Search
Close this search box.

Nono Sambas: Program Pertanian Bupati Bandung Baik Harus Lebih Ditingkatkan

Mantan Ketua KTNA Kabupaten Bandung H. Nono Sambas. /visi.news/engkos kosasih

Bagikan :

VISI.NEWS | KAB. BANDUNG – Mantan Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung H. Nono Sambas berharap bahwa KTNA bisa terus kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung dibawah kepemimpinan Bupati Bandung HM Dadang Supriatna.

“Kami tidak akan melepaskan pertanian. Karena kehidupan kami dari pertanian,” kata Nono usai Rembug Paripurna Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bandung di Rumah Makan Riung Panyaungan Jalan Raya Banjaran-Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (11/6/2024) sore.

Nono juga terus mendorong program Bupati Bandung untuk dilanjutkan, khususnya pada bidang pertanian. Dengan harapan, pemerintah di bawah kepemimpinan Kang DS, sapaan akrab Dadang Supriatna bisa lebih maju lagi.

Ia mengatakan, pada pelaksanaan Rembug Paripurna KTNA Kabupaten Bandung itu dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian menuju kesejahteraan petani.

Nono juga melihat program Bupati Bandung, khususnya dalam bidang pertanian sudah bagus dan perlu ditingkatkan serta komunikasi dengan para petani.

“Bantuan yang sudah diberikan oleh pemerintah kepada petani, pasca penggunaannya harus tepat sasaran,” harapnya.

Nono sebagai petani akan terus bertani, karena profesinya sebagai petani. Ia menjadi petani juga bagian dari pejuang.

“Sebab petani mengurus dan memperhatikan pangan masyarakat. Apapun kuatnya pertahanan negara dengan alutsista, tapi kalau tentaranya tidak dikasih makan tidak akan jalan,” ujarnya.

Pertahanan nomor dua di negara manapun, Nono menyebutkan adalah ketersediaan makanan atau berdaulat di bidang pangan sebagai produsennya petani.

“Oleh karena itu, sudah sewajarnya petani diperhatikan. Jangan sampai jadi petani itu orang yang merugi atau ketinggalan,” katanya.

Nono berharap kepada pemerintah kehidupan para petani itu ekonominya semakin baik. Karena kalau ekonomi petani tak baik, mereka akan menjual hasil tani karena tidak kecukupan secara ekonomi.

Baca Juga :  Polres Garut Patroli Mitigasi Bencana untuk Mengecek Gampak Gempa Bumi

“Sangat diharapkan ada perhatian pemerintah kepada para petani. Di antaranya melihat bagaimana usaha pertaniannya itu menguntungkan atau tidak,” ucapnya.

Ia berharap para petani itu harus sejahtera, sesuai dengan kiprahnya sebagai penyedia pangan. Pemerintah melalui organisasi petani harus lebih banyak berkomunikasi.

“Sebab yang mengetahui dan merasakan kesulitan bidang pertanian, itu adalah petani sendiri,” sebutnya.

Dengan modernisasi melalui alsintan pun, ia berharap, tidak ujug-ujug, tetapi harus sesuai dengan kebutuhan petani di suatu daerah.

“Sebab tidak semua alat mesin pertanian bisa digunakan. Contohnya, traktor yang besar atau roda empat. Untuk di pesawahan Kabupaten Bandung tidak cocok. Hanya cocok hand traktor,” jelasnya.

Alat lainnya, kata dia, seperti untuk tandur, transplanter juga harus cocok dengan kondisi tanah atau kontur tanahnya. Sebab sering terjadi tidak cocok karena tanahnya berbukit atau terasering.

“Kemudian kondisi tanahnya rawa, sehingga tidak jalan. Kalaupun nanti ada petani yang membutuhkan alat tersebut, harus ditunjang dengan ketersediaan peralatan spare part. Jangan sampai petani mengalami kesulitan suku cadang tersebut,” kata Nono.

Disamping itu, kata dia, harus diperhatikan juga ketika diberikan alat mesin pertanian, petani juga harus diberikan pelatihan.

“Ketika diberikan alat mesin pertanian harus diberikan pelatihan, sehingga petani lebih cakap. Disamping itu juga harus disediakan suku cadangnya. Jangan sampai susah mencari suku cadangnya. Misalnya, suku cadang transplanter, alat tanam padi susah didapat,” katanya.

Akibatnya, lanjutnya, alat mesin pertanian itu mubajir karena tidak bisa digunakan oleh petani setelah suku cadangnya susah didapat.

Ia pun berharap dalam bidang pertanian itu tidak menjual padi di hulu. Misalnya, tanam padi dijual padi. Tanam cengkeh dijual cengkeh, tanam kopi jual kopi.

Baca Juga :  Penyebab Nasi Cepat Kuning di Rice Cooker dan Cara Mencegahnya

“Dijual di hulu harganya tidak seimbang dengan biaya garap. Tapi lebih baik dijual di hilir. Misalnya, kopi dijual serbuk kopinya atau dijual kopinya seperti di cafe. Beras dijual dengan cara dikemas. Pasar juga menentukan, apabila dijual tradisional, maka harganya akan biasa-biasa saja. Jadi harus ditingkatkan, dari mulai processing, pengemasan, dan juga pemasaran harus punya segmen pasar tertentu. Ada peningkatan harga kalau ada nilai lebih, seperti kualitas pengemasan,” jelasnya.

Lebih lanjut Nono juga berbicara tentang pompanisasi. Ia mengucapkan terima kasih, ada bantuan itu.

“Tapi jangan sampai disaat kesulitan air hanya satu bidang saja, yaitu dengan pompanisasi saja. Padahal, sebetulnya tidak usah pakai pompa. Tapi yang rusak itu infrastrukturnya. Jangan sampai ada pompa, tetapi dilain pihak infrastruktur yang sudah ada diabaikan. Seperti irigasi solokan, baik primer, sekunder, tersier, jides (jaringan irigasi desa), dan jitut (jaringan irigasi tingkat usaha tani),” ungkapnya.

Oleh karena itu, Nono berharap dalam bidang pertanian itu, tidak hanya Dinas Pertanian saja, dinas lainnya pun harus ikut serta. Di antaranya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Termasuk Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, katanya, jangan sampai lahan pertanian produktif alih fungsi menjadi kawasan perumahan atau pabrik.

“Lahan pertanian produktif jangan sampai alih fungsi begitu saja. Alih fungsi lahan akan berpengaruh pada produksi pertanian,” katanya.

@kos

Baca Berita Menarik Lainnya :