VISI.NEWS | CIREBON – Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat oleh Masaro ITB di Desa Babakan – Cirebon pada Minggu (5/6/2022), disambut hangat jajaran Pemkab Cirebon, perangkat desa, tokoh masyarakat, petani, peternak dan guru/tendik perwakilan MAN dan SMK setempat. Ini merupakan kegiatan tindak lanjut dari program yang telah berjalan dari sebelum-sebelumnya.
Dalam kata sambutannya, perangkat desa menyampaikan terima kasih atas undangan serta kontribusi Masaro ITB dalam menyelesaikan masalah sampah di Desa Babakan dan desa akan terus mendukung keberjalanannya program mulia ini.
Kegiatan diawali dengan pengenalan dan penjelasan tentang produk Masaro berupa POCI (Pupuk Organik Cair Istimewa) untuk sektor pertanian dan KOCI (Konsentrat Organik Cair Istimewa) untuk sektor peternakan yang disampaikan langsung oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D. selaku penemu sekaligus pemilik paten atau Hak Cipta Masaro dari Institut Teknologi Bandung.
Profesor dari ITB tersebut menegaskan kepada warga yang mayoritas sebagai petani bahwa saat ini kualitas tanah pertanian di Indonesia semakin buruk dan lama-kelamaan akan tandus akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sedangkan pupuk alami seperti kompos sudah banyak berkurang penggunaannya. Diketahui rata-rata masyarakat tani saat ini memiliki perbandingan penggunaan pupuk kimia mencapai 90% dan kompos hanya 10%.
“Masaro ITB hadir dengan program Zero Waste Management (Manajemen Sampah Zero) menawarkan solusi untuk mengubah sampah organik menjadi pupuk organik cair yang akan membuat tanah menjadi subur, tanaman tumbuh maksimal, ramah lingkungan, dan banyak keuntungan lainnya. Intinya, dari sampah menjadi rupiah,” ungkap Zainal Abidin.
Selain itu, katanya, kegiatan kali ini juga berfokus pada training (pelatihan) kepada warga untuk mempraktikkan secara langsung cara budidaya Lele menggunakan KOCI Masaro. Turut hadir juga Tri Hardono seorang alumni UGM yang telah berhasil beternak Lele dengan KOCI Masaro dan membagikan pengalamannya tersebut dengan beberapa tips dan trik.
Dalam kegiatan itu, Tri Hardono mengenalkan istilah ‘Lesgo’ yang merupakan singkatan dari Lele Siap Goreng. Pengenalan Lesgo ini bertujuan agar warga Desa Babakan mandiri finansial serta memiliki penghasilan tambahan karena beternak lele dengan Masaro jauh lebih mudah dan menguntungkan. Tri Hardono juga menjelaskan secara detail metode Red Water System (RWS) budidaya Lele dengan standar operasional prosedur dari Masaro agar Lele yang dihasilkan berkualitas dengan kandungan gizi yang sangat baik dan berbeda dengan Lele lainnya.
Pelatihan pembuatan Red Water System ini, selaras dengan isu stunting akibat kekurangan gizi yang masih menjadi permasalahan krusial di Indonesia, khususnya di Cirebon. Mengutip dari detik.com menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut bahwa angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4%. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%.
Lalu apa kaitannya? Lele merupakan pangan sumber protein tinggi bagi tubuh yang mengandung protein sekitar 12-18%. Dengan pembudidayaan serta produksi lele yang kian meningkat ditambah dengan memiliki kualitas daging yang baik, penanganan kasus stunting perlahan-lahan akan segera teratasi.
Agar semakin paham dan jelas serta karena antusias warga terhadap prosedur penggunaan Masaro ITB ini, dilakukanlah pelatihan berupa praktik secara langsung pembuatan Red Water System (RWS) yang intinya mengenai campuran KOCI Masaro dengan air serta molase berdasarkan takaran tertentu sehingga akan membuat kolam mendapatkan beberapa keunggulan, seperti air kolam bisa bertahan hingga 2 bulan tanpa penggantian serta kolam tidak menimbulkan bau. Selain itu, rasa pada daging Lele yang dihasilkan lebih gurih dan manis.
Selama kegiatan praktik pembuatan RWS oleh Tri Hardono, terlihat antusiasme warga dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait cara penggunaan, kapasitas kolam, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa warga benar-benar tertarik dan memiliki keinginan untuk beternak Lele yang hasilnya tentu akan memuaskan.
Keberjalanan kegiatan yang biasa disebut pengmas ini juga dibantu oleh 2 mahasiswa peternakan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang tergabung dalam program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) dari Kemendikbudristek. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi lain.
Pada akhir kegiatan, produk Masaro berupa POCI dan KOCI dibagikan secara gratis kepada warga yang hadir. Mahasiswa program MBKM pun melakukan pendataan warga yang akan bertani dan beternak menggunakan produk Masaro untuk selanjutnya dilakukan pembimbingan yang sesuai dan terkontrol agar masa panen menghasilkan produksi yang maksimal.@asa
Apakah bisa meninjau desa kami