VISI.NEWS | BANDUNG – Ontbijtkoek adalah kue sarapan pagi khas Belanda yang memiliki cita rasa rempah yang khas, berkat campuran cengkih, kayu manis, jahe, dan pala. Kue ini terbuat dari gandum hitam, yang memberikan warna cokelat yang khas. Meskipun tanpa mentega dalam adonan, Ontbijtkoek biasanya disajikan dengan lapisan tebal mentega yang melapisi bagian atasnya. Kue ini sangat populer di Belanda dan menjadi kudapan favorit bagi berbagai kalangan usia, dari muda hingga tua.
Pada umumnya, Ontbijtkoek dibuat dalam bentuk persegi panjang dan dipotong menjadi irisan-irisan (slice), mirip dengan potongan spikoe (sejenis kue lapis Belanda). Seiring berjalannya waktu, bentuk kue ini berevolusi menjadi muffin atau sponge cake dengan berbagai tambahan topping, seperti kismis, almond, atau kenari. Bahkan, di beberapa tempat di Indonesia, terutama di Malang, terdapat peninggalan pohon kenari tua yang berusia ratusan tahun, yang mungkin berhubungan dengan kebiasaan mengonsumsi kue ini pada masa kolonial Belanda.
- Kampung Heritage Kajoetangan: Tempat Menghidupkan Kembali Sejarah Kuliner Belanda di Malang
Di Malang, khususnya di Kampung Heritage Kajoetangan, sejarah budaya Belanda masih dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, baik dalam arsitektur maupun kuliner. Kawasan ini berada di sisi utara Alun-Alun Malang dan menjadi bagian penting dari sejarah kota Malang, dengan bangunan-bangunan tua yang terawat, seperti Gereja, Rumah Makan Oen, dan Tugu Jam Penunjuk Arah di Celaket. Di sepanjang jalan Basuki Rahmat, yang tengah direvitalisasi, kita dapat merasakan atmosfer masa lalu kota ini.
Namun, sejarah tidak hanya terlihat di bangunan besar atau jalan utama. Gang-gang kecil dan perkampungan di sekitar Kajoetangan juga menyimpan cerita masa lalu, terutama terkait dengan warisan kuliner yang berakar dari masa penjajahan Belanda. Banyak bangunan rumah tua yang masih berdiri, seperti Rumah Namsin dan Rumah Cerobong, yang menjadi saksi bisu perubahan kota Malang seiring waktu.
Di Kampung Heritage Kajoetangan, usaha untuk menghidupkan kembali sejarah melalui kuliner terus dilakukan. Salah satu contohnya adalah usaha ibu-ibu PKK dan Pokdarwis yang berusaha menghidupkan kembali tradisi membuat *Ontbijtkoek*. Mereka memodifikasi kue sarapan Belanda ini dengan menghadirkan dalam bentuk muffin dan juga kue kering (cookies). *Ontbijtkoek* kini kembali menjadi bagian dari warisan budaya kuliner yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat dan wisatawan.
- Warisan Kuliner Belanda yang Berlanjut di Malang
Salah satu aspek menarik dari *Ontbijtkoek* adalah bagaimana kue ini tetap bertahan dan beradaptasi dengan zaman, meskipun berasal dari tradisi Belanda yang dibawa ke Indonesia. Di Malang, para penggiat kuliner berusaha menjaga keaslian dan “keotentikan” kue ini, dengan menghidupkan kembali resep dan cara penyajiannya. Tidak hanya itu, Ontbijtkoek kini juga disajikan dengan secangkir teh, menjadi teman sempurna untuk sarapan pagi, seperti yang dilakukan masyarakat Belanda pada masa lalu.
Selain *Ontbijtkoek*, di Malang juga ada berbagai panganan tradisional lainnya yang memiliki akar sejarah yang dalam, seperti Bledus, Magêli, Roti Bènthèl, dan masih banyak lagi. Warisan kuliner ini menjadi bagian penting dari intangible heritage yang perlu terus digali dan dilestarikan. Berbagai upaya revitalisasi, baik melalui dialog budaya maupun melalui pelestarian resep dan cara-cara tradisional, menjadi langkah penting dalam menjaga kekayaan sejarah kuliner kota ini.
Sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya tak tampak ini, Kampung Heritage Kajoetangan berusaha menghidupkan kembali cerita-cerita masa lalu lewat kuliner, serta berbagi dengan masyarakat melalui storytelling yang kuat. Ini menjadi cara untuk mengingat dan merayakan sejarah, sekaligus menciptakan ruang bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai warisan kuliner yang telah lama ada. @ffr