapatan bagi yayasan yang menangani situs kampung Adat Mahmud tersebut.

Dengan demikian tentunya, pengelolaan wisata ziarah ini, akan lebih tertib, profesional, hingga mampu memunculkan potensi ekonomi yang lebih besar lainnya lagi jika digali, pastinya akan sangat berdampak bagi masyarakat sekitar.

Wisata ziarah unggulan yang terdapat di Kabupaten Bandung bisa dibilang berserakan, namun magnet wisata spiritual yang paling banyak di datangi adalah wisata Kampung Adat Mahmud.

Ya kampung Adat Mahmud, sebuah tempat wisata spiritual populer yang tiap minggunya didatangi kurang lebih 100 bus besar.

Menurut keterangan H. Husni Muchtar, Rois MWCNU Kutawaringin, yang merupakan pengurus Yayasan Mahmud di sana, selain bisa, belum lagi kendaraan-kendaraan pribadi yang berukuran kecil tak terhitung jumlahnya, yang datang ke sana, dari mulai pagi, siang, sore, maupun malam harinya, sehingga geliat keramaian di sana senantiasa hidup 24 jam, utamanya setiap malam Jumat, apalagi Kliwonan, di tambah kini, Sabtu dan Minggu pun pengunjung ramai berdatangan.

Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna berbincang santai dengan warga di sebuah warung di Kampung Adat Mahmud. /visi.news/bambang melga suprayogi

Efek Adanya Exit Tol Nanjung

Kampung Adat Mahmud semakin banyak dikunjungi para wisatawan domestik. Penulis Minggu (29/10/2023) siang, saat datang ke sana, sempat bertanya pada salah seorang pengunjung yang datang, dari Kota Bogor, dengan rombongan sebanyak 3 armada bus dengan tujuan akhir Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage Bandung.

Terbantu dengan keberadaan Tol Simpang Susun Nanjung, yang jika keluar dari sana, peziarah bisa langsung masuk ke arah kampung Adat Mahmud. Hal ini telah memberi dampak positif bagi pertumbuhan dan berkembangnya wisata spiritual di wilayah tersebut.

Itu terbukti hanya dalam jangka waktu satu tahun, setelah exit tol Nanjung di buka, telah terjadi perubahan yang sangat signifikan baik pada jumlah pengunjung yang datang, maupun menjamurnya para pedagang cendramata, dan oleh-oleh Bandung yang di jual di sana.

Baca Juga :  KAI Hadapi Tantangan Berat di Masa Pandemi Tapi Tidak Tinggal Diam

Firman, salah seorang pemilik kedai kopi mengungkapkan,” Toko-toko cendramata dan oleh-oleh ini, ramainya baru satu tahun ini, karena sebelumnya tidak begini, ” ungkapnya.

Kampung Adat Mahmud terletak di RW 04, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Jaraknya kira-kira 6 kilomoter dari Soreang sebagai ibu kota kabupaten.

Ada apa di kampung Adat Mahmud itu ?

Ternyata kampung adat Mahmud, merupakan kampung yang sampai saat ini, terus menjaga kelestarian wilayahnya, dengan memperhatikan wasiat dari pendiri kampung tersebut, yakni Syekh Abdul Manaf Mahmud, salah seorang penyiar Islam di wilayah Kabupaten Bandung, yang juga masih keturunan Syekh Syarif Hidayatullah, Sunan gunung Djati di Cirebon. Dari Syekh Mahmud inilah, terlahir keturunan dari sana, yang banyak melahirkan para ajengan, ulama terkenal, di seantero Kabupaten Bandung.

Silsilah Syekh Abdul Manaf (Mahmud)

Syekh Abdul Manaf sendiri memiliki silsilah sampai ke Syarif Hidayatullah (Cirebon), Maulana Abdurahman, Pangeran Atas Angin, Dipati Ukur Sani (kedua), Dipati Ukur Salis (ketiga), Eyang Nayasari (Cimanganten, Garut), Eyang Naya Dirga (Sentak Dulang) di Sukamiskin, Kampung Cisebel, Eyang Dalem H. Abdul Manaf.

Selain adanya makam Syekh Abdul Manaf Mahmud, ada juga di sana makam para pendamping lainnya, diantaranya, Makam Eyang Dalem Ibrohim, Eyang Santoan Qobul, Eyang Adipati Kertamanah
namun belum banyak diketahui publik.

Menjaga Wasiat Leluhur

Dimana wasiatnya yang kini terus dipertahankan para muridnya yang juga penduduk kampung tersebut adalah, terkait bangunan arsitekturnya, yang tidak boleh permanen, sehingga bangunan rumah penduduk adat di sana, sampai saat ini, di buat persis seperti bangunan rumah panggung masyarakat Sunda tempo dulu.

Selain amanat wasiat tersebut, juga ada larangan perkara memainkan alat musik seperti Gong, yang tabu di bunyikan di sana, dan larangan lainnya, tidak boleh memelihara soang atau angsa.

Keunikan wasiat yang dipertahankan sampai kini itulah, yang membuat penduduk Kampung Mahmud mampu memiliki ciri khas kuat, yang akhirnya bisa menunjukan jati dirinya, dimana adanya tanggung jawab mengemban wasiat Karuhun pendiri Kampung Mahmud, yang pada akhirnya, mendatangkan keberkahan bagi penduduk kampung itu sendiri.

Utamanya dengan dikenalnya Kampung Mahmud ini sebagai kampung adat, situs budaya, di tambah adanya Makam Pendiri Kampung yang merupakan ulama penyiar Islam di kabupaten Bandung yang sangat dihormati keberadaannya, karena jasanya, telah menjadikan Islam tersebar luas, hingga ia pun dianggap sebagai pakubuminya wilayah Kabupaten Bandung.

Generasi ke berapakah Syekh Abdul Manaf Mahmud itu ?

Jika Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati adalah salah seorang ulama besar, salah satu Wali Songo, yang hidup di abad 14/15 (1479-1568).

Baca Juga :  FIFA Secara Resmi Menghapus Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Ketika Syekh Abdul Manaf adalah keturunan Sunan Gunung Djati generasi ketujuh, maka di perkirakan ia hidup di pertengahan abad 17 hingga 18.

Segenerasi dengan Pendiri Buntet Pesantren di Cirebon, dan Pesantren Banda Kerep di Cirebon, yang juga sama mengajarkan para santri dan penduduknya menjauhi modernisasi.

Dengan menjauhi musik modern, dilarang adanya pengeras suara, tak boleh ada motor ataupun mobil masuk ke wilayah itu, pengunjung dari luar Benda Kerep pun jika akan masuk ke sana, mereka akan melintasi sungai, tampa ada jembatan penghubungnya, sehingga mau tidak mau harus turun ke sungai, dan merasakan sensasi diterpa arus sungai sebatas lutut, untuk bisa masuk berkunjung ke sana.

Nah dari sepintas ulasan di atas, maka bagaimana kita harus melangkah melakukan pembenahan untuk lebih baik dalam hal pengelolaan Kampung Adat Mahmud secara profesional, sehingga para pengunjung yang berwisata Ziarah ke sana, pada akhirnya akan memiliki kesan mendalam, yang tak mudah di lupakan.

Beberapa Poin Penting

Poin pertama ada pada kebijakan pemerintah daerah yang harus mengeluarkan SK penunjukan pada instansi, atau dinas terkait, yang bertanggung jawab untuk mengawal pembenahan wilayah Kampung Mahmud menjadi lebih baik.

Dari sana, lalu bisa membuat pemetaan area secara komprehensif, mulai dari penyiapan lahan untuk transit, dan parkirnya kendaraan kendaraan besar, yang membutuhkan tanah kurang lebih, satu sampai dengan dua hektar, sebagai tempat parkirnya mobil-mobil bus para penziarah, tentunya hal ini tak lepas dari peran berbagai pihak dari instansi pemerintahan daerah di kabupaten Bandung.

Dimana di dalamnya setelah transit, para penziarah yang datang dari jauh bisa beristirahat sejenak, tersedia toilet dalam jumlah memadai, tempat berwudhu, mushola, tempat duduk-duduk, serta pusat informasi, ditambah adanya keberadaan kedai-kedai kopi, maupun tempat jualan berbagai macam souvernir yang dijual di sana, sehingga di seputar Kampung Mahmudnya sendiri, bisa bersih dari penjual, karena direlokasi mendekati langsung konsumennya di terminal tadi. Relokasi para penjual akan lebih efektif untuk menarik konsumen, seperti di lokasi wisata ziarah Demak  Sunan Ampel atau Mbah Holil Bangkalan, Madura.

Terminal transit bagi kendaraan bus pengunjung Mahmud pun harus berjarak, dan jarak menuju ke tempat Wisata Ziarah Mahmudnya, paling tidak 1 KM dari sana, sehingga pengunjung yang datang dengan bus, bisa berjalan kaki menuju ke Mahmudnya. Dengan demikian, ia bisa menikmati keadaan sekelilingnya, merasakan wilayah seputar Kampung Mahmud tersebut.

Atau juga bisa memanfaatkan kendaraan yang di sediakan pihak Yayasan Mahmud, seperti halnya di Gresik saat ziarah ke makam Sunan Maulana Malik Ibrahim, dimana bus para penziarah harus transit di terminal yang sudah dikondisikan.

Baca Juga :  Kolaborasi Pentahelix di Kota Bandung Berhasil Tekan Angka Stunting

Kemudian penumpangnya otomatis dilayani oleh mobil-mobil bus elf, yang akan membawa rombongan penziarah sampai ke makam Sunan Maulana Malik Ibrahim, dan hal yang sama, sekiranya bisa di adopsi oleh pengelola Mahmud ini, atau pemerintah daerah.

Dengan demikian, potensi pemasukan dari situ, bisa untuk membiayai dan menjaga kebersihan situs Mahmud, pengembangan Kampung Mahmud, dan bisa juga untuk mendanai pengadaan haul Akbar dari Syeh Abdul Manaf Mahmud di setiap tahunnya.

Spot Spot Instagramable lainnya sebagai ikon penanda Kampung Adat Mahmud pun perlu dibuat, agar bisa untuk lebih membranding Kampung Adat Mahmud, supaya lebih memiliki potensi nilai jual lebih wilayah di sana.

Di tambah jika ada vidiotron, itu juga akan menjadi media penguat informasi daerah Kabupaten Bandung, yang bisa di saksikan pengunjung, juga nantinya mampu menyerap produk-produk perusahaan besar, untuk beriklan di dalamnya, dengan demikian, akan menarik pemasukan bagi daerah Mahmudnya sendiri.

Hal apa yang mesti ada di Kampung Mahmud ?

Pertama sekali ada maps, peta wisata keseluruhan Kampung Mahmud yang luasnya sekitar 4 hektar, dimana menunjukan potensi ziarah yang bisa di datangi saat kesana, dan memudahkan penginformasian pada para pengunjung ziarah, dengan ditempatkan diposisi vital yang terlihat massa.

Kemudian sign system yang bisa jadi pemandu arah bagi pengunjung secara visual.

Foto-foto wilayah Kampung Adat Mahmud dari waktu ke waktu, foto tokoh-tokoh atau ketua adat Kampung Mahmud, bisa meniru Kabupaten Sumedang, di mana foto tokoh-tokoh Sumedang diperlihatkan di Taman Kota Sumedang depan Masjid Agung.

Pembenahan area sekitar makam, karena susuai amatan secara visual saat penulis melihat kesana, luasnya tetap memerlukan penambahan, ini dikarenakan sangat antusiasnya para penziarah memenuhi area makam tempat mereka mendo’akan syekh Abdul Manaf Mahmud.

Tentunya banyak hal lainnya yang bisa diterapkan, ditambahkan, dan menjadi pelengkap untuk menyempurnakan keberadaan wisata ziarah spiritual di Kampung Adat Mahmud ini, andai ada seperti Saung Udjo yang menampilkan pentas-pentas seni Islami, teater, seni silat, tarian Islam, maka akan menjadi daya tarik lebih juga nantinya.

Terlepas dari semua itu, semoga artikel tulisan ini, menjadi pemantik untuk mengugah bupati kita, H.M. Dadang Supriatna, agar bisa melihat lebih dalam lagi potensi kuat bagi sumber pemasukan Kas Daerah Kabupaten Bandung, juga membangun kesinergian dengan yayasan pengelola Kampung Adat Mahmud ini sehingga, penanganan Kampung Adat Mahmud, bisa lebih profesional lagi.

Alhamdulillah, semoga tulisan ini yang terinspirasi dari hasil perjalanan 3 hari berziarah penulis keberbagai tempat ziarah para wali di pulau Jawa dan Madura bisa bermanfaat.

  • Penulis, Ketua LTN NU Kabupaten Bandung/ Dosen FIK Telkom University. 

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Brand Fashion Plus Size Meluncurkan Koleksi Terbaru Bertajuk "Manifesto" di Jakarta Fashion Week 2024

Sen Okt 30 , 2023
Silahkan bagikan Menjadi satu-satunya yang menghadirkan Model Plus Size di JFW 2024, melalui Koleksi ‘Manifesto’ bertujuan untuk memutus stereotip lama yang mengabaikan wanita plus size dalam industri fashion. Melalui panggung JFW 2024 Bigissimo adalah bukti nyata bahwa semua wanita berhak mengekspresikan diri dalam fashion, tak peduli ukuran tubuhnya, serta menjadi […]