VISI.NEWS | SURABAYA – Menjelang peresmian kawasan wisata Kota Lama Surabaya pada (23/6/2024), Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mematangkan segala persiapan, terutama pada aspek aksesibilitas transportasi publik untuk para wisatawan yang ingin menikmati pesona bersejarah dari Kota Lama Surabaya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, mengungkapkan bahwa Pemkot menyediakan tiga moda transportasi publik utama, yaitu Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, dan Feeder Bus Wira-Wiri Suroboyo, yang memudahkan mobilitas masyarakat dalam aktivitas harian. Khusus untuk menuju zona Eropa di Kota Lama Surabaya, wisatawan bisa menggunakan Suroboyo Bus.
“Suroboyo Bus menjadi satu-satunya moda transportasi yang langsung melewati zona Eropa di Kota Lama. Namun, masyarakat juga dapat menggunakan Feeder Bus Wira-Wiri atau Trans Semanggi Suroboyo yang transit di lokasi-lokasi tertentu sebelum melanjutkan perjalanan dengan Suroboyo Bus,” jelas Irvan pada Selasa (18/6/2024).
Dengan pengaturan ini, wisatawan bisa dengan mudah mengakses Kota Lama dan menikmati koleksi bangunan bersejarah yang unik dan penuh kesan. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Surabaya (Disbudporapar) Hidayat Syah, menyatakan bahwa semua persiapan terus dimatangkan menjelang peresmian.
“Kami menargetkan agar setiap kebutuhan pengunjung yang datang dapat terpenuhi, sehingga mereka bisa menikmati wisata Kota Lama Surabaya dengan nyaman saat peluncuran nanti,” tutur Hidayat Syah.
Kota Lama Surabaya membentang dari jalan Kembang Jepun di sebelah timur hingga jalan Rajawali di barat, hanya terpisahkan oleh Jembatan Merah yang dikenal dengan nilai sejarah heroiknya. Kawasan ini akan menawarkan nuansa arsitektur dunia yang beragam, dari kolonial hingga Eropa dan negara-negara timur.
Di bagian barat kawasan, wisatawan akan menemukan bangunan kolonial bersejarah dan dokumen yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan Sekutu, termasuk peristiwa tewasnya Jenderal AWS Mallaby. Sementara di bagian timur, dengan arsitektur khas Tiongkok, India, dan Arab, kawasan ini menjadi destinasi wisata religi dengan adanya masjid dan makam Sunan Ampel, salah satu Wali Sembilan penyebar agama Islam di Jawa.
Bangunan bersejarah lainnya seperti Langgar Gipo, mushola dua lantai berusia 300 tahun, menambah daya tarik wisata dengan cerita-cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia. “Langgar Gipo ini merupakan saksi bisu pergerakan tokoh PBNU pertama, KH Hasan Basri Sagipoddin,” tambah Hidayat Syah.
Pengamat Pendidikan dan Pemerhati Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur, Isa Anshori, memberikan apresiasi terhadap upaya Pemkot Surabaya dalam menyediakan akses transportasi publik menuju Kota Lama. Ia melihat langkah ini sebagai potensi peningkatan kualitas pendidikan melalui kunjungan edukatif.
“Ini akan menyegarkan iklim belajar di Surabaya dan Jawa Timur. Para guru dan sekolah bisa memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat belajar alternatif yang tak hanya mengedukasi tapi juga menyenangkan bagi siswa,” ujar Isa.
@mpa