Oleh Idat Mustari
MUDIK boleh jadi tahun ini tak akan kita lakukan, mengingat larangan dari pemerintah. Tetapi dipastikan semua orang akan “mudik” ke kampung halaman yang abadi. Namun waktunya, tak seorang pun mengetahuinya.
Pada masa “mudik” ini ada orang-orang yang mudik dengan wajah penuh kecemasan, ketakutan yang tertunduk, terhina, “Wujuuhuny yawma ‘izin khaashi’ah” dan ada pula yang mudik dengan wajah berseri-seri “Wujuuhuny yawma ‘izin naa’imah“.
Mereka yang “mudik,” dengan wajah cemas, takut dan tertunduk hina adalah mereka yang pulang dengan tangan hampa. Tanpa membawa bekal sedikitpun. Sedangkan mereka yang tersenyum, berseri-seri adalah mereka yang membawa bekal cukup. Dan bekal yang paling baik saat itu adalah takwa.
Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 197, Allah berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”.
Rasulullah SAW Berpesan dalam sabdanya, “Berbekallah kamu dengan sesuatu yang dapat menutupi kehormatan wajahmu dari direndahkan oleh manusia dan sebaik-baiknya bekal ialah ketaqwaan”. (HR Ibnu Abi Hatim).
Puasa Bulan Ramadan tujuan utamanya agar mereka yang berpuasa bisa “mudik”, mengenakan pakaian taqwa (Libasut Taqwa) pakaian takwa itulah yang paling baik”.(QS. Al-A’raf: 26). Pakaian takwa adalah pakaian batin, pakaian jiwa, yakni hati yang bersih. Yang kemudian memancarkan prilaku, sikap jadi khoirunnas anfa’uhum linnas ( Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain).
Pakaian takwa bukan saja melindungi dirinya dari sengatan matahari, tapi mampu melindungi orang lain yang disingkirkan, dipinggirkan, dilemahkan.
Pakaian takwa menjadikan dirinya menggenapkan bukan mengganjilkan. Pakaian takwa adalah pakaian kesejatian manusia yang sempurna paripurna. Sungguh siapapun yang “mudik” memakai pakaian ini, pasti wajah nya akan berseri-seri.
Kita pasti “mudik,” tapi entah kapan. Namun kita berharap pada Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih agar “mudik” kita memakai pakaian takwa.***
(Penulis, aktifis dan pemerhati sosial agama)