Search
Close this search box.

Keuntungan Pengalihan Pengawasan Kripto hingga Proyeksi Bitcoin di November 2023

Ilustrasi Bitcoin. /foto: pixabay

Bagikan :

Highlights

  • Keuntungan Pengalihan Aset Kripto dari Bappebti ke OJK
  • Reli Bitcoin di Oktober Kemungkinan Berlanjut di Bulan November?

VISI.NEWS | BANDUNG – Pengalihan pengawasan aset kripto dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih terus berproses. Masa pengalihan ini diberikan waktu transisi selama dua tahun atau 24 bulan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

Selain itu, Bitcoin (BTC) telah menutup bulan Oktober 2023 dengan hasil yang positif dengan kenaikan di atas 25%. Pertanyaan selanjutnya, apakah bulan November tren bullish BTC akan terus berlanjut?

Berkaitan dengan kabar tersebut, berikut rangkuman berita di industri aset kripto dan ekosistemnya.

1. Keuntungan Pengalihan Aset Kripto dari Bappebti ke OJK

Pengalihan pengawasan aset kripto dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih terus berproses.

Masa pengalihan ini diberikan waktu transisi selama dua tahun atau 24 bulan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

OJK saat ini tengah menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang mencakup beberapa regulasi dan koordinasi dengan Bappebti guna mempersiapkan peralihan tersebut.

OJK juga aktif berkoordinasi dengan pelaku industri dan stakeholder lain, termasuk Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo).

Mengamati proses peralihan yang tengah berlangsung, sejumlah pihak memberikan apresiasi atas inisiatif pemerintah. CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, menyatakan bahwa pengalihan ini dilaksanakan dengan teliti, menekankan pada perlindungan konsumen serta memastikan integritas dan kestabilan industri kripto di Indonesia. Ia berpendapat bahwa inisiatif pemerintah ini menunjukkan komitmen dalam menjaga perkembangan industri kripto di Tanah Air.

“Dengan pengalihan ke OJK, diharapkan tercipta harmonisasi regulasi antara aset kripto dan instrumen keuangan lainnya. Hal ini esensial untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mengurangi risiko akibat ketidakpastian hukum. OJK memiliki potensi lebih besar dalam mengintegrasi aset kripto ke dalam sektor keuangan tradisional, seperti perbankan, sehingga dapat memfasilitasi kolaborasi antara pelaku industri dengan lembaga keuangan konvensional, dan menciptakan peluang layanan yang lebih luas bagi konsumen,” ujar Yudho.

Baca Juga :  Pemkot Tangerang Dapat Pujian Dari Kemensos-KPAI Terkait Penanganan Kasus Kekerasan Anak dengan Sigap

Yudho menambahkan, OJK telah menunjukkan dedikasinya dalam mengembangkan regulasi
industri keuangan. Dengan aset kripto di bawah pengawasannya, OJK dapat memaksimalkan pengalaman mereka dalam membangun kerangka regulasi yang lebih solid untuk pasar kripto, sehingga meningkatkan kepercayaan investor dan stakeholder lainnya.

Lebih lanjut Yudho menerangkan OJK juga memiliki potensi untuk mengintegrasikan edukasi
mengenai kripto dalam program-program mereka, memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat tentang risiko dan peluang yang ada di pasar kripto.

“Di bawah pengawasan OJK, legitimasi industri kripto di Indonesia akan mengalami
peningkatan yang signifikan. Kita juga memberikan apresiasi kepada Bappebti yang telah
berperan dalam mengembangkan industri ini secara pesat dalam kurun waktu 1-2 tahun terakhir. Hal ini secara positif memperkuat kepercayaan masyarakat dan mempercepat adopsi kripto di Indonesia,” jelasnya.

Terakhir, Yudho menekankan tantangan yang mungkin muncul dalam proses pengalihan, seperti adaptasi infrastruktur teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Meski demikian, dengan komitmen pemerintah dan dukungan dari semua pihak terkait, ia optimistis bahwa transisi ini akan berjalan dengan baik dan mendukung pertumbuhan industri aset kripto
di Indonesia.

2. Reli Bitcoin di Oktober Kemungkinan Berlanjut di Bulan November?

Bitcoin (BTC) berhasil mencapai level di atas US$ 35.000 atau sekitar Rp 554 juta untuk
pertama kalinya sejak Mei 2022 pada bulan Oktober yang lalu, dan hal ini membuktikan bahwa tren positif yang dikenal sebagai ‘Uptober’ masih berlaku di tahun ini.

Berdasarkan data Bitcoin
Monthly returns, BTC menutup bulan Oktober dengan angka positif melonjak lebih dari 28%
Sentimen positif tersebut menjadi pendorong utama bagi optimisme para pelaku pasar, yang mengantisipasi bulan November yang mungkin akan penuh dengan aksi bagi para investor kripto.

Baca Juga :  7 Manfaat Bengkoang untuk Kesehatan Tubuh dan Kulit

Banyak pertanyaan tentang apakah reli Bitcoin akan terus berlanjut?
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa secara keseluruhan, pasar kripto cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2023 ini seiring dengan perbaikan prospek ekonomi AS.

Selain itu, investor mulai berpindah untuk berinvestasi dalam Bitcoin karena mereka mengantisipasi bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) akan segera menyetujui yang pertama dalam ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.

“Investor telah mengantisipasi peluncuran ETF Bitcoin spot untuk mendapatkan momentum yang serius dalam tiga bulan terakhir. Lonjakan harga yang luar biasa bisa terjadi, jika ada
kabar baru mengenai ETF. Bitcoin dan Ethereum berada di jalur yang tepat untuk
menyelesaikan tahun ini dengan positif. Harga Bitcoin kini naik 107% year-to-date (YoD) pada tahun 2023, sementara harga Ethereum naik 49%,” kata Fyqieh.

Potensi Bullish November
Fyqieh menjelaskan bahwa data Bitcoin Monthly returns menunjukkan bahwa sejak tahun 2013, BTC telah mencatat lima kali penutupan bulanan yang positif di bulan November. Data ini juga mengindikasikan bahwa ada kemungkinan lebih dari 60% bahwa November akan tetap
menguntungkan bagi Bitcoin setelah bulan Oktober yang positif.

“Faktor-faktor tersebut menunjukkan pola historis yang menarik, meskipun data Bitcoin Monthly returns tidak cukup untuk mengambil keputusan tentang arah pergerakan harga BTC di masa depan. Oleh karena itu, para investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan

faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pasar kripto secara keseluruhan,” tambahnya.

Pada November 2023 ini, beberapa sentimen pendorong akan muncul, termasuk kekhawatiran terkait kegagalan bank, perkembangan makroekonomi, dan peningkatan minat dari
institusi-institusi keuangan.

Semua faktor ini akan berkontribusi terhadap volatilitas pasar Bitcoin. Menjelang akhir tahun, berita seputar ETF dan prospek halving Bitcoin berikutnya, yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar enam bulan, akan menjadi lebih penting.

Baca Juga :  Yayasan Literasi Cerita Sore Gelar Workshop untuk Membangun Komunitas Berkelanjutan dan Berdampak di Kabupaten Bandung

Kenaikan di pasar kripto yang terjadi setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam kisaran 5,25% hingga 5,50%, telah memicu sentimen bullish pada bulan November ini.

Meskipun keputusan ini sudah diantisipasi, tetap memiliki dampak signifikan di pasar, menguatkan investor dan trader di industri kripto. Bahkan Bitcoin mencapai level tertinggi baru pada tahun 2023, diperdagangkan di atas US$ 35.500 (Rp 562 juta) setelah keputusan The Fed.

“Kebijakan suku bunga yang stabil telah memberikan dorongan bagi Bitcoin untuk mendapatkan kembali momentumnya. Ini mungkin akan membantu Bitcoin untuk dengan percaya diri mencapai level resisten di angka US$ 36.000 (Rp 570 juta),” kata Fyqieh.

Dengan kebijakan moneter yang stabil dari The Fed dan perhatian yang diberikan pada

indikator-indikator ekonomi, pasar menantikan potensi era stabilitas dan pertumbuhan. Skenario.ini menciptakan dorongan bagi Bitcoin untuk mencapai level tertinggi baru setiap tahun, dengan target mencapai US$ 40.000 (Rp 633 juta) pada akhir tahun 2023.

Namun, Fyqieh juga memperingatkan bahwa angka tersebut mungkin akan sulit dicapai, mengingat pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang bisa memicu kekhawatiran baru tentang pengetatan kebijakan moneter bank sentral. Sementara itu, responden di CME FedWatch Tool menunjukkan peningkatan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan Desember mendatang.

@uli

Baca Berita Menarik Lainnya :