Search
Close this search box.

Krisis Angkutan Umum: Kota-kota di Indonesia Kehilangan Layanan Transportasi Publik

Potret Angkutan Umum yang Tidak Terawat./visi.news./jurnalpolisi

Bagikan :

VISI.NEWS | JAKARTA – Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan bahwa Indonesia sedang mengalami darurat angkutan umum. Di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera, jaringan jalan tol telah membangkitkan bisnis angkutan umum antar provinsi, yang semakin membaik.

Angkutan umum jarak jauh, seperti bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) jenis sleeper bus dan double decker, serta bisnis angkutan travel antar kota atau Angkutan Jemput Antar Perkotaan (AJAP), menandakan keberhasilan sektor ini. Namun, situasi berbeda untuk Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan perkotaan, dan angkutan perdesaan, yang semakin terpuruk. Bahkan, banyak kota di Indonesia sudah tidak memiliki layanan angkutan umum.

Djoko menjelaskan bahwa dari 38 ibukota provinsi, hanya 15 kota yang mencoba membenahi angkutan umum berbadan hukum dan diberikan subsidi. Kota Jakarta adalah satu-satunya yang mandiri karena APBD mencukupi, sementara kota lainnya masih tergantung pada bantuan APBN. Beberapa pemda juga telah mengalokasikan APBD untuk membenahi angkutan umum, bahkan ada yang menggratiskan tarif layanan, seperti Trans Koetaradja (Banda Aceh) dan Trans Banjarmasin (Kota Banjarmasin).

Penyebab darurat angkutan umum di Indonesia melibatkan beberapa faktor. Beberapa di antaranya adalah:

Kondisi Infrastruktur: Jaringan jalan yang belum memadai dan kurangnya investasi dalam transportasi umum menyebabkan keterbatasan layanan angkutan.

Ketergantungan pada Kendaraan Pribadi: Banyak orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum karena kenyamanan dan kecepatan.

Kurangnya Regulasi: Regulasi yang tidak memadai dan penegakan hukum yang lemah mengakibatkan ketidakdisiplinan dan ketidakberfungsian angkutan umum.

Kondisi Ekonomi: Keterbatasan dana dan subsidi yang tidak memadai membuat operator angkutan umum kesulitan mempertahankan layanan.
Ketidakseimbangan Regional: Beberapa kota memiliki layanan angkutan umum yang baik, sementara kota lain mengalami kekurangan layanan.

Baca Juga :  Prabowo Hadiri Pembukaan Kongres Ke-XVIII Muslimat NU di Surabaya

@shintadewip

Baca Berita Menarik Lainnya :