VISI.NEWS – Pilkada Serentak 2020 di Kabupaten Bandung memberikan fenomena menarik dimana banyak partai yang ‘defisit’ figur namun ada juga partai yang ‘surplus’ figur. Salah satunya Partai Golkar yang saat membuka pendaftaran diikuti 11 bakal calon (balon) dan setelah uji visi dan misi menjadi 8 balon.
Fenomena ini, dimata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Jakarta, Dr. Ujang Komarudin, M.Si sangat menarik untuk diamati, karena memang untuk maju sebagai calon kepala daerah tidak hanya modal sosial yang cukup tapi modal finansialnya juga harus menunjang.
“Ini menunjukkan bahwa figur-figur yang memiliki kapasitas sosial dan modal lebih memilih untuk bertarung lewat Partai Golkar. Di lain fihak, kita juga menyayangkang kalau figur-figur potensial dan punya visi untuk mengembangkan partai ke depan tidak terakomodir,” ungkapnya dalam telewicara dengan VISI.NEWS, Selasa (2/5/2020).
Menurutnya, kehadiran ‘incumben’ Hj. Kunia Dadang Naser dalam kontestasi tidak seharusnya menjadikan kebuntuan bagi figur-figur kandidat lainnya di Partai Golkar, karena semakin banyak alternatif yang bisa dipilih oleh masyarakat, semakin memberikan ruang demokrasi yang lebih baik dan memberi harapan untuk akselerasi pembangunan di Kabupaten Bandung ke depan.
Hj. Kurnia Dadang Naser figur sangat potensial dari Partai Golkar Kabupaten Bandung selain populer dan elektabilitasnya tinggi juga merupakan istri dari Bupati Bandung Dadang M. Naser dan putra dari mantan Bupati Bandung Obar Sobarna.
“Meski dari incumben 90% kemenangan sudah ditangan, akan sangat baik kalau figur-figur potensial lainnya itu bisa diakomodir juga oleh partai-partai lain, karena figur yang mencalonkan diri ke Golkar biasanya sudah tahu modal sosial dan finansial yang harus disiapkan,” bebernya. “Sehingga kontestasi Pilbup Kabupaten Bandung akan jadi menarik, karena masyarakat tetap diberikan banyak pilihan figur pemimpin daerah yang potensial”.
Agung-Deding
Sementara itu menurut mantan pengurus DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung Agus Adnan Deding Ishak dan Agung Yansusan sangat mungkin untuk menjadi figur alternatif kalau seandainya keduanya tidak terakomodir oleh Pansel DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung.
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pilbup Kabupaten Bandung Tahun 2010


“Saya melihat diantara sekian banyak figur yang daftar sebagai Balon Bupati Bandung, Deding Ishak dan Agung Yansusan bisa jadi figur alternatif pilihan masyarakat. Deding mewakili wilayah Timur Kabupaten Bandung dan Agung wilayah Selatan, sangat cocok. Begitu juga dalam kapasitas, Deding yang matang dalam berpolitik juga punya nilai plus dalam masalah keagamaan karena keturunan ulama, dan Agung matang dalam bidang infrastruktur dan tata kota. Paduan yang sangat bagus, yakin dua figur ini bisa jadi figur alternatif untuk akselerasi pembangunan di Kabupaten Bandung,” tandasnya.
Disamping itu, mantan konseptor di DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung ini juga mencatat potensi dukungan untuk kedua figur tersebut. Agung dan ayahnya Anang Sutanto peraih suara terbanyak dalam Pileg 2019 lalu, sedangkan Deding juga pernah meraih suara terbanyak ketiga dalam Pilkada 2010 di Kabupaten Bandung. “Simpatisan dan pendukung Deding Ishak di Kabupaten Bandung masih sangat banyak, buktinya waktu pengenalan Balon Bupati Partai Golkar, kelompok sorban hejo pendukung KDI ternyata masih sangat banyak,” tandas Agus.
Katanya, Agung juga berpotensi mendapat dukungan dari infratruktur partai karena selama ini ayahnya Anang Susanto yang juga ikut dalam kontestasi Pilbup Bandung sudah lama ‘memelihara’ infratruktur partai. “Pak Anang ini di struktur partai dianggap kader yang peduli buktinya ia sampai memberangkatkan umrah 15 ketua PK Partai Golkar dari 31 PK yang ada, belum lagi kades-kades yang diberangkatkan umrah juga oleh Pak Anang,” imbuh Agus.
Agus mengungkapkan, pada Pilkada 2010 Deding kader Partai Golkar yang berpasangan dengan Siswanda dari PAN didukung gabungan partai gabungan PAN, PKB, PPP, dan Partai Hanura meraih suara yang cukup signifikan. Sedangkan Dadang M. Naser yang berpasangan dengan Deden Rumaji hanya diusung Partai Golkar.
“Terlebih saya dengar sekarang ini partai-partai di luar Golkar banyak juga yang sulit mencari figur yang bisa memenuhi persyaratan sosial dan finansial yang memadai untuk jalannya mesin partai dalam Pilkada Serentak nanti, kenapa tidak mereka mengambil juga figur-figur yang selain visioner juga punya kapasitas sosial dan finansial,” pungkasnya.@mpa/asa